Handbag
Kejadiannya
hari Jumat, beberapa bulan lalu di masjid dekat kosan gue. Waktu itu gue datang
ke masjid lebih cepat dari biasanya karena hari itu gerah banget jadi sehabis
mandi gue langsung aja jalan ke masjid yang jaraknya sekitar empat ratus meter.
Ketika
sampai masjid masih sepi. Di sana baru ada beberapa anak kecil yang
berkeliaran, kejar-kejaran, dan beberapa orang senderan di tiang masjid.
Masjidnya tidak terlalu besar, hanya ada empat tiang yang ukurannya juga tidak
terlalu besar. Dua tiang depan sudah terisi penuh, dua tiang belakang juga
sudah terisi kecuali sisi kiri tiang kanan. Gue pun langsung menuju ke sana
buat ikutan senderan, biar kayak orang-orang.
Karena
belum azan, gue mainin hape sambil baca-baca chat di grup WhatsApp yang waktu
itu lagi rame bahas tentang penemuan mayat tanpa kepala di Jakarta.
Ketika
sedang serius baca berita yang dishare salah seorang anggota grup, tiba-tiba
ada orang nyamperin gue.
“Mas,
bisa tukeran tempat duduk nggak?” katanya.
Gue
spontan menatap dia lalu melihat handbag warna hitam yang dibawanya. Gue
pun langsung mengerti lalu berdiri untuk menggeser posisi duduk. Tiba-tiba saja
dari belakang ada seseorang yang langsung ngambil tempat yang harusnya diambil
sama orang yang bawa tas tadi. Lucunya, dia langsung ngambil gerakan salat
sunnah tahiyatul masjid.
Gue
dan orang yang bawa tas itu langsung saling tatap-tatapan. Bengong. Tapi si
orang itu terlihat sangat khusyuk salatnya. Padahal belum banyak orang, bisa
dibilang masjid masih kosong tapi orang itu malah ngambil tempat yang
seharusnya dia udah tau kalo tempat itu udah ada pemiliknya. Gue menaruh hape
kembali ke saku, orang yang bawa tas itu masih berdiri nungguin orang yang
salat ini.
Dan,
gilak, orang ini salatnya lama banget padahal dua rakaat doang. Orang yang bawa
tas ini mungkin capek sekaligus emosi. Dia pun menaruh tasnya itu di tiang sisi
depan yang baru saja ditinggalin pemiliknya buat pindah ke barisan depan. Dia
lalu duduk di samping gue.
Nggak
lama setelah itu, orang yang salat sunnah tadi kelar juga. Dia nyalamin gue dan
si pemilik tas tanpa rasa bersalah. Gue lihat sekeliling masjid sudah mulai terisi
dan mulai sesak dan ceramah udah mau dimulai. Kami pun menunduk sambil
mendengarkan khutbah Jumat yang juga sempat membahas tentang penemuan mayat
tanpa kepala itu.
Khutbah
selesai. Selanjutnya dilanjut dengan salat Jumat berjamaah. Karena penuh, gue
tetap berdiri di tempat gue duduk begitu pun si pemilik tas dan orang yang
salat sunnahnya lama banget kayak nungguin cewek lagi dandan itu.
Semuanya
berjalan baik-baik saja, sampai akhirnya di rakaat kedua ketika bangun sujud
mata gue spontan melihat ke arah tiang tempat si pemilik tas menaruh tasnya.
Tasnya menghilang seiring dengan menghilangnya orang yang salat sunnahnya lama
banget itu. Sejak tatapan itu salat gue nggak khusyuk lagi. Lalu setelah salam,
gue langsung tanya si pemilik tas.
“Pak,
orang yang di sebelah Bapak tadi mana ya?”
“Nggak
ada. Nggak tau saya.”
“Tapi,
Pak, tas Bapak juga nggak ada.”
“Ya
udah, biarin aja. Nggak papa.”
Dasar
gue orangnya nggak enakan, orang yang kehilangan gue yang nggak enak gara-gara
duduknya deketan. Gue khawatir si pemilik tas ini nuduh gue satu komplotan sama
si maling. Sungguh ini adalah modus pencurian yang baru pertama kali gue tau
dan sama sekali nggak pernah terpikirkan.
Setelah
berdoa meminta duit dan Macbook Air jatuh dari langit, gue pun keluar. Setelah
ngambil sepatu, gue ternyata ketemu lagi sama si pemilik tas yang sekarang udah
dicuri orang itu. Sambil jalan, gue nanya..
“Pak,
sebenarnya isi tas Bapak itu apa sih? Kok kayaknya santai banget kehilangan
tas.”
“Kepala
manusia,” jawab si pemilik tas dengan santai.