Bahas Bisnis sama Tetangga Baru


SETELAH
dua tahun tinggal di kontrakan, rumah sebelah kiri dan kanan yang tadinya kosong akhirnya terisi juga. Tetangga sebelah kanan saya diisi beberapa bulan lalu oleh pasangan ASN yang pergi-pagi-pulang-malam-jadi-jarang-ngobrol, sementara tetangga sebelah kiri baru saja diisi bulan lalu oleh seorang pengusaha muda yang juga bekerja dari rumah seperti saya.

Dari obrolan singkat, saya jadi tau kalau tetangga baru saya sekarang fokus ke mentorship dan ternyata tugas mentorship adalah tugas yang enggak gampang. “Yang paling penting, sih, kita harus jadi pendengar yang baik dan bisa ngasih dukungan emosional kepada orang yang kita mentori,” katanya.

Saya sebenarnya cukup buta sama dunia seperti ini, tapi karena kami ternyata seumuran dan punya beberapa kesamaan jadinya obrolan kami nyambung dan awet.

Dia suka olahraga, saya juga. Dia fans Leicester City, saya mantan fans MU. Dia suka ngupil terus hasilnya dipeperin di bawah meja, saya juga (tapi enggak ngomong ke dia). Dan karena kebetulan dia juga lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga, kami jadi sering ketemu dan ngobrol. Tepat seminggu dia pindah, kami enggak sengaja papasan saat lagi ngeberesin sampah. Kebetulan dia sedang membersihkan rumput di halaman rumahnya yang masih setinggi angan dan cita-cita remaja rebel jaksel.

“Lagi beresin rumput, A?” saya menyapa. Saya tau persis dia sedang memotong rumput.

“Eh, iya, A. Lagi motong rumput. Aa lagi beresin sampah, ya?” dia nanya balik. Dia liat saya sedang menggantung sampah di pagar yang sebentar lagi akan dijemput petugas.

Basa-basinya khas orang Indonesia banget. Kalau enggak akrab, obrolan akan berhenti sampai di situ saja. Tapi karena kami udah pernah ngobrol sebelumnya dan merasa nyambung, setelah basa-basi itu saya langsung nyamper ke halaman rumahnya buat melanjutkan obrolan sambil menemani dia membersihkan rumput (ini format basa-basi yang cukup jarang dilakukan orang Indonesia, I know).

Dalam tiga puluh menit, rumput liar di halaman depan rumah tetangga saya beres tak bersisa, plus saya jadi dapat pengetahun dunia usaha yang benar-benar baru lewat obrolan kami yang singkat itu. Saya akan bagikan beberapa yang saya ingat.

Banyak maling mobil pura-pura jadi penyewa

Dulunya, tetangga saya ini pernah punya bisnis penyewaan mobil yang biasanya disewa untuk perjalanan antarkota. Tapi berhenti setelah mobil dibawa kabur oleh penyewa yang belakangan ketahuan kalau ternyata penyewa itu tergabung dalam sindikat pencurian mobil rentalan. “Tadinya saya kira enggak bisa dihubungi karena enggak ada sinyal, ternyata memang mobil saya dicuri,” kenangnya.

Tetangga saya mengaku kalau dia kapok dan langsung menghentikan usaha penyewaan mobilnya. Sementara saya… saya tetep enggak kepikiran buat buka usaha seperti itu karena enggak cukup modalnya.

… dan ilmunya.

Saham yang menguntungkan minimal dividennya 8%

Dari bahas usaha penyewaan mobil, saya enggak tau gimana transisinya sehingga bisa tiba-tiba jadi bahas saham. Tapi saya jadi tau kalau ternyata saham yang kita beli baru dianggap untung kalau dividen atau pembagiannya adalah minimal 8% per tahun.

“Dengan syarat satu produk saham yang kita pegang itu,” dia berhenti sebentar, seperti sedang menimbang jawaban terbaik. “Ya, anggaplah sekitar seratus sampai dua ratus juta. Kalau punya lima sampai tujuh produk, itu udah enggak perlu kerja lagi. Tinggal nyantai aja di rumah, tahun depan dapat cuan sekian persen.”

Saya mencoba membayangkan punya tabungan sebanyak itu dan menelan ludah diam-diam. Tetangga baru saya ini sepertinya memang pebisnis ulung, ucap saya dalam hati.

Orang Bandung demen banget jajan

Saya enggak tau ini benar atau enggak. Jawaban ini saya dapat dari perspektif tetangga, baru kenal, dan kebetulan pengusaha. Kata dia, itu adalah alasan kenapa di Bandung hampir setiap hari ada tempat makan atau kafe baru yang buka. “Karena orang Bandung pada demen banget jajan,” ungkapnya. Setelah saya pikir-pikir, iya juga.

Hampir setiap minggu saya dapat informasi tempat makan baru buka di Bandung dan tiap tempat makan selalu ramai. Sering kali juga ketemu macet di jalan yang disebabkan oleh peresmian kafe atau tempat makan baru, entah brand baru atau brand lama yang buka cabang. Pokoknya banyak.

Tapi saya tidak kaget sama informasi itu. Yang bikin saya kaget justru adalah fakta bahwa istri tetangga saya enggak pernah tau kalau suaminya hobi ngupil dan upilnya dipeperin ke bawah meja tanpa rasa bersalah.
Copyright © N Firmansyah
Building Artifisial Newsletter.