Kendaraan Umum
via Kama Digital Team |
Belakangan
ini rame banget soal kondisi jalan dan trotoar di Jakarta yang katanya
pengurusannya nggak maksimal. Berbagai komentar baik yang pro maupun kontra
muncul dari mulut (dan tangan) warga Jakarta, dan luar Jakarta tentu saja.
Sejatinya,
mengatur lalu lintas Jakarta sungguh bukanlah pekerjaaan mudah dan sebentar.
Masalah yang dihadapi ibu kota sangat kompleks sehingga pembenahan lalu lintas
bukanlah masalah parsial. Artinya, kebijakan pembenahan harus melibatkan
berbagai sektor bukan hanya Kementerian Perhubungan sebagai penanggung jawab,
namun juga lembaga lain seperti Kementerian PU sebagai pembangun infrastruktur,
Kementerian Lingkungan Hidup yang konsen terhadap lingkungan, dan tentu saja
Kepolisian.
Setiap
negara punya caranya sendiri dalam membenahi lalu lintas. Kita harus banyak
belajar dari berbagai negara berkembang yang tingkat perekonomiannya relatif
sama dengan Indonesia. Salah satunya TransJakarta yang mencontoh metode sama
yang diterapkan di Bogota, Colombia. Keterbatasan lahan, anggaran, serta tingginya
volume kendaraan pribadi membuat muncul ide membuat busway. Terobosan ini
adalah terobosan yang kurang lebih 12 tahun lalu ditiru oleh Jakarta.
Walaupun
awalnya muncul kontra di mana-mana, kini harus diakui, TransJakarta sudah
menjadi salah satu moda transportasi andalan di Jakarta.
Pendekatan
pembenahan transportasi tidak saja dengan menerbitkan regulasi, tapi juga perlu
dibarengi dengan edukasi yang bersifat kontinu. Badan Pengelola Transportasi
Jabodetabek (BPTJ) sebagai lembaga setingkat Direktorat Jenderal di Kementerian
Perhubungan secara konsisten melalukan berbagai program edukasi. Pendekatan
lain adalah melalui event nasional di mana transportasi berperan penting di
dalamnya. Asian Games 2018 dianggap merupakan momen yang tepat untuk merekayasa
lalu lintas Jakarta secara lebih masif.
Hampir
seluruh negara yang menghelat event internasional khususnya olahraga melakukan
rekayasa lalu lintas. Salah satunya Olympiade Beijing 2012 lalu. Beijing
sebagai ibu kota Cina, raksasa baru perekonomian, mengalami masalah lalu lintas
yang hampir dialami oleh semua negara berkembang, yaitu macet. Jika di Jakarta
pengaturan hanya sebatas plat ganjil-genap, Beijing lebih ekstrem karena
pengaturan benar-benar berdasarkan nomer plat mobil. Misal angka 1 dan 2 hanya
bisa melintas di Senin dan Rabu, angka 3 dan 4 hanya bisa Kamis dan Jumat, dan
seterusnya. TIdak main-main, pelajaran dari Olympiade ini diimplementasikan
bahkan setelah pekan olahraga dunia tersebut berakhir.
Lalu,
kenapa Jakarta sangat perlu rekayasa lalu lintas saat Asian Games 2018
ini? Pertama, kemacetan masih jadi
masalah krusial di Ibu kota dan sekitarnya. Jakarta juga tengah gencar
membangun infrastruktur di hampir setiap sudutnya, yang memengaruhi arus lalu
lintas. Kedua, ada standar internasional pihak OCA (Olympic Council of Asia)
yang menerapkan syarat waktu tempuh atlet ke venue sekitar 30 menit dan
kualitas udara yang baik, setidaknya mengikuti baku mutu harian menurut PP
Nomor 41 Tahun 1999 adalah 65 mikrogram per meter kubik atau baku mutu menurut WHO adalah 25 mikrogram per meter
kubik.
