Helena
via mojzagrebinfo on Pixabay |
Judul : Helena
Penyanyi : My Chemical Romance
Album : Three Cheers for Sweet Revenge
Tahun : 2004
Gue
sedang memutar video klip Helena-nya MCR di ruang keluarga ketika Aji turun dari kamarnya dengan kondisi mata yang masih bengkak baru bangun tidur. Dia
mengambil remot TV dan mengganti channel sesuka hatinya.
“APAAN
NIH KOK NGGAK ADA YANG SERU,” omelnya.
“Emang,
makanya saya nggak nonton,” balas gue.
Setelah
itu Aji mematikan TV dan cuci muka. Balik dari kamar mandi dia ngomel lagi.
“APAAN
NIH KOK NGGAK ADA MAKANAN,” ceracaunya.
“Emang,
makanya saya nggak makan,” balas gue.
Setelah
itu Aji jalan ke ruang tamu dan memeriksa garasi setelahnya.
“APAAN
NIH KOK NGGAK ADA ORANG,” teriaknya.
“BACOT
LO BANSGAT!” kata gue.
Lalu
dia menghampiri gue dan meluk gue sambil ketawa.
“Pinjam
motor dong, Kak. Motor saya lagi rusak. Sejam lagi mau kuliah nih.”
“Lah,
saya juga mau kuliah sejam lagi.”
“Yah…”
“Saya
antar kamu ke kampus aja deh, gimana?”
“Saya
yang antar Kakak ke kampus aja, gimana?”
“KAN
MOTOR SAYA!”
“KAN
SAYA YANG MAU PINJAM!”
“BERANTEM
AJA YOK?!”
“AYOK!”
Lalu
kami sama-sama meninggalkan ruang keluarga. Gue pindah ke ruang tamu, Aji balik
ke kamarnya.
Nggak
lama setelah itu, Aji ngechat gue di LINE.
“Kak,
lagu yang tadi itu judulnya apa?”
“Yang
mana?”
“Yang
tadi.”
“Oh.
Helena.”
“Judulnya?”
“Helena.”
“Iya,
tapi judulnya apa?”
“JUDULNYA
HELENA, BEGO!”
“Oh.
Hahaha. Penyanyinya siapa?”
“MCR.”
“Apa
tuh?”
“MONYET.”
“HAHAHAHA.
Makasih. Mwuach!”
Sejam
kemudian gue berangkat ke kampus buat konsultasi sama dosen pembimbing skripsi,
sementara Aji juga sudah dijemput sama teman kampusnya.
Saat
pulang, gue sampai lebih dulu dan Aji baru datang sekitar sejam setelahnya
bersama temannya yang tadi menjemput, dan beberapa teman lainnya. Mereka langsung
naik ke kamar sementara gue diam-diam nonton film pendidikan di ruang tamu.
Nggak
lama setelah Aji dan teman-temannya di atas, speaker dengan suara menggelegar
mulai berbunyi dari kamar Aji. Memutar lagu Helena, dan nggak cuma sekali tapi
terus diulang-ulang. Lagunya bagus, tapi kalau diulang-ulang terus dengan
volume kencang, kasihan kesehatan telinga juga. Gue yang di bawah aja dengarnya
sambil minta ampun, apalagi mereka yang di atas dan di dalam kamar, pikir gue.
Setelah
lagu diputar sekitar sembilan atau sepuluh kali, beberapa teman mereka turun
sambil ngobrol. Karena suaranya keras jadi gue bisa dengar percakapan mereka.
“Wah,
bagus itu lagunya, dapat dari mana?”
“Ada
deh. Bagus kan?” kata Aji.
“Kalau
lagu-lagunya MJR yang lain bagus-bagus juga kan?”
“MCR!”
koreksi Aji.
“Iya,
MCR.”
“Belum
tau. Ini baru mau dengerin lagu lain nanti malam,” kata Aji.
“Oke,
kabari nanti malam ya, Cuy!”
“OKE!”
“Balik
dulu.”
“Sip!”
Dari
ruang tamu gue mendengar suara motor teman-teman Aji menjauh, lalu dia nengokin
gue di ruang tamu.
“Ngapain,
Kak?”
“Nonton.”
“Nonton
apa?”
“Film
pendidikan.”
“Judulnya
apa?”
“My
Stepdaughter.”
“Film
apaan tuh?”
“Film
pendidikan, dibilang.”
“Yang
main siapa?”
“Johnny
Sins.”
“Siapa
tuh, nggak kenal.”
“Iya,
dia juga nggak kenal sama kamu.”
“Kalau
saya nggak kenal, berarti dia nggak terkenal.”
“BIJI.”
Aji
ketawa lalu meninggalkan gue kembali ke kamarnya sementara gue lanjut nonton
film pendidikan yang dibintangi Johnny Sins bersama Angela White. Filmnya seru
dan benar-benar mendidik.
Nggak
sampai 10 menit, Aji datang lagi. Karena kaget, gue langsung menutup layar
laptop tanpa sempat mematikan atau nge-pause
filmnya dulu.
“Kak,
lagu-lagu MCR lainnya yang bagus, apa lagi ya?”
“Banyak.”
“Iya,
apa aja?”
“Itu
kan kalau kamu putar di YouTube, di sampingnya kan ada tuh lagu-lagu lain, cobain
aja satu per satu.”
“Oh,
gitu.”
“Iya,
gitu. Sekali lagi kamu ganggu, saya bakar teman kamu.”
“Hahaha,
bakar aja!”
Karena
kesal, gue pun nggak ngelanjutin film pendidikan yang gue tonton setelah Aji
pergi lagi. Gue pergi ke warung di ujung gang buat beli bakso karena dari tadi
belum makan.
Sekitar
pukul setengah enam sore, pacar (sekarang sudah mantan) gue pulang dari kampus
dengan keadaan capek dan minta dipijit.
“Bentar,
pake kacamata dulu biar pijitannya menjiwai,” kata gue. Kami lagi duduk di
ruang tamu.
“Lagi
ada film baru apa ya sekarang?”
“Nggak
tau. Coba cek aja di website.”
“Laptop
kamu mana, Yang?”
“Itu,”
kata gue sambil menunjuk ke bawah meja ruang tamu.
Sedetik
kemudian gue teringat kalau film pendidikan yang tadi gue tonton belum sempat
gue matiin.
“Sini
aku aja yang nyalain,” kata gue.
“Aku
aja. Kamu fokus mijit aja.”
“Aku
aja.”
“Aku
aja. Emang ada apa, sih?”
“Ya
udah. Nggak ada apa-apa, sih.”