ASUS ROG GX800: Ketika Dewa Turun ke Bumi

Rumah Sejuta Martabak Jakarta, Indonesia



Alkisah, hiduplah seorang manusia di bumi yang konon katanya memiliki kekuatan yang tidak dimiliki manusia pada umumnya. Manusia itu mampu mengangkat batu besar hanya dengan satu tangannya, dan menjatuhkan pohon besar hanya dengan sekali tendangan. 

Berita tersebut tersebar begitu cepat dan terdengar oleh dewa yang tinggal di khayangan. Sang dewa penasaran dan ia pun menyempatkan diri meninggalkan khayangan, turun ke bumi untuk membuktikan kebenaran tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Rupanya benar, manusia tersebut memang ada, hidup di antara warga lainnya dan menjadi dihormati karena kekuatannya itu. Semua orang segan kepadanya dan keluarganya. Dan hal itu membuatnya menjadi sombong.

Suatu hari, dewa menantang manusia itu untuk adu kekuatan. Jika dewa kalah, dewa akan kembali ke khayangan dan berjanji tidak akan mengganggu kehidupan manusia lagi. Tetapi jika dewa menang, manusia dengan kekuatan menyerupai dewa itu harus mengubah sikapnya menjadi ramah , tidak sombong, dan suka menabung membantu sesama. Ternyata, kekuatan manusia yang katanya luar biasa itu, tidak ada apa-apanya dibanding kekuatan yang dimiliki sang dewa.

Oke, cukup pembukaannya.

Cerita itu sebenarnya hanya cerita fiksi yang gue buat sebagai pelampiasan kekesalan gue yang…, yang kesel banget setiap kali gue main game Need for Speed: Rivals dan di tengah-tengah permainan tau-tau muncul gambar seperti ini:
 
Stopped working...
Ini semua gara-gara prosesor di laptop gue yang kurang mumpuni. Cuma Intel Core-i3 dengan RAM 2GB. Beda banget dengan prosesor Intel terbaru yang bikin gue mupeng sepanjang hari; Intel Core i7 dengan kecepatan lebih dari 4.2 GHz. Apalagi setelah gue ngeliat kalau ternyata sudah ada perangkat notebook yang menggunakan prosesor teranyar dan tergahar dari Intel itu.

YHA! ASUS ROG GX800 ternyata sudah dibekali dengan prosesor Intel Core i7-7820HK dengan 64GB RAM DDR4. Makin mupeng lah gue ngeliatnya. Kalau dibandingkan sama notebook gue sekarang, sama kayak lagi ngebandingin kecepatan pesawat terbang yang dipake Raja Arab ke Indonesia, dengan orang tua yang berjalan kaki. JAAAAAUUUHHHH
 
ROG everywhere...
Padahal rasanya belum lama setelah gue ngelus-elus ASUS ROG GX700 yang diperkenalkan sebagai perangkat gaming yang gahar, eh sekarang udah ada lagi aja ASUS ROG GX800 yang gaharnya lebih-lebih. Gimana gue nggak makin kesal coba? Belum juga sempat nabung buat beli adeknya, eh kakaknya udah dikenalin ke publik.
Waktu gue tau prosesornya, gue langsung bergumam kalau pasti harganya akan lebih mahal dari pendahulunya. Dengan spesifikasi segahar itu, wajar sih kalau ASUS ROG GX800 harganya juga mahal. Lebih mahal dari harga mobil murah di Indonesia. Bahkan lebih mahal dari penghasilan temen gue sesama blogger yang menghasilkan $3800 per bulan dari Google AdSense*


*maaf, jokes internal partai #EH.


Dengan harga semahal itu pastinya kalian-kalian rakyat jelata akan bertanya-tanya, “buat apa sih bikin perangkat semahal itu cuma buat main game?” atau mungkin penasaran, “dengan harga semahal itu kemampuannya sesuai harga nggak?” atau mungkin, “daripada beli notebook mending gue buka usaha jualan cabe kiloan.” Ya, wajarlah pertanyaan-pertanyaan semacam itu muncul ketika mengetahui harga yang terlampau mahal untuk sebuah notebook. Yang nggak wajar itu kalau pas dikasih tau harganya terus malah nanya, “DIA MASIH SAYANG SAMA AKU NGGAK YA?

