Fireflies (Light Messengers)
Rumah Sejuta Martabak
Mars, TX 75778
PHOTO: stux on Pixabay |
Judul : Fireflies (Light Messengers)
Penyanyi : Saosin
Album : In Search of Solid Ground
Tahun : 2009
Kebiasaan
gue kalau lagi kerja (kecuali menulis dan membaca) adalah sambil mendengarkan
musik. Itu juga yang gue lakukan ketika disuruh ngecat kamar pacar gue. Sebenarnya
nggak disuruh, sih, udah ada tukang yang siap ngecat dan udah ngecat
kamar-kamar di lantai bawah juga, tapi karena merasa gue juga bisa ngerjain
kerjaan kayak gini maka gue pun menawarkan diri jadi volunteer.
Serius,
bukan pengin cari muka.
“Iya,
dia aja, Pak. Nanti saya yang bantuin,” dukung pacar gue.
Bapaknya
pacar gue yang orangnya nggak berbelit-belit, langsung ngeiyain aja.
“Tapi
kalau hasilnya jelek, kamu yang gaji tukangnya ya!” katanya.
“Siap,
Om. Pake uang Om tapi ya!”
Semua
orang ketawa, setelahnya gue ngambil cat dan alat-alat lainnya lalu berangkat
umrah. Lo, kok berangkat umrah, bukan, bukan. Maksud gue naik ke kamar pacar
gue.
Hampir
seluruh ruangan di rumah gue, gue yang ngecat bareng kakak dan Bapak. Jadi kalau
cuma sepetak kamar yang ukurannya nggak seberapa, bukan masalah buat gue. Sambil
mengaduk cat yang sudah dicampur dengan air zam-zam, gue buka YouTube di tablet
milik pacar gue dan mencari lagu Linkin Park untuk diputar menemani gue kerja.
Setelah
satu lagu Linkin Park terputar, gue melirik daftar rekomendasi yang berbaris di
sebelah kanan dan gue memilih lagu secara acak. Terputarlah Fireflies-nya
Saosin yang belum pernah gue dengarkan sebelumnya, dan karena lagunya bagus,
gue minta agar lagunya di-repeat.
Saat
sibuk ngecat, beberapa kali adik pacar gue keluar masuk kamar dan hampir nabrak
tangga yang gue gunakan buat ngecat bagian atas tembok dan atap kamar. Kalau cat
ini jatuh, gue dan pacar gue bisa mandi cat dan baju-bajunya yang menumpuk di
tempat tidur juga bisa kena, yang berarti dia bakal stres level internasional.
“Dek,
mainnya di luar dulu. Nanti kesenggol dan catnya jatuh,” tegur gue.
Adiknya
cuma ngeliatin gue dengan muka polos ala anak kelas 6 SD. Padahal dia baru
kelas 5.
Ruangan
udah gue cat hampir setengahnya ketika salah seorang teman dari pacar gue
datang. Temannya yang ini kalau datang memang langsung masuk kamar, nggak
peduli di kamar gue dan pacar lagi berantem, musyawarah, diskusi soal kebijakan
pemerintah, atau lagi ena-ena. Biar akrab, kita panggil saja dia BANGSAT dengan
huruf kapital di setiap huruf.
“Wah,
lagi kerja keras ya, Pak,” katanya ketika ngeliat gue hampir jatuh karena
kaget.
“Eh,
BANGSAT, kaget saya.”
Si
BANGSAT cuma nyengir dan lanjut ngobrol sama pacar gue.
Nggak
sampai setengah jam, BANGSAT pamit, katanya mau makan siang sama gebetan
barunya lagi. Itu berarti, ini gebetannya yang kelimabelas sejak gue kenal sama
pacar gue dan dia.
“Semoga
kali ini cocok ya, BANGSAT,” seru gue ketika BANGSAT meninggalkan kamar.
“YOIH!”
jawabnya sambil menuruni tangga lalu terpeleset.
Enggak,
ding.
Setengah
jam berikutnya, gue udah selesai ngecat. Setelah membersihkan kamar dari
sisa-sisa cat yang jatuh ke lantai dan membetulkan kembali posisi benda-benda
yang ada di kamar, gue mandi sama pacar gue. Bukan, bukan mandi bareng kok,
tapi gantian. Setelah itu kami duduk-duduk di teras atas sambil minum teh
bertiga sama adiknya. Kerjaan di lantai bawah juga sudah beres semua dan
tukangnya juga sudah pulang.
Dan
sudah digaji.
“Eh
lagu yang tadi itu apa ya? Kok bagus?” kata pacar gue.
“Fireflies.
Lagunya Saosin. Baru tau juga kalau Saosin punya lagu yang nggak teriak-teriak
gini.”
“Putar
lagi dong.”
Saat
lagu baru diputar, handphone pacar gue bunyi. Ada LINE dari si BANGSAT.
“Beb,
lagu yang tadi keputar terus waktu aku di kamar kamu, itu judulnya apa ya?”
“Saosin
– Fireflies.”
“Oh,
Saosin. Kirain Owl City. Hehehe. Makasih ya. Lagunya bagus.”
Njir.
Cove Reber sama Adam Young suaranya jauh, BANGSAT!
“Sama-sama,”
balas pacar gue lalu kami lanjut ngeteh. Gue sambil memangku adiknya.
Saat
lagu selesai di bagian lirik “I’ll never be able to say ‘I love you’”, pacar
gue tiba-tiba ngomong.
“Kira-kira
kita bakal sampai di fase itu nggak ya?”
“Yang
mana?”
“Yang
‘I’ll never be able to say I love you’ itu.”
“I
love you too, kok.”
“Serius.”
“Serius.”
Sekarang,
dia udah jadi mantan. And I’ll never be able to say I love you again.