Another One Bites the Dust
Udah lama banget enggak curhat
ngalor-ngidul di blog ini, dan rasanya kangen banget bisa kembali menulis
cerita-cerita personal lagi seperti sedia kala di sini.
Oke, sebenarnya sejak dua tahun
terakhir saya masih nulis sampai sekitar pertengahan tahun 2021 kemarin. Namun
enggak ada tulisan yang sifatnya personal. Semuanya dalam bentuk cerpen dan itu
juga sebulan sekali. Sekalinya ada satu tulisan yang bukan cerpen, eh sponsored
post.
Sejak pertengahan tahun kemarin
juga, saya mulai jarang bacain blog teman-teman yang biasanya saya kunjungi pas
masih segar-segarnya. Bahkan, Podcast
Blogger yang tadinya saya jadwalin seminggu sekali, jadi
berkurang ke sebulan sekali, lalu sekarang udah enam bulan lebih gak update
apa-apa.
Dari lubuk hati yang paling
dalam, saya kangen banget rekaman dan ngedit podcast, kangen banget
nulis-hapus-nulis-hapusin cerpen sebelum diposting di blog. Namun setiap hari selalu
berakhir tanpa menghasilkan semenit rekaman atau sebaris kalimat pun.
Saya juga jadi ketinggalan
banyak banget informasi terbaru di dunia blog.
Beberapa orang yang dulu aktif
dan selalu saya bacain blognya, sekarang udah enggak aktif dan malah pindah ke
TikTok dan YouTube yang katanya lebih menjanjikan. Beberapa lainnya justru
makin aktif. Saya sendiri enggak ada di kategori keduanya. Pindah platform,
enggak. Makin aktif juga enggak. Boro-boro pindah platform, akun Twitter aja
sekarang udah saya hapus karena takut enggak sanggup mengontrol diri buat
enggak berkata kasar setiap kali ada perdebatan di sana. Akun Instagram juga saya
gembok, dan yang paling terbaru dan sebetulnya cukup saya sayangkan adalah …
semua komentar di blog ini saya hapus-hapusin dan kolom komentarnya sekarang saya
tutup.
Kenapa komentarnya
ditutup?
Pertama, saya pengen tampilan
blog ini tetap bersih, termasuk bersih dari komentar yang sekadar komentar
hanya buat menunjukkan kalau mereka sudah berkunjung dan pengen dikunjungi
balik. Makin ke sini saya makin males ngeliat jenis komentar yang kayak gitu. Saya
nulisnya apa, dia komennya apa.
Kedua, saya senang kalau setiap
kali menganalisis performa blog di GT Metrix dan haslinya “GTmetrix Grade A”.
Sangat tidak penting, tapi saya senang. Lagi pula, itu juga berarti saya balik
ke tujuan awal saya ngeblog: buat senang-senang!
Terus kalau
yang baca beneran mau ngasih komentar, gimana?
Sebetulnya ada banyak cara yang
bisa jadi alternatif, dan udah saya pikirin jauh-jauh hari. Cuma memang
eksekusinya belum saya realisasikan karena masih terkendala masalah teknis, dan
banyak hal lain yang harus saya prioritaskan.
Pertama, kalian bisa share
tulisan saya di medsos kalian dan mention ke saya. Kita bisa diskusi di sana, saya
bisa re-share biar temen-temen saya liat dan temen-temen kalian juga bisa liat dan
ikutan diskusi. Kalau di blog saya doang, yang liat cuma pembaca blog saya. Anyway,
ini opsional. Karena kebanyakan tulisan di blog ini tidak sepenting itu untuk
dibagikan ke khalayak. :P
Kedua, lewat email. Buat saya,
email adalah salah satu alat komunikasi paling canggih saat ini, sekaligus
salah satu alat komunikasi paling jadul yang masih bertahan sampai sekarang
(Banyak platform di internet yang hilang ditelan disrupsi, tetapi email yang
sederhana masih bisa bertahan). Buat beberapa orang, email hanya sebuah alat
formalitas yang dipakai karena wajib punya buat bikin medsos dan keperluan
semacamnya. Bagi beberapa lainnya, email adalah alat komunikasi yang personal
dan eksklusif—termasuk bagi saya.
Sejak pertama kali ngeblog
lebih dari sepuluh tahun lalu, saya baru menerima sedikit email dari pembaca
blog ini. Namun, saya merasa apa yang mereka tulis lewat email selalu lebih
jujur dan luwes, lebih personal, lebih intim, dan eksklusif. Well, di
blog juga sebenarnya ada banyak komentar jujur dan enggak ngasal, tapi feel-nya
enggak bisa disamakan dengan ketika mereka mengirimkannya via surat elektronik.
Apakah kolom
komentar di blog ini akan dibuka lagi suatu saat nanti?
