Dan Kita

Rumah Sejuta Martabak Special Region of Yogyakarta, Indonesia

Di kuncup langit telah menggerus warna jingga
padahal kereta yang membawa petang sejatinya belum juga tiba.

Dengan lugu, kita bicara perihal mimpi dan luka
secara terbuka. Musim-musim panjang
dan langkah pelanmu dalam lelah tidurku.

Dirimu satu namun terlepas sebagai ribuan merpati
dengan kelopak sayap sewarna salju.
Dan, kamu, memilih bersarang pada ranting-rantingku.

Cinta,
kita selalu punya tempat meski semua belantara
akan tandus dan terhapus.

Pikiranku,
ialah labirin kamu tiada menemui jalan keluar.

Kanvas hatimu,
wadah semua hari aku belajar melukis apa-apa
yang enggan terkikis.

Ada waktu pelukan terasa memburu. Ada kala
taman kita tidak dihinggapi kupu-kupu dan
lampu-lampu kota bahkan padam sebelum subuh.

Atau tubuhmu,
lukamu,
akar-akar jantungmu,
terkubur sebagai kapal karam di perut langit.
Barangkali kamu memungkinkanku menaruh
matahari di situ. Matahari paling jingga yang baru,
yang kucabut dari laut paling sakit.

Kelak tidurmu hangat,
pagimu nyaman,
dengan kopi dan koran hari ini
dan aku
dan kita.

Dan kita.


Puisi karya Fajri Maulana berjudul asli “Sejauh Ini, Kekasih”. Judulnya diganti tanpa izin dari Fajri terlebih dahulu karena ini blog gue, jadi suka-suka gue. By the way, Happy Birthday, Jri!

Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.