Sebenarnya, gambar “stopped working” di atas sudah cukup menjelaskan kenapa perangkat gaming harganya mahal. Sederhananya, seorang gamer pasti nggak mau mengalami hal serupa dengan yang gue alami ketika tengah asyik-asyiknya bermain game, apalagi ketika sedang berkompetisi (karena pasti bakal malu-maluin banget). Karena itulah mereka butuh perangkat berspesifikasi tinggi dan bertenaga dewa, dan untuk menciptakan perangkat seperti itu butuh biaya yang mahal. Lagi pula, notebook gaming dari ASUS ini memang ditujukan untuk pencinta game kelas premium yang belakangan ini banyak bermain game berkapasitas tinggi secara online dan merekam aktivitasnya lalu diunggah ke YouTube. Melakukan tiga aktivitas tersebut secara bersamaan jelas membutuhkan perangkat bertenaga dewa, bukan hanya sekadar tenaga manusia menyerupai dewa seperti cerita pembuka gue di atas. Tapi kalau menurut gue sih, ASUS ROG GX800 ini juga bisa sekalian dipake buat pamer ke orang-orang. Ehe.

Pada postingan kali ini gue akan mengupas lebih lanjut tentang ASUS ROG GX800 sebagai perangkat gaming yang menurut gue ibarat dewa yang turun ke bumi.

Penyempurnaan Desain, Penyempurnaan Mesin


Kalau kalian perhatikan sekilas, sebenarnya antara ASUS ROG GX700 dan ROG GX800 hampir nggak ada bedanya dari segi desain. Sepertinya ini adalah identitas dari produk seri gaming ASUS sehingga bentuk bodinya hampir sama persis; warna metallic grey, watercooling terpisah, panel LID (cover) dan area keyboard terbuat dari aluminium, logo ASUS ROG di bagian tengah, dan dua garis dengan sudut kemiringan sekitar 70 derajat yang bisa menyala. Meskipun sebenarnya ada banyak perbedaan di sana-sini kalau kalian mau perhatikan lebih jauh lagi, terutama di bodi bagian dalamnya. Dan itulah yang mau gue kupas pada tulisan ini.
 
Fokus ke ROG GX800-nya, jangan ke mbaknya
Seperti yang gue bilang sebelumnya, meskipun penampilan luar seri notebook gaming ASUS ROG GX800 hampir sama dengan seri gaming yang sebelumnya, tetapi Jerry Shen sebagai nahkoda perusahaan benar-benar mengganti hampir seluruh hardware penting pada perangkatnya itu dengan teknologi terbaru dan kekinian. Jadi bisa dibilang kalau ROG GX800 sebagai suksesor ROG GX700 ini bermandikan teknologi teranyar dan paling up to date saat ini.
 
GX700 Vs GX800
Bisa kalian lihat sendiri gambar di atas, dibandingkan GX700, ternyata GX800 memiliki ukuran layar yang lebih luas yaitu 18.4 inci—TV di kosan gue aja cuma 14 inci, kalah telak—dan kemampuan setiap komponen pengolah grafis dan kecepatan maksimum prosesornya pun diperbarui, jadi semakin gahar. Kartu grafis yang digunakan ROG GX800 bertipe 2 Way SLI GTX1080 yang berarti ada 2 VGA card GTX1080 yang ditanamkan ke dalam perangkat notebook tersebut lalu performa dan kinerja keduanya disatukan untuk menghasilkan satu kekuatan besar. 

Padahal, satu buah NVIDIA GTX1080 saja sudah memiliki kemampuan yang tinggi. Jadi bayangkan performa sebuah notebook jika dua buah kartu grafis berkemampuan tinggi itu dijadikan satu. Ibaratnya jika mengangkat beban dengan satu tangan saja sudah enteng, tentu lebih enteng lagi kalo pakedua tangan. Seperti itulah ROG GX800 dalam melahap aplikasi.

Secara spesifikasi, GTX 1080 memiliki CUDA Core sebanyak 2560, base clock 1607 MHz dan boost clock 1733 MHz.  Satu buah GTX 1080 memiliki VRAM sebesar 8 GB GDDR5X dengan jalur memori bus selebar 256 bit berkecepatan 10 GBps. Spesifikasi ini juga sudah dilengkapi dengan fitur paling kekinian yaitu VR Ready dan beberapa teknologi lainnya seperti NVIDIA G-Sync, Vulkan API, dan Open GL. Fungsi dari fitur-fitur tersebut tentu saja untuk memaksimalkan efek-efek dalam sebuah game yang dimainkan agar tetap berjalan mulus dan memberikan pengalaman tak tertandingi untuk para penggunanya.

