Bukan Review: Wonder Woman
Rumah Sejuta Martabak
Special Region of Yogyakarta, Indonesia
Judul :
Wonder Woman
Sutradara : Patty Jenkins
Produksi : DC Extended Universe, Warner Bros
Genre : Fantasy, Sci-Fi
Durasi : Hampir dua setengah jam.
Dari
sekian banyak film keluaran DC, menurut gue yang sangat bagus adalah Batman:
The Dark Knight. Setelah itu harus nunggu bertahun-tahun sampai akhirnya gue
menemukannya lagi di Wonder Woman. Entah karena gue dihipnotis sama kecantikan
Gal Gadot atau karena terlalu sering nonton film bagus yang ada Chris Pine-nya.
Kalau
ditanya gue lebih suka mana antara Marvel atau DC, tentu saja gue akan jawab
Marvel. Alasan singkatnya karena Marvel mengerti penonton sedangkan DC
kebalikannya, penonton yang mengerti film. Tapi di film Wonder Woman segalanya
jadi berubah. Gue jadi mulai suka sama film keluaran DC, terutama karena film
Wonder Woman mengambil cerita zaman Jerman dan Nazi menguasai perang dunia, sekitar
tahun 1918. Entah kenapa gue selalu suka film yang menceritakan tentang
bagaimana majunya teknologi Jerman dan Nazi zaman dahulu. Mungkin karena kumis
Adolf Hitler mirip sama kumis bokap, gue juga nggak tau.
You should read: Bukan Review: Pirates of the Caribbean: Dead Men Tell No Tales
Well, balik ke film. Wonder Woman
menceritakan tentang Princess Diana (Gal Gadot, putri Amazon) yang tinggal di
pulau terlindung, dibawa oleh Steve Trevor (Chris Pine, mata-mata Amerika di
Jerman yang pesawatnya jatuh di pulau Themyscira) ke London untuk menghadapi
Ares aka Sir Patrick Morgan (David Thewlis) dan Jenderal Erick Ludendorf (Danny
Huston) dan juga para tentara Nazi untuk menghetikan perang. Jerman diketahui
memiliki senjata kimia yang sangat mematikan. Jerman memiliki seorang ahli
kimia bernama Isabel Maru aka Doctor Poison (Elena Alaya) yang menciptakan gas
beracun yang bisa membunuh siapa saja yang menghirupnya. Dengan senjata
pemusnah massal tersebut Nazi berusaha menguasai dunia tanpa hahaha. Karena kalau
menguasai dunia dengan hahaha, itu Mister Black.
Gue
nggak nonton banyak film tahun ini, tapi menurut gue Wonder Woman is the best film in this summer.
Meskipun musik pengiring saat Wonder Woman memukul mundur para tentara Jerman rada
nggak nyambung dan banyak adegan yang hiperbola, tapi tetap bisa dinikmati.
Adegan terakhir ketika Wonder Woman bertarung dengan Ares si Dewa Perang, mengingatkan
gue pada pertarungan Superman di Man of Steel yang DC banget.
Kalau
Henry Cavill di Man of Steel berhasil bikin cewek-cewek klepek-klepek dengan
rambutnya yang diolesin sekaleng pomade sekaligus, maka gue yakin Gal Gadot di
Wonder Woman juga berhasil bikin cowok-cowok ngences dengan bibirnya yang
seksi, hidungnya yang mancung, dan roknya yang kurang bahan.
Gue
sempat berdebat dengan Ratu Inggris tentang sekuel Wonder Woman. Gue yakin
Wonder Woman nggak akan ada kelanjutannya sedangkan Ratu Inggris mengimani
beberapa tahun lagi Wonder Woman akan menjadi warga Gotham setelah dibantu
bikin KTP di kelurahan setempat oleh Bruce Wayne.
Rating gue: 8.5/10