Kenangan
Draft sejak Agustus 2014
Rena berteriak dengan keras setelah menangis di pojok
kelas. Memaki aku yang baru saja mengucapkan sumpah serapah yang sangat tak
ingin didengarnya. Aku baru saja menyatakan cinta dan ia menolak mentah-mentah
saking tidak inginnya ia dipacari olehku.
“Kamu itu dekil. Jarang mandi. Bodoh. Udah tinggal
kelas, mau pacaran sama aku? NGACA DULU SANA!”
Aku memang sekelas dengan Rena. Dulu sih, adik kelasku, tapi karena aku tinggal
kelas, sekarang kami jadi sekelas. Namun, aku tidak pernah merasa sedih akan
itu. Semua teman-teman kelasku yang sekarang memang sudah meninggalkanku ke
kelas yang lebih tinggi, tapi aku tau mereka sebenarnya selalu ingin bisa satu
kelas dengan Rena.
Bagaimana tidak, Rena adalah siswi paling menarik di
sekolah. Jangankan siswa, dari barisan guru hingga penjaga kantin semua
tertarik padanya. Semua teman-temanku sudah pasti menaruh rasa iri di balik
keprihatinannya pada kenyataan yang menimpaku. Aku hanya tidak habis pikir,
mengapa Rena sampai merasa sejijik itu mendengar ungkapan tulus perasaan yang
baru saja keluar dari mulutku.
Kenapa?
Pertanyaan itu terus terngiang di telingaku siang dan
malam.
***
“Pa, makan dulu. Sarapannya sudah siap.”
Rena membangunkanku dari lamunan beberapa tahun silam. Sekarang
dia jadi istriku. Ah, kenangan itu. Kenangan masa sekolah yang sungguh tak bisa
kulupakan.