Oleh
karena itu, di Jakarta dan sekitarnya, sejak 2 Juli 2018 lalu dilakukan uji
coba rekayasa lalu lintas Jabodetabek. BPTJ meluncurkan 3 paket kebijakan
transportasi untuk menjamin pelaksanaan Asian Games lancar. Ketiga paket
kebijakan tersebut yaitu Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL), Penyediaan
Angkutan Umum serta kebijakan Pembatasan Lalu Lintas Angkutan Barang (golongan
III, IV, dan V). Selain untuk menjamin kelancaran penyelenggaraan Asian Games.
"Asian
Games menjadi momentum untuk mengedukasi masyarakat agar mau beralih dan
memanfaatkan transportasi umum. Selain efektif mengurai kemacetan, peralihan
ini juga memberi efek pada penurunan tingkat polusi udara," tegas Bambang
Prihartono, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).
Sebuah
riset juga membuktikan lebih dari Rp100 triliun hilang setiap tahun akibat
kemacetan di Jabodetabek. Sebuah artikel lain menyebutkan satu mobil pribadi
menghasilkan 250 kg emisi CO2 per penumpang per 1000 km, sementara bus hanya
menghasilkan 50 kg emisi CO2 per penumpang per 1000 km. Artinya dengan naik
kendaraan umum, kita secara tidak langsung juga sudah menjaga lingkungan.
Pada
Asian Games nanti, Masyarakat “dipaksa” untuk beralih ke kendaraan umum atau
minimal “belajar menikmati” kendaraan umum di Jakarta, terutama bagi mereka
yang terbiasa dengan kendaraan pribadi. Untuk itu BPTJ bekerja sama dengan
berbagai operator kendaraan umum menambah armada bis-bis di Ibu kota. Kebijakan
ini meliputi penambahan armada bus Transjakarta ke venue sebanyak 76 unit dari
kondisi existing 294 unit, penyediaan 57 unit bus dari hotel/mal ke Venue,
penyediaan 204 bus khusus untuk wilayah-wilayah yang terdampak perluasan
kebijakan ganjil-genap, serta penyediaan 10 unit bus guna keperluan non
pertandingan (wisata). Menariknya, semua bus dengan trayek menuju venue akan
digratiskan untuk masyarakat umum.
Bukan
cuma itu, mengingat makin banyak jalan yang diberi kebijakan ganjil-genap, BPTJ
bekerja sama dengan Google Indonesia juga merilis update aplikasi Google Maps
yang dapat mendeteksi rute ganjil-genap. Aplikasi ini akan memberikan informasi
mengenai rute mana yang harus dilalui jika menggunakan kendaraan pribadi agar
tidak melanggar jalur ganjil genap. Pengguna juga akan mendapatkan informasi
waktu tempuh yang dibutuhkan jika melalui jalur alternatif.
Buat
yang tidak terbiasa dengan kendaraan umum, bisa menginstal Aplikasi Moovit. Dengan
menggunakan aplikasi ini kita bisa melihat jadwal kereta dan bis, serta angkot.
Selain itu juga kita bisa cek waktu kedatangan, notifikasi tujuan dan rute
detail di dalam maps, sehingga kita bisa dengan mudah menemukan rute di Jakarta
dengan cara paling efisien dan efektif. Tidak tanggung-tanggung untuk Asian
Games, bahkan sudah diperbarui hingga ke lokasi dan rute masing-masing cabang
olahraga.
Walaupun
Asian Games hanya berlangsung selama kurang lebih tiga minggu, kita semua
berharap dapat belajar memahami kondisi jalanan Ibu kota dengan lebih baik. Ya,
perubahan memang butuh waktu, dan butuh kontribusi semua pihak. Tidak ada yang
dapat membuat semuanya menjadi lebih baik, jika kita tidak turut serta
berpartisipasi. Naik kendaraan umum tidak mungkin senyaman kendaraan pribadi,
tapi naik bus punya banyak manfaat sosial. Membantu mengurangi macet,
mengurangi polusi, dan membuat hidup kita pun makin berkualitas. Dulu kemapanan
itu tersimbol dengan mengendarai mobil pribadi. Tapi zaman sudah berubah. Kini
“mapan” adalah mereka yang mau naik kendaraan umum.
Yuk
dukung Asian Games 2018 dan dukung perubahan transportasi Ibu kota menjadi
lebih baik dengan membiasakan diri naik kendaraan umum.