Bukan Review: W Two Worlds
via ASIANWIKI |
Kenyataannya,
gue adalah orang yang sangat jarang nonton drama yang ceritanya bersambung dan
berepisode seperti drama korea dan drama-drama sekonspirasinya. Apalagi sampai
12 episode. Ketertarikan gue pada drama korea bermula ketika drama Doctors dan
Descendants of the Sun banyak dibicarakan para netizen terutama cewek-cewek,
dan gue jadi tertarik mencari tau soal kedua film itu.
Lalu
belakangan ini gue nggak sengaja ketemu dengan W (Two Worlds), drama korea yang
sekarang sedang jadi idola dan banyak ditunggu-tunggu terutama oleh para
penyuka drama korea. Awalnya gue nggak tertarik sama sekali dengan drama ini,
tapi ketika membaca sinopsisnya gue jadi penasaran untuk nonton paling nggak 2
atau 3 episode dulu.
W
Two Worlds adalah drama korea bergenre misteri dan fantasi yang sesekali jadi
romantis dan melodramatic di mana tokoh utamanya adalah karakter dalam sebuah
webtoon yang awalnya digambar oleh webtoon kreator lalu tiba-tiba ceritanya
jadi mengalir sendiri di luar keinginan sang kreator. Tokoh webtoon itu
bergerak dan hidup dalam dunianya sesuai kehendaknya, bukan kehendak
penciptanya.
Sebenarnya
ada dua tokoh utama di drama W Two Worlds ini, Khang Cheol (Lee Jong-suk)
sebagai tokoh utama dalam serial webtoon dan Oh Yeon-joo (Han Hyo-joo) sebagai tokoh
utama dalam dunia yang sebenarnya. Khang Cheol adalah tokoh kaya dan juga
seorang atlet yang dituduh membunuh seluruh anggota keluarganya sendiri dan Oh
Yeon-joo adalah seorang dokter yang di dunia nyata dianggap ceroboh dan nggak bertanggung
jawab atas pekerjaannya. Saat tulisan ini gue tulis, W Two Worlds sudah masuk
episode kedelapan yang berarti masih ada paling nggak 4 episode lagi sampai
dramanya benar-benar tamat.
Di
dua sampai tiga episode awal, gue sangat senang dan tertarik dengan drama W Two
Worlds ini sampai gue nggak sabar menunggu kelanjutannya. Ceritanya benar-benar
bikin penasaran dan bikin gue bertanya-tanya sendiri akan seperti apa
kelanjutanya nanti, tapi setelah episode 6 keluar, gue malah jadi prihatin. Tapi
memang begitulah nasib drama yang wajib minimal 12 episode; hampir nggak ada
bedanya dengan sinetron yang mendayu-dayu itu.
Awalnya
gue berharap, W Two Worlds ini tamat dalam maksimal 5 atau 6 episode saja biar
nggak terlalu bertele-tele dan membosankan. Tapi tetap lanjut sebagaimana
seharusnya dan benar dugaan gue, drama korea W Two Worlds jadi teramat sangat
membosankan, nggak ada bedanya dengan drama-drama lainnya yang sudah gue
tonton. Hanya menarik di 2 atau 3 episode awal, selebihnya ceritanya
diputar-putar seperti gasing yang sejatinya nggak ke mana-mana, lalu ditutup
dengan ending yang biasa banget. W Two Worlds memang belum tamat, masih menyisakan
beberapa episode lagi. Tapi berkaca pada drama-drama yang sama sebelumnya,
semua endingnya sama saja. Nggak ada yang benar-benar beda.
Slow
motion yang terlalu banyak, pengulangan adegan dan story telling yang sinetron
banget bikin gue jadi malas menunggu kelanjutannya lagi, padahal di awal gue
sudah menggebu-gebu banget karena mikir ternyata ada drama dengan cerita yang
beda dari biasanya.
Kecewa
memang selalu datang belakangan, sama kayak penyesalan. Tapi setidaknya gue
masih sempat menikmati beberapa episode awal sambil gue menunggu drama lain
yang mungkin bisa bikin gue penasaran sampai akhir.
Meski
gue bilang seperti ini, tapi pecinta drama korea yang pagi ini baru gue tau
ternyata sering disingkat drakor jelas tetap akan menunggunya sampai episode
terakhir. Bagi gue, W Two Worlds seharusnya sudah tamat sebelum Khang Cheol muncul
ke dunia nyata karena setelah itu ceritanya jadi semakin nggak masuk akal dan
semakin bertele-tele, ditambah lagi beberapa adegan yang nggak make sense
seperti peluru Khang Cheol yang nggak mempan terhadap Oh Yeon-joo di dunia
webtoon tapi bisa menembus dada Oh Sung-moo (Kim Eui-sung) di dunia nyata, ditambah
dengan draft webtoon yang nggak pernah dijelaskan dikirim dari mana dan oleh
siapa yang semakin bikin gue bosan.
Pada
akhirnya gue tetap menyimpulkan bahwa drama W Two Worlds nggak ada bedanya
dengan drama-drama lainnya; tetap membosankan.