Nyasar ke Permukaan
Rumah Sejuta Martabak
Mars, TX 75778
Sebelum
ini gue masih merasa kalau gue adalah orang paling gaptek yang pernah
diciptakan di dunia ini, sampai akhirnya dua hari yang lalu ketika gue
memutuskan untuk memanfaatkan diskon 50% dari Go-Jek Indonesia.
Jadi,
dua hari lalu, gue baru bangun tidur ketika ada chat masuk yang ngasih
informasi kalau Go-Jek bekerja sama dengan Alfamart dengan ngasih cashback 50%
dengan maksimal cashback 20 ribu. Well, sebenarnya promo ini sudah lama
diadakan Go-Jek karena gue bahkan sudah memanfaatkan promo ini sejak beberapa
bulan lalu. Cuman, kali ini merchant yang diajak kerja sama makin banyak, salah
satunya Alfamart.
Kalau
nggak salah nama programnya GO-PAY PAY DAY. AY AY!
“Sayang,
kan belum beli shampoo sama pasta gigi, tuh. Buruan gih ke Alfamart, bayar
pakai Go-Pay dapat diskon 50%,” kata kekasih sambil ngirim tangkapan layar via
WhatsApp.
“Ah,
Alfamart dekat rumah belum bisa bayar pakai Go-Pay,” jawab gue ngeyel.
“Bisa,
semua Alfamart bisa kok ini.”
“Nggak
bisa, Sayang. Seminggu lalu saya ke sana katanya belum bisa, alatnya belum
tersedia.”
“Alat
apa?”
“Alat
kelamin pancing.”
Ya,
setiap ke Alfamart deket rumah memang gue selalu nanya, “udah bisa bayar pake
Go-Pay belum?” ke kasirnya dan selalu dijawab belum bisa karena mesinnya belum
mendukung. Gue nggak tahu mesin apa yang mereka maksud. Mungkin mesin pemotong
rumput? Atau mungkin mesinnya butuh dukungan morel? Entahlah.
Sore
itu gue sebenarnya belum berniat buat beli shampoo dan pasta gigi karena masih
ada punya adik yang bisa gue colong. Alih-alih, gue memutuskan buat keluar cari
makan karena perut udah bunyi-bunyi sementara di rumah lagi nggak ada lauk.
Rupanya,
tempat makan langganan gue lagi tutup. Gue pun lurus dan mampir ke Alfamart.
HEHE.
Sekalian
keluar soalnya.
Setelah
ngambil shampoo, pasta gigi, tisu, dan deodoran, gue langsung ngantre ke kasir.
Di samping kasir gue liat ada banner kecil bertuliskan “Bayar Pakai Go-Pay,
Cashback 50%”.
Gue
lalu nanya ke kasir untuk memastikan.
“Mbak,
sudah bisa bayar pakai Go-Pay?”
“Oh,
bisa, Mas. Silakan antre dulu.”
Gue
pun berdiri di belakang dua mbak-mbak yang sudah lebih dulu antre. Lalu mbak di
depan gue bertanya.
“Mbak,
memang kalau bayar pakai Go-Pay, kenapa?”
“Kalau
bayar pakai Go-Pay, dapat cashback 50%, Mbak,” jawab kasirnya.
“Gimana
caranya?”
“Oh,
Mbak bisa bayar lewat Go-Pay.”
“Iya,
gimana caranya?”
“Oh,
Mbak silakan download aplikasi Go-Jek dulu. Atau sudah punya?”
“Belum.”
“Mbak
silakan download dulu kalau begitu.”
Mbak
paling depan sudah selesai transaksi, tinggal mbak-mbak di depan gue yang gue
tungguin dengan sabar lagi download aplikasi Go-Jek yang kayaknya itu untuk
pertama kali dalam hidupnya.
Sekitar
lima menit kemudian, aplikasi Go-Jek sudah selesai terpasang di smartphone
mbaknya.
“Sudah,
Mbak,” katanya ke kasir.
“Silakan
buka barcode-nya, Mbak.”
“Yang
mana, ya?”
Kasir
meminta smartphone mbak berjilbab cokelat ini lalu mengembalikannya sedetik
kemudian.
“Belum
top up, Mbak. Silakan top up dulu saldonya.”
“Kalau
top up berapa?”
“Minimal
lima puluh ribu. Kalau lima puluh ribu, harganya lima puluh dua ribu. Kalau seratus
ribu, harganya seratus dua ribu.”
“Ya
udah, saya top up lima puluh ribu.”
“Mohon
ditunggu sebentar, Mbak.
Gue
masih sabar mengantre di belakang mbaknya sementara antrean udah makin panjang.
“Bisa
disebutkan nomor handphone-nya, Bu?” kata kasir, yang kayaknya nggak sadar udah
mengganti panggilan “Mbak” jadi “Ibu”.
Mbaknya
menyebutkan nomor handphone dengan suara lantang.
“Mohon
maaf, nomornya belum terdaftar.”
“Oh,
cara daftarnya gimana ya?”
“Silakan
konfirmasi nomor handphone Mbak dulu. Kalau sudah, baru kami bisa top up.”
Gue
masih ngangtre di belakang mbaknya.
Tiba-tiba
ada bapak-bapak yang nyosor dari sebelah kiri gue. Dan mbak kasir langsung
melayaninya.
Setelah
bapaknya selesai transaksi dan pergi, gue protes.
“Ehm,
Mbak, kayaknya saya duluan deh daripada bapak tadi. Kok saya nggak dilayani
lebih dulu?”
“Oh,
iya. Itu yang transaksi tunai, Mas. Kalau yang top up, sebentar. Setelah Mbak
ini,” jawabnya menunjuk mbak cantik nan menggemaskan itu. Iya, gue gemas pengen
nampol.
“Ehm,
Mbak… saya mau bayar. Bukan mau top up.”
“Loh,
tadi katanya pakai Go-Pay?”
“Iya,
saya mau bayar pakai Go-Pay, bukan top up saldo Go-Pay. Tadi kan saya nanya
bisa bayar pakai Go-pay enggak, bukan bisa top up enggak.”
“Oh,
iya Mas. Maaf. Tadi saya kira mau top up juga.”
Gue
lihat, mbak di depan gue belum selesai juga mengutak-atik smartphone-nya.
“Mbak,”
kata gue ke kasir, “kalau saya aja yang duluan, gimana?”
“Oh,
sudah nih, Mbak.” Mbak depan gue memotong pembicaraan.
Kira-kira
gue sudah berdiri antre sekitar tiga puluh menit, dan setelah transaksi via
Go-Pay tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya sementara gue baru ingat
kalau gue lupa bawa mantel.
Gara-gara
mbak tadi, untuk pertama kalinya dalam hidup, gue menyadari kalau gue ternyata
nggak gaptek amat. Gue jadi merasa kalau gue adalah warga pinggiran Atlantis
yang nyasar ke permukaan.