10 Film Horor yang Tidak Horor
Rumah Sejuta Martabak
Special Region of Yogyakarta, Indonesia
Gue
adalah penyuka film bergenre horror, thriller, slasher, atau apa pun itu yang
serem dan banyak darah-darahnya. Waktu nonton Anarchy Parlor bukannnya jijik
malah gue ngences ngeliat manusia dikulitin hidup-hidup. Gue sempat berpikir
kalau gue punya kelainan, jadi gue tanya sama beberapa teman dekat. Ternyata
bener, kata mereka gue punya kelainan.
Setelah
gue pikir-pikir, emang bener, sih. Gue ini lain, beda sama mereka. Gue sukanya
makan yang asin-asin, mereka sukanya yang manis dan pedes. Gue suka menghabiskan
waktu sendirian di kamar, mereka sukanya jalan-jalan dan hura-hura. Gue
ganteng, mereka biasa aja.
Berawal
dari kesukaan itu, akhirnya gue jadi lebih sering nonton film horror dan
akhirnya menemukan setidaknya ada 10 film horror yang ternyata tidak horror.
Beneran, sepanjang film berikut ini, jangankan sampai kebawa mimpi, bahkan
merinding pun gue enggak.
1. Hansel Vs. Gretel (2015)
Sebenarnya
Hansel and Gretel ada dua versi lain selain yang versus ini, tahun 1987 dan
2013. Dan keduanya juga nggak ada yang menyeramkan, untungnya yang keluaran
tahun 2013 diselamatkan oleh gantengnya Jeremy Renner dan Gemma Arterton yang
lumayan bisa mengimbangi Jeremy. Khusus untuk Witch Hunter, kualitas gambarnya
sungguh menyedihkan. Gue lebih suka baca bukunya berkali-kali daripada nonton
filmnya dua kali.
Genre
film ini selain horror memang juga ada komedi, fantasi, dan sedikit petualangan.
Sebagai penyuka film horror, Hansel Vs. Gretel sangat tidak gue rekomendasikan.
Lebih baik nonton Dora and the Missing Breast House di Fake Taxi.
2. Strange Blood (2015)
A brilliant scientist becomes
infected with bizarre paratsite that slowly transform him into a bloodthirsty
madman. Hanya
bagian itu yang menarik dari film ini, selebihnya gue nggak mengerti dan nggak
merinding sama sekali ketika menontonnya. Sampai hari ini gue masih nggak
ngerti apa yang ingin disampaikan oleh film ini, dan thanks, gue nggak pengin tau lagi.
3. Friend Request (2015)
Friend
Request ceritanya tentang seorang mahasiswi yang nggak punya temen sama sekali
di kampus. Nggak cuma di kampus, di Facebook juga dia nggak punya temen sama
sekali. Sekalinya punya temen, eh diajakin ngapa-ngapain terus padahal kenal
juga belum sehari tapi sok akrabnya kayak udah kenal bertahun-tahun.
Alih-alih
takut dengan cerita filmnya, gue malah illfeel
dengan sikap Laura yang super duper posesif. Jatuh-jatuhnya malah nggak horror,
tapi ‘horror’.
4. Pride and Prejudice and Zombies (2016)
Pride
and Prejudice and Zombies mungkin adalah film horror paling romantis yang
pernah ada. Ceritanya nggak beda jauh dengan Pride and Prejudice versi original
yang diadaptasi dari buku Jane Austen, hanya dibumbui dengan kehadiran para
zombie dan sedikit pengubahan pada bagian akhir.
Horror?
Nggak sama sekali. Film ini lebih banyak komedi dan adegan yang memaksa gue
buat mengingat kejadian di film aslinya. Tapi gue nggak mau bilang jelek juga,
cuma nggak horror.
5. Rings (2017)
Masih
ingat Sadako? Pasti dong. Kalau sedekah? Nggak boleh lupa, dong! 10 menit
pertama ketika nonton Rings, gue pikir ini adalah Sadako Yamamura versi barat.
20 menit berikutnya, gue masih berpikir demikian. 10 menit terakhir, oke, gue
buang-buang waktu banget nonton film ini.
Sebuah
film bergenre misteri dan fiksi ilmiah yang penjelasannya sungguh maksa.
Nyeremin? Buat gue sih, enggak. Lebih serem kalau yang muncul dari dalam layar
itu temen yang pernah kita utangin dan belum dibayar karena lupa.
6. The Other Side of the Door (2016)
Film
yang ceritanya tentang seorang ibu yang kehilangan anaknya lalu ia ditawarkan
oleh seseorang yang punya kemampuan untuk mempertemukan orang hidup dengan
orang mati. Kalau di Indonesia mungkin semacam Uji Nyali.
Mungkin
karena keseringan nonton film dengan plot yang seperti ini, gue jadi nggak
ketemu bagian seram dari film ini. Gue malahan geli sama hantu-hantunya yang
ternyata bukan hantu. #EHGIMANA
7. A Dark Song (2017)
Sama
dengan The Other Side of the Door, A Dark Song juga punya plot yang sama. Tapi
kalau dibandingkan, gue preferred The
Other Side of the Door. A Dark Song ini pace-nya sangat lambat, percakapannya
terlalu banyak, dan adegan di akhir filmnya nggak banget banget banget.
8. The Disappointments Room (2016)
The
Disappointments Room bercerita tentang Dana (Kate Beckinsale) dan suaminya
David bersama anaknya Lucas yang baru berumur 5 tahun yang baru pindah dari
Brooklyn, New York ke sebuah rumah di tengah hutan yang sangat sepi. Tiba-tiba
saja Kane dapat penglihatan tentang kejadian yang pernah terjadi di rumah ini
di masa lalu.
Secara
keseluruhan ceritanya cukup menarik, tapi adegan seramnya nggak begitu banyak.
Yang kadang bikin kaget malah cuma musiknya yang suka tiba-tiba, selain itu B
aja.
9. The Ouijah Experiment 2: Theatre of Death (2015)
Mau
diketawain, bukan film komedi. Mau takut, nggak ada serem-seremnya. Malahan
lucu. Eh bukan lucu, menyedihkan.
Serius,
The Ouijah Experiments ini adalah salah satu film horror yang bikin gue
menyesal karena telah menghabiskan waktu menontonnya. Entah siapa yang punya
ide membuat film ini gue nggak mau tau, tapi film ini bener-bener merusak mood
pencinta film horror, dan sepertinya sutradara nggak punya dana lebih buat
bayar editor yang lebih baik. Entahlah, mungkin film ini diedit menggunakan
Windows Movie Maker Free versi beta.
10. The Ouija Exorcism (2015)
Apa
yang lebih nggak banget banget banget dari The Ouija Experiments? Ya, The
Ouijah Excorcism. Baik The Ouija Experiment maupun Exorcism sama-sama rilis tahun 2015, dan keduanya benar-benar kacau. Mungkin keduanya janjian, entahlah. Pokoknya sekarang kalau ada film yang ada kata
Ouija-nya, gue nggak akan mau nonton lagi. Daripada gue menyesal karena jatuh
di kesalahan yang sama tiga kali seumur hidup.