Hujan
Draft sejak Oktober 2013
Sudah
pukul satu siang. Sudah waktunya aku bekerja. Aku bekerja siang hari setelah
pulang sekolah. Saat hari Minggu, pada saat orang lain sedang libur, aku malah
bekerja penuh waktu. Namun apa
boleh buat, aku harus bekerja untuk menyambung hidup.
Kau
tahu, aku begitu mengagumi dan mencintai hujan. Aku selalu menikmati setiap
tetesnya yang jatuh membasahi bumi, dan aromanya selalu lain dari yang lain
kurasakan. Aku selalu bersemangat pergi kerja saat hujan datang. Tidak pernah
aku merasakan bahagia yang lebih selain saat hujan turun. Jatuhnya mulai ketika
gerimis hingga deras yang teramat sangat, aku hafal betul iramanya. Seperti
sebuah transisi musik slow yang
perlahan berubah menjadi musik Rock.
Sayangnya,
beberapa minggu belakangan ini, aku selalu murung. Hujan sudah mulai enggan
datang untuk sekadar menyapa bumi. Dan, pendapatanku akan menurun derastis jika
hujan tak turun sehari saja. Aku rindu saat-saat di mana hujan memanggilku
untuk bekerja.
“Dek,
payungnya, Dek!”
Begitu
setiap kali orang memanggil untuk menggunakan jasaku. Dan aku akan sangat
senang saat orang-orang menyerukan panggilan itu padaku. Ya. Pekerjaanku adalah
seorang tukang ojek payung. Dan karena itulah aku begitu senang saat hujan
turun. Bagiku, hujan adalah hidupku.