Fiona
Draft sejak Juni 2015
Seandainya aku berasal
dari luar negeri dan disuruh memilih negara yang paling ingin aku kunjungi,
dengan senang hati aku akan memilih Indonesia. Di Indonesia, apa pun yang aku
inginkan semuanya ada dan indah. Pegunungan? Lihat indahnya di film Laskar
pelangi. Lautan? Film Hollywood banyak mengambil latar laut di Indonesia. Pemandangan
kota? Surabaya baru saja dinobatkan sebagai kota terbersih di Asia Tenggara.
Akan tetapi, di antara
semuanya itu, aku selalu suka dengan laut. Meskipun rumahku berada di pinggir
laut, aku tak pernah bosan—bahkan selalu takjub setiap kali memandang ciptaan
Tuhan yang satu itu. Dan, dari semua flora dan fauna yang terdapat di dalam
laut, aku paling suka bintang laut.
Binatang yang kelihatannya
mati, tapi sebenarnya hidup. Bentuknya persis bintang di langit, hanya saja ia
tidak berkilau seperti saudaranya di langit sana. Namun, setidaknya ia
terjangkau. Tidak seperti Fiona, perempuan yang selalu kukagumi. Wujudnya
begitu dekat bak bintang laut, dan rupanya selalu bersinar bak bintang di
langit. Sayang, ia tak dapat kujangkau.
Sambil memandangi Fiona
dalam dekapan lelakinya di seberang sana, di sini aku terus berharap suatu saat
bintang yang berkilau di atas sana akan jatuh ke laut. Akan kucari ia walau tak
lagi bersinar. Akan kucari Fiona di antara flora dan fauna di tujuh benua.