Remah-remah Kentang Goreng
Rumah Sejuta Martabak
Mars, TX 75778
Dulu,
beberapa tahun lalu, banyak temen-temen yang kaget karena katanya gue pake baju
yang itu-itu mulu. Sampai-sampai gue dicap nggak pernah mandi.
Gue
memang selalu pake baju kaos polos dan seringnya warna hitam. Alasannya adalah
karena 1) gue suka sama warna hitam, dan 2) gue nggak nyaman pake kemeja atau
model baju polo (yang ada kerahnya gitu).
Awal-awal
gue suka sama baju kaos polos dengan warna yang sama setiap hari, orang-orang
nggak cuma kaget, tapi beneran sampai ada yang bilang, “Nggak pernah mandi lu
ya? Bajunya itu mulu.”
Padahal
dia nggak tau kalau koleksi baju hitam polos gue di lemari persentasenya di
atas lima puluh persen, dan sisanya baju tetangga. #LAH
“Emang
lu pernah liat gue sebelum sama sesudah mandi?” jawab gue.
“Enggak
sih...”
Namun
semua berubah saat Avatar Aang hidup kembali.
Seiring
berjalannya waktu, gue ngelihat makin banyak temen-temen yang meniru cara gue berpakaian.
Bahkan sampai ada teman yang pernah ngomong ke gue, “Man, kalau nanti lu beli
baju polos lagi, gue nebeng ya.”
Akhirnya
tren menggunakan kaos-kaos polos di pergaulan gue pun menjadi mainstream. Yang nggak
ikutan tren baju polos di lingkungan gue kayaknya hanya beberapa orang,
termasuk ponakan gue yang lebih suka baju dengan warna pelangi dalam satu baju.
Beberapa
hari yang lalu, gue ketemu sama teman kuliah, setelah sekian tahun.
Waktu
itu gue lagi makan kentang goreng sambil ngerjain kerjaan kantor di kafe di
dekat kampus ketika teman gue itu nyamperin.
“Eh,
kok lu muncul di sini?”
“Iya,
tadi habis ngurus sesuatu di kampus, terus mampir sini.”
Awalnya
kami hanya membahas soal kuliah dan pekerjaan, tapi lama-lama temen gue ini
malah tertarik membahas kaos polos yang gue kenakan hari itu.
“Style
baju lu belum berubah juga ya,” kata temen gue.
“Ya
gitulah,” jawab gue ketawa. “Gue mah sukanya yang simpel-simpel aja, nggak
ribet.”
Dari
situ ia kemudian ia mengutarakan keinginannya.
“Gue
sebenarnya pengen desain kaos gue sendiri. Cuman, gue bingung untuk sablonnya mau
pake mesin atau manual.”
Mendengar
itu, gue tahu arahnya ke mana.
Gue
pun langsung memutar layar laptop gue ke dia yang duduk di hadapan gue. Di layar
laptop gue sudah terpampang informasi jenis-jenis sablon kaos manual kalau
pengen sablon kaos sendiri.
Jadi,
berbeda dengan teknik sablon
kaos DTG yang seluruhnya menggunakan mesin, sablon kaos manual adalah
teknik sablon yang menggunakan peralatan khusus serta diperlukan keahlian
manusia untuk mengerjakannya. Sablon manual dapat dilakukan dengan cara water based dan oil based. Nah, untuk menyablon kaos secara manual, ada beberapa jenis sablon yang bisa dipilih:
1. Sablon Plastisol
Model
sablon yang bersifat oil based ini
memiliki tekstur yang tebal dan sangat terasa unsur karetnya. Sablon ini sangat
awet, kuat, dan menghasilkan gambar yang tajam dan detail sehingga banyak
peminat jenis sablon ini. Namun, sablon jenis ini nggak tahan dengan suhu panas
langsung, jadi ketika disetrika gambar sablonnya akan rusak dan menempel pada
setrika. Hal ini dapat disiasati dengan membalik kaosnya.
Jenis
sablon plastisol bisa dibikin jadi lembut, kasar, mengkilap, aspal, tipis,
warna emas, dan warna perak. Jenis ini cocok banget untuk sablon bergambar
raster.
2. Sablon High Density
Sablon
jenis ini memiliki tekstur karet yang cukup kuat dan memiliki efek 3D pada
sablon sehingga akan terasa timbul apabila disentuh. Efek timbul yang muncul
berbentuk kotak presisi mengikuti desain sablonnya. Sablon ini menggunakan
gel/transparent ink untuk dasarnya, kemudian dilapisi dengan cat plastisol
sehingga menghasilkan efek timbul yang lembut.