Seperti yang sudah gue bilang juga, prosesornya sudah menggunakan Intel Core i7-7820HK dengan clock speed yang lebih tinggi dari sebelumnya yaitu mencapai 4.6GHz. Fungsinya tentu saja untuk meningkatkan kinerja dan processing speed pada saat perangkat digunakan. Clock speed yang tinggi contohnya bisa meningkatkan frame rate (FPS) pada game, mempercepat proses rendering video, dan mempercepat aplikasi yang sangat boros daya, ya contohnya seperti aplikasi yang menggabungkan foto, teks, dan video sekaligus di dalamnya.

Kalian juga bisa melakukan overclocking dengan mudah. Cukup dengan membuka aplikasi khusus yang sudah disediakan sama ASUS secara pre-installed di perangkat ROG GX800 yang bernama ASUS Gaming Center. Namanya juga produk spesial, jadi wajar kalau punya aplikasi-aplikasi khusus. Skenario yang dapat dilakukan antara lain seperti meningkatkan frekuensi tegangan pada CPU dan GPU secara manual sampai ambang batas tertentu.

Lalu satu lagi hal yang bisa dibilang adalah yang paling beda yaitu konsep watercooling atau pendingin pada perangkat ROG GX800 ternyata didesain ulang dan terbuat dari radiator yang mampu mengaliri dua buah GPU sekaligus CPU yang terpasang di dalam notebook untuk mendinginkan sistem. Kalau kalian bertanya kenapa begitu, karena hal tersebutlah yang memungkinkan CPU untuk di-overclock hingga frekuensi 4.6GHz dengan aman ketika berada pada docking mode (notebook telah terpasang dengan docking watercooling). Jadi untuk mendapatkan kemampuan yang maksimal dari notebook ini memang kalian disarankan mengaktifkan docking mode agar dua buah VGA dan CPU bisa “disiksa” sampai batas tertinggi. Kalau dari segi penampilan, menurut gue docking watercooling inilah yang paling bisa membedakan antara ROG GX800 dengan seri sebelumnya.
 
Docking watercooling super-duper-canggih
Bukan hanya itu yang beda. As I said, kalau kalian mau memperhatikan lebih jauh, ada banyak perbedaan antara ROG GX800 dengan pendahulunya. Pada ROG GX700 kalian harus memasang dua buah charger dengan total daya mencapai 660W, satu untuk notebook dan satu lagi untuk docking watercooling-nya. Pada ROG GX700 cukup satu adapter dengan daya 330W untuk menghidupi notebook sekaligus watercooling, tetapi pada GX800 dibutuhkan dua buah adapter berukuran 330W karena pada ROG GX700 hanya terdapat satu buah kartu grafis yaitu NVIDIA GTX980 sedangkan di ROG GX800 terdapat dua buah kartu grafis NVIDIA GTX1080. Jadi wajar kalau GX800 butuh asupan daya yang lebih besar untuk performa yang maksimal. Analoginya kalau kalian punya dua motor, maka kalian harus mengisi bahan bakar untuk dua tangki.

Jadi kalau di rumah cuma punya daya listrik 1300W, jangan harap bisa menggunakan ROG GX800 untuk bermain secara maksimal. Bisa-bisa di tengah permainan listrik padam dan orang rumah marah-marah. Buat mainan notebook ini, kalian paling nggak harus anak atau keponakan dari pemilik perusahaan listrik negara alias PLN #EH.

Tapi sesungguhnya kesimpulan itu cuma berdasarkan hitung-hitungan kasar gue sebagai anak ekonomi yang tidak pandai berhitung. Karena dalam praktiknya, piha ASUS mengklaim bahwa daya listrik yang dikonsumsi sebenarnya tidaklah sebesar itu walaupun docking watercooling terpasang. Daya listrik yang digunakan hanya sampai batas 550W meskipun telah di-overclock hingga batas 4.6GHz. Dan yang pengin gue tegaskan lagi di sini adalah, bahwa sebenarnya tanpa docking watercooling pun kalian sudah bisa mendapatkan kemampuan notebook ini hingga 90%. Jadi sebenarnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan perihal daya listrik. Kalau balik ke analogi motor tadi, punya dua motor berarti harus mengisi bahan bakar untuk dua tangki, tetapi mengisi satu tangki saja sebenarnya sudah cukup.

