Di Sepanjang Pantai Kukup



Terakhir kali gue nge-camp itu ketika kelas 6 SD dalam rangka perjusami, perkemahan Jumat, Sabtu, Miyapa Minggu. Itu pun karena dipaksa sama wali kelas gue waktu itu, dan gue ikut dengan setengah hati. Di malam pertama, gue demam dan terpaksa pulang malam itu juga. Satu kata yang pantas mewakili ke-nggak-kerenan gue waktu itu mungkin adalah: CUPU.

Lalu setelah belasan tahun, gue akhirnya dapat kesempatan lagi untuk nge-camp dan bukan dalam rangka ikut kegiatan pramuka. Dan tempat yang gue datangi kali ini adalah Pantai Sepanjang yang terletak di timur kota Jogja. Gue sudah merencanakan ini jauh-jauh hari sebelumnya. Berangkat siang, sampai sebelum sunset, dan menikmati bintang yang kerlap-kerlip di malam hari dan suara debur ombak sampai akhirnya terlelap dalam tidur.

Ekspektasi dan realita memang kadang suka bermain-main.

Ternyata gue sampai di Pantai Sepanjang setelah jarum pendek jam tangan gue ngelewatin angka tujuh. Penyebabnya adalah, gue mengandalkan Google Maps dan di tengah perjalanan jaringan tiba-tiba menghilang dan sisa perjalanan gue lalui dengan menggunakan feeling. Gue sedikit kecewa karena nggak kesampaian ngelihat pemandangan matahari terbenam. Dan ketika gue maksa buat tetap ngambil gambar sunset, yang gue dapat malah gambar ini…
Setelah beberapa kali salah pasang tenda dan keringetan di tengah angin sepoi-sepoi Pantai Sepanjang, akhirnya gue bisa berbaring di pasir, menikmati bintang-bintang yang sesekali tertutup awan hitam. Sempat gerimis tapi kemudian bintangnya muncul lagi setelah gue nyanyi, “HUJAN HUJAN PERGILAH, DATANG LAGI LAIN HARI” sebanyak tiga kali.

Suara hempasan ombak, kerlip bintang di angkasa, dan keheningan yang jauh dari perkotaan adalah satu kedamaian pemberian Tuhan yang betul-betul gue nikmati malam itu. Kegagalan menyaksikan matahari terbenam seolah terbayarkan seketika. Rasa kecewa itu akhirnya hilang seperti perasaan yang dipendam selama bertahun-tahun.

Dan, ketika akhirnya pagi menyapa, gue langsung bergegas ke toilet buat dandan. For your information, Pantai Sepanjang sangat cocok untuk kamu yang pengen jalan-jalan tapi nggak bisa jauh-jauh dari toilet pas bangun tidur kayak gue ini. Toiletnya ersih dan terawat.

Setelah cuci muka dan ganti muka, gue lanjut main-main air tanpa sabun
Sandalnya lupa taruh di mana...
Ketika gue menatap ke salah satu arah, eh gue ketemu soulmatenya sunset, yaitu sunrise. Gue pun nggak mau ketinggalan momen ini.
Mayan lah...
Setelah puas bermain-main air dan mataharinya sudah mulai meninggi, gue kembali ke tenda buat beres-beres untuk selanjutnya nyari makan. Niatnya sih, gue mau sarapan kepiting saus tiram gitu…
Tebak, gue yang mana?
Setelah membereskan tenda, ibu-ibu penjaga warung di belakang tenda gue menawarkan es kelapa muda yang katanya lagi diskon. Ya gue nggak mungkin menolak diskon lah walaupun gue bukan cewek.

“Bu, di sini seafood yang enak dan murah itu di mana ya?” tanya gue ke si ibu yang lagi masukin es batu ke kelapa gue.

“Oh, di Pantai Kukup aja, Mas. Di sana murah-murah dan lengkap,” jawab si ibu dengan sumringah. “Nanti di depan sana, belok kiri aja, ada tulisannya kok, Mas.”

Dan di situlah awal kenapa gue akhirnya datang ke Pantai Kukup juga.

Di Pantai Kukup, seperti yang gue bilang tadi, gue memesan kepiting. Ya…, meskipun nggak ada saus tiramnya sih. Tapi nggak papa, gue udah lama pengen makan kepiting.

Setelah beres ngutak-atik kaki-kaki kepiting yang lumayan berisi, gue menyempatkan untuk baca novel biar kayak orang-orang.
Coba tebak judul novelnya...
Dan perjalanan gue berakhir di tempat yang berlatar salah satu tempat yang mirip Tanah Lot, Bali ini.
Gue udah capek, gerah karena nggak jadi mandi, dan ngantuk karena semalam gue tidur menjelang pagi karena keasyikan ngobrol sama pasir dan kepiting-kepiting kecil yang lalu-lalang di sekitaran tenda gue yang ternyata terpasang dalam keadaan miring.

Gue pun memutuskan untuk pulang setelah menyusuri Pantai Sepanjang dan Pantai Kukup sepagian penuh.

Copyright © N Firmansyah
Building Artifisial Newsletter.