Windows 11




Sekitar tiga bulan sebelum tanggal perilisan resminya, 5 Oktober 2021, saya sudah dapat notifikasi soal Upgrade ke Windows 11. Saya pun langsung ngecek spesifikasi laptop apakah masih dapat Upgrade gratis atau enggak.

Pas dicek, ternyata dapat. Saya pun makin excited buat mencari tau informasi seputar Windows 11; fitur-fitur, tampilan, dan penawaran baru lainnya yang akan dihadirkan. Berhubung laptop saya hanya satu, jadi saya sengaja enggak gabung Windows Insider Program biar enggak panik kalau terjadi apa-apa saat saya menginstalasi versi preview-nya. Apalagi kalau saya baca-baca, banyak kasus yang laptopnya jadi lemot setelah upgrade ke Windows 11.

Begitu tiba 5 Oktober, saya setiap sejam sekali ngecek Windows Update di Pengaturan laptop berharap akan dapat kesempatan untuk upgrade pada hari pertama. Namun ternyata saya belum kebagian. Saya baru kebagian pada akhir November kemarin, yang mana buat saya cukup lama karena saya sudah tidak sabar ingin mencobanya sejak pertama kali diumumkan berbulan-bulan sebelumnya.

Saya adalah pengguna laptop bersistem operasi Windows sejak pertama kali punya laptop, sampai sekarang. Jadi saya sudah sangat familier dengan produk ini. Pernah sekali beli MacBook bekas buat ngerasain gimana rasanya pakai device bersistem operasi MacOS, tetapi ternyata saya kurang nyaman dan akhirnya balik lagi pake Windows.

Dulu, saya sempat menggunakan Windows bajakan karena 1) saya belum tau kalau untuk punya harus beli lisensinya, dan 2) kalaupun tau saya tetap enggak akan beli karena belum punya uang.

Sore itu, setelah membereskan kerjaan tanpa pikir panjang saya langsung mengklik tombol “Upgrade to Windows 11” yang muncul di layar dan menunggu proses pengunduhan berjalan. Sambil nunggu, saya sambil ngerjain banyak hal: cuci piring, masukin motor, ganti popok bayi, makan malam, cuci piring lagi, ganti popok bayi lagi, cuci dot bayi, rebahan, ketiduran, ganti popok bayi lagi, dan begitu terus sampai saya liat jam kok udah jam dua belas malam.

SUDAH LEBIH DARI ENAM JAM!

Kalau ditotal, kayaknya durasi saya upgrade ke Windows 11 ini sekitar sembilan jam. Jadi saya mulai proses upgrade sekitar jam lima sore, dan baru beres sekitar jam dua pagi. Itu pun saya hanya nunggu sampai bener-bener nyala, liat tombol Start barunya sedetik, lalu saya matikan lagi karena sudah benar-benar ngantuk. Paginya baru saya utak-atik lagi sebelum mulai kerja.

Sekarang, berarti sudah sekitar dua bulanan saya menggunakan laptop bersistem operasi Windows 11, dan ada cukup banyak perbedaan yang saya rasakan sejak saat itu yang akan saya bagikan di sini.

KELEBIHAN


Tampilan lebih fresh.

Microsoft kayaknya termasuk sering dalam melakukan perombakan tampilan untuk sistem operasi Windows. Perubahan besarnya terjadi setiap beberapa tahun sekali, dan buat saya perubahan dari Windows 7 ke Windows 8 ke Windows 10 lalu sekarang Windows 11, cukup signifikan. Dan kalau mau diurutkan dari yang terburuk ke yang terbaik, mungkin seperti ini:

Windows 8 -> Windows 8,1 -> Windows 7 -> Windows 10 -> Windows 11.

Untuk saya yang sudah pakai Windows 10 sejak 2017, hadirnya Windows 11 ini memberikan nuansa baru yang lebih segar. Tampilan menu Start yang pindah ke tengah memang sedikit mirip sama MacOS, tetapi feel Windows-nya sendiri masih tetap kental. Rounded corner-nya juga bikin Windows 11 terlihat lebih modern dan futuristik.




Boot time jadi lebih cepat.

Saya enggak pernah ngitung durasi boot time laptop saya, tapi sejak menggunakan Windows 11 boot time serasa lebih cepat. Biasanya juga, di Windows 10 kalau laptop baru nyala butuh waktu cukup lama untuk membuka aplikasi. Di Windows 11, jadi lebih cepat. Sebenarnya ini juga bergantung pada spesifikasi laptopnya, tetapi dengan spesifikasi yang sama di Windows 11 saya merasa kecepatannya jauh lebih baik.