Udah? Belum.

Perbedaan selanjutnya terletak di media penyimpanan. ASUS ROG GX800 menggunakan media penyimpanan buatan Samsung yaitu SM951, sebuah media penyimpanan cepat berbasis SSD sebanyak tiga buah yang diklaim sebagai Solid State Drive tercepat abad ini. Untuk memaksimalkan kecepatan bandwidth, SSD tersebut disematkan fitur NVMe (Non-Volatile Memory Express) yang memanfaatkan slot PCIE generasi III M.2.

Buat yang ngerti soal komputer pastinya udah tau kalau slot PCIE4 memiliki kecepatan empat kali lebih cepat dibandingkan SATA3 alias yang paling cepat saat ini. Kalau mau dibayangin, PCIE4 menghasilkan kecepatan SSD hingga 20GBps atau 4GB lebih cepat daripada Raid 0. Penggunaan PCIE4 juga diklaim lebih aman dan tahan lama karena jika salah satu kepingannya rusak, kepingan yang lain tetap aman dan bekerja seperti biasa.

Kabar baik untuk gamers yang suka memainkan game berat secara online, ROG GX800 dilengkapi dengan Wi-Fi antena eksternal yang berarti kekuatan menangkap sinyalnya jauh lebih kuat daripada antena Wi-Fi biasanya. ASUS mengklaim dengan adanya Wi-Fi antena eksternal ini membuat ROG GX800 kemampuan menangkap sinyalnya bisa di-boost hingga 50% lebih baik.

Sampai di sini gue setuju dengan salah satu video di YouTube yang bilang kalau ASUS ROG GX800 adalah THE MOST POWERFUL LAPTOP.



Oke, selanjutnya gue mau beralih ke desain bodi bagian dalam. Tapi gue mau nyeruput kopi gue dulu, udah dingin soalnya.

Lanjut…

ASUS ROG GX800 memang memiliki desain yang serupa dengan predeccesornya, tetapi basis rancangannya semakin disempurnakan. Dan kalau kalian perhatikan keyboard-nya, ROG GX700 hanya menggunakan single LED yang hanya memancarkan warna merah. Pada seri ROG GX800 sudah beralih ke RGB keyboard dan mampu memancarkan berbagai macam warna yang elegan sehingga tidak membosankan karena kalian bisa memilih sendiri warna tersebut di ROG Aura di ASUS Gaming Center. Kalau buat gue, ini menarik karena banyak warna jelas membuat gue sebagai pengguna punya banyak pilihan untuk menampilkan warna kesukaan gue atau ketika gue bosan pada warna yang itu-itu saja. Secara kan laki-laki cepet bosan sama sesuatu.
 
Warna-warni kan...
Berikutnya, perhatikan bentuk keyboardnya lagi. Si gahar GX800 kini menggunakan mekanikal keyboard yang memiliki daya tahan lebih dan feel ketika menekan tombol-tombolnya terasa lebih clicky, halus dan empuk. Khusus untuk gamers, tombol huruf W-A-S-D diberi warna lebih tebal dengan pinggiran putih sebagai inisial. Sementara tombol perintah untuk ASUS Gaming Center berpindah dari sebelumnya letaknya berdekatan dengan tombol Numlock jadi berada di pojok berdekatan dengan tiga tombol kunci makro, tombol merekam video, dan tombol volume up-down.
 
Tombol W-A-S-D yang ditekankan
Tombol ASUS Gaming Center pindah posisi

ROG GX800 juga memiliki trackpad yang super-responsive dengan daya jelajah yang lebih luas. Demi kenyamanan pengguna, trackpad button-nya dibuat sangat empuk dan nyaman ketika ditekan. Dan ditambah satu hal yang baru, logo ASUS ROG yang berada di sebelah kanan notebook juga akan ikut menyala ketika dihidupkan. Jika RGB keyboard sudah dikonfigurasi, nyalanya akan lebih variatif dan menarik.
 