Jenis
sablon ini cocok dipakai untuk desain sablon logo dan tipografi. Selain itu,
jenis sablon ini juga sering dipakai untuk produk–produk topi.
3. Sablon Rubber
Karet
rubber ini cukup elastis, memiliki elastisitas dan kerapatan yang tinggi,
sehingga tahan bila disetrika. Namun, tinta rubber tidak seawet tinta plastisol,
karena rubber lebih mudah mengelupas. Jenis sablon ini dapat digunakan pada
kaos yang berwarna gelap atau terang. Teksturnya lembut dan karakternya
menutupi serat kain.
4. Sablon Superwhite
Sablon
ini merupakan jenis sablon water based.
Berbeda dengan high density, sablon jenis ini menyerap ke dalam serat kaos
sehingga terlihat sangat menyatu dengan kaos. Teksturnya enggak begitu terasa
bila disentuh karena menyatu dengan kaos sehingga terasa ringan saat dipakai.
Selain itu, sablon jenis ini tahan terhadap panas, sehingga dapat disetrika
dengan mudah. Namun, bila terlalu sering dicuci–pakai, sablon ini akan
menghasilkan efek vintage, karena warna sablon ini redup, tidak secerah oil based. Keunikannya, bila disablon
pada kaos katun akan menghasilkan efek kapas pada sablonnya.
5. Sablon Discharge
Hampir
mirip dengan sablon superwhite, tetapi sablon ini memiliki perbedaan karena
adanya campuran obat pada proses akhir, sehingga sablon ini dapat membakar dan
menggantikan warna dasar pada kaos. Campuran obat odorless sebanyak 6-8% dan
proses finishing press yang
berlangsung pada saat gambar sablon masih basah merupakan proses yang
membedakannya dengan superwhite. Sablon jenis ini cocok digunakan untuk kaos
yang berbahan reaktif.
6. Sablon Pigment
Salah
satu sablon jenis water based ini
hampir mirip dengan superwhite, tetapi bisa terasa pada saat disentuh dan
teksturnya agak kaku sehingga sulit mengikuti gerak kaos. Sablon pigment
menyisakan sisa endapan pada kaos, dan akan tetap menempel walaupun kaos sudah
dicuci. Sehingga jenis sablon ini sedikit di pasaran dan mulai digantikan
dengan superwhite karena kualitasnya yang lebih bagus.
7. Sablon glow in the dark
Sablon
jenis ini memiliki efek menyala dalam gelap, karena dalam sablon ini terdapat
senyawa kimia phosphor yang dapat menyerap energi dan memancarkan cahaya.
Bahannya terdiri dari serbuk fosfor sehingga kekuatan cahayanya tidak sekuat glow-stick. Bila cahayanya mulai padam,
hal ini dapat disiasati dengan mendekatkan kaos pada lampu. Sablon ini dapat
diaplikasikan dalam dua jenis sablon dasar, yaitu plastisol dan rubber.
8. Sablon flocking
Sablon
ini memiliki tekstur seperti beludru, terlihat timbul dan akan terasa lembut
bila disentuh. Proses inti flocking
ini dilakukan ketika proses akhir, kertas flocking
ditempel di atas kaos kemudian ditekan dan dianginkan beberapa saat, lalu
dicabut secara perlahan.
9. Sablon Foil
Sablon
ini hampir sama dengan flocking, tetapi
yang membedakan adalah elemen yang digunakan. Sablon ini memiliki elemen
plastik foil, sehingga menghasilkan efek mengkilap pada sablonnya.
10. Sablon Foam
Sablon
ini bisa disebut dengan sablon 3D, karena menghasilkan efek timbul. Desain yang
tertempel akan membentuk benjolan pada permukaan kaos, dan akan menghasilkan
lengkungan pada bagian dalam kaos.
Setelah
temen gue selesai membaca, dia langsung bertanya.
“Kalau
gue mau nyablon kaos yang gue desain sendiri, enaknya di mana ya?”
“Ya
di website tempat lo baca artikel barusan aja.”
“Oh,
Porinto?”
“Yap,
betul,” jawab gue sambil membersihkan meja dari remah-remah kentang goreng yang
sudah habis.