Menu Start relatif lebih fungsional.

Sebetulnya secara penempatan ikon masih tidak beda jauh dengan Windows 10, tetapi posisi menu Start yang berada di tengah di Windows 11 ini buat saya jadi lebih fungsional dan lebih ergonomis. Awalnya suka keliru karena terbiasa dengan menu Start yang posisinya di pojok kiri, tetapi hanya sehari saya sudah terbiasa dengan menu Start di tengah dan menemukan bahwa posisi ini lebih nyaman. Mungkin ini yang dirasakan pengguna MacOS selama ini? LOL!

KEKURANGAN


Ada kelebihan tentu saja juga ada kekurangan. Dan inilah kekurangan yang saya temukan selama menggunakan Windows 11 kurang lebih dua bulan.

Microsoft Edge saya jadi crash, jadinya pindah ke Google Chrome lagi.

Pertama kali punya laptop, saya menggunakan browser Mozilla Firefox. Lama sekali saya pake browser ini sampai akhirnya ketemu temen yang bilang, “Cobain aja dulu pake Chrome seminggu”. Saya ikuti kata dia dan ternyata bener aja, Google Chrome lebih smooth.

Saya pake Chrome bertahun-tahun sampai akhirnya saya merasa kok mulai agak lemot ya. Pada saat itu satu-satunya pilihan adalah balik ke Firefox karena Edge masih bernama IE, sebuah browser yang fungsinya hanya satu: buat men-donwload browser lain. Tapi begitu muncul Microsoft Edge versi enggak tau berapa, dan baca review dari The Verge yang katanya bagus, saya pun mulai pakai.

Saya pake Edge sekitar dua tahun Bersama Windows 10 dan enggak ada masalah. Begitu pake Windows 11, eh masalah mulai muncul.

  • Mulai dari logo hilang di menu. Jadi hanya ada tulisan Microsoft Edge tanpa logo. Saya sudah repair, re-install, dan sebagainya, tapi tetap begitu.
  • Masalah selanjutnya, jadi bikin kegiatan browsing enggak nyaman karena dikit-dikit “not responding”. Puncaknya ketika saya sedang meeting dan harus share screen, laptop saya jadi lemot setengah mati. Sejak saat itu akhirnya saya jadi balik lagi pake Google Chrome dan meninggalkan Edge sepenuhnya.

Tidak bisa drag file dari File Explorer ke aplikasi.

Ya. Biasanya kalau mau ngirim file, saya langsung drag file dari File Explorer ke aplikasi seperti Telegram atau WhatsApp. Ternyata, di Windows 11 fitur ini sama sekali enggak bisa digunakan. Saya enggak tau apakah Microsoft lupa nambahin atau memang sengaja meniadakannya. Yang pasti, gak adanya fitur ini amat sangat merepotkan.




Dikit-dikit minta update.

Sebenarnya enggak apa-apa sih, karena update kan berarti salah satunya buat menambal bug atau memperbarui fitur yang dirasa kurang pada versi sebelumnya. Tapi, sejak pake Windows 11 saya update bisa beberapa kali dalam sebulan. Saya gak ingat tepatnya berapa, tapi yang pasti lebih sering dibandingkan waktu masih pake Windows 10.



Yang agak menyebalkan adalah, kadang-kadang laptop saya update sendiri meski sudah saya atur buat enggak otomatis update pada hari kerja. Beberapa kali saya gak jadi meeting pake laptop dan malah pindah pake HP gara-gara laptopnya jadi lemot karena download-install update-an sendiri menjelang meeting. KZL.

-///-

Kayaknya masih ada beberapa kelebihan dan kekurangan Windows 11 yang belum saya sebutkan, tapi saya enggak ingat. Nanti kalau ingat akan saya tambahkan lagi. Intinya, secara keseluruhan saya cukup puas dengan tampilan dan performa Windows 11 di laptop saya sejauh ini. Tapi saya tau tampilan yang sekarang ini juga belum sepenuhnya dirombak. Masih ada beberapa bagian di Settings yang tampilannya belum berubah alias masih persis dengan Windows 7.

Saya juga tau kalau Microsoft sedang mengerjakan hal tersebut secara bertahap. Harapan saya sih semoga bagian-bagian itu diperbarui dan dibuat lebih smooth lagi biar pengalaman saya sebagai pengguna jadi memuaskan.



Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.