Untuk tulisan reguler,
sepertinya enggak. Untuk tulisan berbayar yang mengharuskan, mungkin iya. Namun,
seperti tahun-tahun sebelumnya, tulisan berbayar di blog ini sangat sedikit
karena memang saya cukup selektif. Alasannya pernah saya bahas di salah satu
episode Podcast Blogger.
Jangan-jangan,
kolom komentar ditutup biar enggak ketahuan kalau blognya sepi?
Hm … enggak juga sih. Cuma
memang saya ngeliat kalau saya rajin blogwalking dan ninggalin jejak, blog saya
juga jadi lebih rame dibandingkan kalau saya enggak blogwalking sama sekali.
Dan, saya enggak mau orang baca dan komentar di blog saya hanya gara-gara
blogwalking. Enggak tau, ya, saya merasa udah terlalu lama ada pada fase
semacam itu, dan saya pengen ada suasana segar.
Ok, noted. Anyway,
selama kemarin vakum ngeblog, Firman ngapain aja?
Ada banyak sekali hal yang
berubah dari hidup saya sejak dua tahun terakhir. Dan, saya enggak pernah
menyangka akan ada pada titik di mana saya berada sekarang. 1) Saya sekarang udah
resmi jadi warga Bandung, 2) Saya sudah menikah dan punya anak, dan sedang menikmati
menjadi Bapak Rumah Tangga, dan 3) Saya sekarang lebih banyak menghabiskan
waktu di dunia nyata dibanding dunia maya—salah satu alasan logis kenapa saya
jadi jarang update blog dan podcast.
Oke, tapi
belum menjawab pertanyaan sebelumnya.
Haha, sori. Jadi selama setahun
belakangan saya fokus membenahi banyak hal dalam diri dan hidup.
1) Mengurus administrasi (dan
non-administrasi) kepindahan dari Makassar ke Bandung;
2) Mencari-cari co-working space baru biar bisa kerja dengan nyaman;
3) Mengurus blog baru: Jalan
Hore Bandung;
4) Banyak jalan-jalan ke tempat baru dan staycation
di banyak hotel. Tentu saja buat konten untuk blog di poin ketiga;
5) Fokus kerja dan menabung untuk memenuhi banyak hal;
6) Memperbaiki kualitas tidur. Sebelumnya, jam tidur saya tidak menentu karena
kadang ide buat nulis atau ide kreatif lainnya muncul pada tengah malam dan
seterusnya. Sekarang, atau setahun terakhir, jam sembilan malam saya udah tidur
pulas dan enggak menyentuh ponsel sama sekali. Saya menyadari itu membuat saya
jadi sedikit kurang produktif, tetapi merasa jauh lebih sehat; dan
7) Memulai banyak hal lain dari nol lagi. Bagian ini mungkin akan saya bahas di
tulisan mendatang, mungkin juga tidak. Seingatnya saya aja.
Terus,
sekarang bakal mulai aktif nulis lagi atau gimana?
Pengennya gitu. Tapi gak tau
akan jadi kayak gimana. Yang pasti, saya akan balik lagi nulis hal-hal random
seperti yang saya lakukan di blog ini tahun 2019 ke bawah. Sesekali mungkin
akan cerpen pengantar tidur juga, karena saya udah punya beberapa draf cerpen
yang tersimpan di blog dan tinggal menunggu diselesaikan.
Anything
else?
Oh, ada.
Selama setahun terakhir, di
ponsel saya banyak mendengarkan podcast atau lagu di Spotify dan menonton
video-video musik YouTube di sela-sela kesibukan sehari-hari. Dari situ, saya
kadang iseng menjelajahi sesuatu yang baru kayak mendengarkan lagu dari band
atau musisi yang belum pernah saya dengarkan sebelumnya.
Saya mulai menemukan dan
mendengarkan The Fall of Troy, Bonnie Tyler, Set It Off, William Beckett,
Palaye Royale, Skindred, The Neighbourhood, BTS, hingga NCT. Saya berusaha
menikmati lagu-lagu dari lintas generasi dan genre, tapi at the end of
the day saya pasti akan balik lagi ke musik-musik yang popular tahun 90-an
atau 2000-an.
Dan dari situ saya pengen
berbagi lima lagu enak yang suara bass-nya nendang banget. Lagu-lagu ini saya
dengerin paling sering selama 2021 kemarin:
1. The White Stripes - Seven
Nations Army
2. Queen - Another One Bites the Dust
3. Arctic Monkeys - Teddy Picker
4. The Killers – Human
5. Red Hot Chili Peppers – Californication.
---
Update: Sekarang kamu sudah bisa berkomentar lagi di blog ini, tetapi komentar kamu tidak akan ditampilkan. Semua komentar akan langsung masuk ke email saya dan akan dibalas lewat email juga.