Ke Holycow bersama Teman yang Wow!
Hari Minggu kemarin saya ketemu dengan seorang teman yang jauh-jauh datang dari luar kota buat ngajakin bahas kerjaan dan bagian daging sapi yang enak buat dibikin steak. Hah? Daging sapi? Iya, benar, daging sapi. Baca dulu aja.
Sebetulnya saya hampir enggak pernah keluar rumah ketika lagi long weekend. Alasannya karena tentu saja enggak mau ikut-ikutan menikmati kemacetan kota. Pernah sekali terpaksa keluar rumah untuk keperluan acara keluarga, dan rasanya seperti naik wahana bungee jumping alias menantang banget.
Rupanya, di tengah kemacetan kita akan berhadapan dengan banyak sekali orang, dari yang santai karena karena memang enggak lagi buru-buru, sampai yang kesabarannya setipis tisu dibelah tujuh. Klakson sahut-sahutan, kadang mulut ikut teriak kalau klakson sudah tak digubris. Alhasil, jarak yang tadinya biasa saya tempuh lima menit, tiba-tiba berubah jadi sembilan puluh menit. Kalau ada pertandingan bola, bisa beresin dua babak baru sampai di tujuan. Itulah the power of kemacetan long weekend.
Setelah tahunan enggak keluar rumah tiap ada long weekend, kemarin saya akhirnya keluar rumah lagi dalam rangka bertemu teman dari luar kota yang kebetulan lagi main ke Bandung dan ngajakin saya ketemuan.
Berangkat dari rumah sekitar jam sepuluh pagi, saya tiba di tempat kami janjian ketemu sekitar jam dua belas siang. Biasanya jarak yang sama bisa saya tempuh tiga puluh menit saja pada hari-hari biasa. Setelah memarkir kendaraan, saya menemui teman saya dan kami mengobrol sebentar sebelum akhirnya memutuskan cari tempat ngobrol yang lebih enak sekaligus makan siang karena … jujur lapar banget ternyata sehabis terjebak macet berjam-jam.
Kami berencana cari tempat makan sambil berjalan kaki karena enggak mungkin buat kembali ke jalan raya dan bermacet-macetan. Sampai akhirnya kami tiba di depan tempat makan bertuliskan “Steak Hotel by Holycow”.
“Mau makan di sini aja gak? Tempatnya enak nih, dan bisa sambil ngobrol,” tanya saya.
Teman saya mengambil ponselnya sebentar lalu menatap plang restoran lagi.
“Oh, ini Steak Hotel by Holycow yang founder Holycow Wynda Mardio itu kan?” tanya teman saya lagi memastikan. Saya mengangguk. Teman saya ternyata sudah beberapa kali makan di tempat yang sama di kota tempat tinggalnya. Ia menjelaskan kalau Holycow yang asli menyediakan beragam steak dari berbagai bagian daging sapi, seperti sirloin, tenderloin, rib eye, dan sebagainya yang kualitasnya tidak perlu diragukan lagi.
Kami pun masuk dan beruntung sekali masih ada tersisa satu meja kosong. Saat jam makan siang, bisa dapat meja nganggur di tempat makan yang ramai begini hampir seperti keajaiban.
Setelah memesan, kami lanjut mengobrol tentang kesibukan masing-masing, plus nanya tujuan dia datang ke Bandung. Dari sini saya jadi tau kalau teman saya datang ke Bandung dalam rangka menemani adiknya yang akan wisuda.
“Acara wisudanya udah beres kemarin, sih. Hari ini enggak ada agenda apa-apa, jadi keluarga stay di penginapan sampai besok sebelum balik lagi,” katanya.
Selain ngobrol soal kesibukan dan keluarga, saya juga jadi tau kalau teman saya ini punya pengetahuan yang mumpuni perihal steak. Sebelumnya saya sudah tau bahwa daging sapi adalah salah satu makanan yang kaya akan nutrisi, dan salah satu makanan dari daging sapi ya tentu saja adalah steak, tapi dari ngobrol dengan teman saya, kini saya juga jadi tau soal bagian-bagian daging sapi yang enak dibuat steak.
“Bagian daging sapi paling enak untuk dibikin steak,” kata teman saya, “menurut gue adalah tenderloin dan rib eye.”
Tenderloin adalah bagian paling lembut dari sapi, terletak di tengah punggung. Dagingnya sangat empuk dan cenderung rendah lemak, cocok buat yang suka steak dengan tekstur lembut dan nggak terlalu berat. Sedangkan rib eye diambil dari bagian tulang rusuk atas sapi, terkenal dengan marbling-nya yang banyak—lemak di antara serat daging yang membuat steak ini jadi sangat juicy dan penuh rasa waktu dimasak.
“Dan Steak Hotel by Holycow ini menyediakan itu,” pungkas teman gue.
Tapi sebenarnya ada banyak bagian-bagian daging sapi yang cocok dijadikan steak. Beberapa di antaranya seperti:
1. Has Luar (Sirloin)
- Lokasi: Bagian luar punggung dekat pinggul.
- Karakteristik: Cukup empuk, sedikit berlemak, kaya rasa.
- Kelebihan: Seimbang antara harga, rasa, dan tekstur—cocok untuk steak rumahan.
2. Sancan Belakang (Flank)
- Lokasi: Bagian bawah perut belakang sapi.
- Karakteristik: Berserat panjang, dagingan banget, agak keras.
- Kelebihan: Murah, penuh rasa, cocok untuk yang suka steak dengan karakter kuat.
3. Paha Belakang (Round)
- Lokasi: Paha belakang sapi.
- Karakteristik: Rendah lemak, cukup keras.
- Kelebihan: Harga terjangkau, cocok untuk steak tipis atau marinated steak.
4. Sandung Lamur (Brisket)
- Lokasi: Bagian dada bawah sapi.
- Karakteristik: Berlemak dan penuh jaringan ikat.
- Kelebihan: Setelah dimasak lama, hasilnya juicy dan lembut—favorit BBQ lovers.
Setelah puas mengobrol dan makanan kami pun tandas, saya mengajak teman saya lanjut berjalan kaki berkeliling Kota Bandung, tapi tentu saja saya mencari tempat yang sejuk dan jauh dari hiruk-pikuk kemacetan kota.
“Ajakin gue ke Ciwidey, lah. Katanya di sana sejuk dan enggak macet,” pinta teman saya.
“Ng… anu. Kayaknya itu bukan di Bandung, deh, Bro,” kata saya sambil tertawa. Kami melanjutkan perjalanan ke GOR Saparua dan mengobrol lagi di bawah pohon besar nan rindang yang kira-kira sudah berusia ratusan tahun.