Takut Durhaka
![]() |
via rawpixels |
Waktu
sebelum iduladha tahun lalu, kayaknya gue adalah anak paling durhaka di antara
anak yang pernah dilahirkan kedua orangtua gue.
Nyokap
dan bokap mau berangkat umrah, dan mereka nanya ke gue soal operator seluler
yang bisa digunakan di Tanah Suci nanti.
“Firman,
kalau di Tanah Suci nanti bagusnya pakai kartu SIM apa, biar bisa telepon
murah?”
“Loh,
dulu memangnya pakai kartu apa, Pak, Bu?”
“Dulu
kapan?”
“Waktu
berangkat haji.”
“Hape
saja waktu itu belum punya, Nak.”
Nyokap-bokap
gue memang berangkat haji awal tahun 2000-an dan belum mengenal teknologi
bernama handphone. Gue juga tahun segitu masih sibuk main gundu sama
teman-teman sepergaulan. Handphone? Apa itu handphone? Gue dikasih pinjam gamebot
temen aja senangnya minta ampun.
“Kalau
gitu, coba tanya Kakak saja, Pak, Bu,” kata gue.
“Yang
ngerti kayak ginian kan kamu, Firman.”
Gue
yang pada waktu itu sedang disibukkan dengan urusan kerjaan tetap nggak bantuin
bokap-nyokap.
Tengah
malam, gue terbangun dari tidur karena mimpi buruk. Gue mimpi digampar pakai
kartu SIM berapi sampai terbakar dan jadi abu oleh malaikat pencabut nyawa di
depan pintu gerbang neraka. Akhirnya sehabis subuh, gue nanya nyokap.
“Bu,
kartu SIM buat dipakai ke Tanah Suci nanti, sudah dapat?”
“Sudah,”
jawab nyokap, ketus.
“Dapat
dari mana?”
“Kakak.”
Paginya
gue tanya kakak gue.
“Kak,
dapat kartu SIM buat Ibu dari mana?”
“Dari
adik.”
Setelah
adik pulang sekolah, gue nanya ke adik.
“Dek,
kemarin dapat kartu SIM buat Ibu di mana?”
“Dari
Bapak.”
YA
ALLAH, RASANYA PENGIN LANJUTIN MIMPI TADI BIAR DIGAMPAR SAMA MALAIKAT MAUT
SAMPAI KIAMAT AJA.
Pas
jam makan siang, dengan takut-takut gue nanya bokap.
“Pak,
jadinya dapat kartu SIM buat dipakai di tanah suci, dari mana?”
“Oh,
itu…,” kata bokap santai sambil mengunyah bakso. “Diurus sama pihak travel. Tinggal
bayar.”
“Kenapa
tidak dari awal saja sih, Pak?”
“Ya,
biar kamu ada kerjaan.”
Hampir
keselek bakso gue dengarnya.
Udah
dilempar ke sana-sini, dibikin takut sejak tengah malam, dan dibuat penasaran
sejak subuh, taunya ujung-ujungnya tetap diurusin sama penyelenggara. Lagian
kerjaan kantor gue kan lagi numpuk. KZL BAT GW!
Setahun
kemudian alias sekarang, gantian gue yang bingung nyari kartu SIM dan paket
internet untuk digunakan di luar negeri.
“Kak,
kalau mau beli paket internet di luar negeri, enaknya di mana ya?” tanya gue ke
kakak yang lagi sibuk jaga toko.
“Mau
yang berapa GB?”
“Yah..
10 aja paling.”
“Buat
berapa hari?”
“Yah..
seminggu aja paling. Beli di mana emangnya?”
“Nggak
tau.”
“…”
“Coba
tanya adik.”
Karena
gue yakin adik gue nggak akan ngasih solusi, gue pun berinisiatif buat nanya ke
teman yang pernah ke luar negeri aja.
“Tjuy,
kalau mau ke Singapore, apakah harus pakai paket internet khusus luar negeri
juga?” tanya gue ke seorang teman yang belum pernah ke luar negeri.
YA
ENGGAK LAH.
Gue
nanya teman yang memang kerjaannya ke luar negeri paling enggak sebulan sekali.
“Yoih,”
jawabnya. “Beli paket internet khusus luar negeri, atau sekalian pake kartu SIM
negara tujuan.”
“Oh,
gitu. Belinya di mana ya?”
“Traveloka.”
“Eh,
ini gue mau beli paket internet, bukan tiket pesawat.”
Karena
nggak percaya, gue langsung ngecek aplikasi Traveloka di handphone, dan
ternyata benar.
Padahal
gue termasuk pengguna Traveloka sejak beberapa tahun lalu, tapi baru tahu ada
fitur ini. Tanpa pikir panjang pun, gue langsung melanjutkan ceki-ceki harga
produk.
Ternyata
ada cukup banyak pilihan paket internet luar negeri di Traveloka yang bisa
digunakan, mulai dari paket roaming, wi-fi, hingga kartu SIM. Pengguna juga
bisa memilih paket berdasarkan operator seluler pilihan mereka.
Praktis
sekali.
Dengan
begini gue nggak perlu lagi bolak-balik nanya orang kalau mau ke luar negeri,
tapi tinggal buka Traveloka di handphone. Enaknya lagi, transaksi di Traveloka
bisa dapat poin yang bisa ditukar dengan promo-promo lain yang nggak kalah
keren. Dan yang paling penting, nggak perlu takut durhaka sama bokap-nyokap
lagi.