The Real ROG
Kalau kalian mulai tertarik untuk memiliki monster pembunuh semua jenis game ini, gue punya berita yang nggak kalah pentingnya.

Pada produk sebelumnya, ROG GX700, ASUS mem-bundle paket pembelian notebook tersebut dengan mouse bernama SICA. Tapi sebenarnya, mouse ini hanya mouse biasa yang dikemas dengan nuansa gaming. Nah, pada seri ROG GX800 mouse yang akan kalian dapatkan adalah Gladius, sebuah mouse gaming yang DPI-nya bisa di-set hingga 6400 dan sangat ideal untuk permainan bertipe FPS (First Person Shutter).

Lalu bicara soal bobot, layar yang lebih luas dan kartu grafis yang lebih tangguh otomatis membuat ASUS ROG GX800 memiliki ketebalan dan bobot yang lebih berat daripada GX700 yaitu setebal 45mm dengan berat 5.7KG. Berat banget ya? Membuat perangkat mewah dengan spesifikasi monster saat ini memang membutuhkan banyak komponen pendukung sehingga wajar jika bobotnya berat. Kalau gue analogikan ke motor lagi, motor matic dengan moge (motor gede) jelas lebih mahal dan lebih tangguh moge, kan?

Layar Berteknologi G-Sync

 
Layar berteknologi G-Sync
NVIDIA G-Sync adalah sebuah fitur keren yang ditempelkan pada layar dari NVIDIA. G-Sync memperhalus gerakan gambar dengan menyesuaikan refresh rate layar yang dihasilkan oleh GPU, jadi bisa dipastikan layar yang sudah menggunakan teknologi ini memiliki gerakan yang sangat mulus dan mampu mengeliminasi gerakan patah-patah (screen tearing) yang biasanya terjadi jika refresh rate layar dan GPU tidak cocok.

ASUS juga turut menambahkan teknologi in-plane switching agar gambar yang dihasilkan oleh layar lebih baik lagi. ASUS benar-benar terlihat totalitasnya untuk produk gaming super premium ini. Teknologi in-plane switching atau IPS sebenarnya banyak digunakan untuk perangkat smartphone karena menawarkan akurasi dan reproduksi gambar yang lebih baik, sangat cocok untuk hal-hal yang berhubungan dengan fotografi, desain grafis, konten game 3D, hingga pembuatan game.

Layar IPS juga mendukung sudut penglihatan yang lebih luas yaitu 178 derajat baik dalam posisi vertical atau horizontal. Jadi keuntungannya buat para gamers tentu saja bisa memainkan game favorit dengan posisi senyaman mungkin; sambil tiduran, duduk santai, berdiri serius, atau sambil salto mikirin mantan*.


*yang terakhir jangan dibaperin.


Dan gue yakin kalian semua sudah tau, di dalam display sudah disematkan teknologi Spendid Display di mana terdapat empat mode layar yang dapat disesuaikan untuk kenyamanan pengguna. Mode tersebut adalah Normal Mode untuk penggunaan sehari-hari seperti mengedit dokumen atau melihat gambar, Eye Care Mode untuk penggunaan notebook dalam waktu lama agar retina mata tetap aman, Vivid Mode untuk membuat visual jadi lebih hidup, dan Manual Mode jika kalian ingin mengatur tampilan layar sesuai keinginan.
 
ASUS Splendid Tech
Salah satu dari empat mode di atas, Eye Care Mode, adalah fitur yang dirancang oleh para engineer ASUS untuk mengurangi cahaya biru yang dapat membahayakan mata. Dengan mengaktifkan mode ini maka cahaya biru layar dapat direduksi hingga 33% sehingga mengurangi kemungkinan cedera pada mata jika notebook digunakan untuk waktu yang sangat lama sekalipun.

Berdasarkan pengalaman ketika gue mencoba fitur pada Splendid Display produk ROG, detail warnanya sangat pas dan nyaman ketika gue setel pada tingkat tertinggi. Gue mencobanya untuk bermain game dan menonton cuplikan video pendek dan ternyata gambar yang dihasilkan terasa lebih hidup, ditambah dengan ukuran layar yang luas. Satu kata untuk display ROG GX800 dari gue adalah… SEMPURNA!

Seperti yang gue singgung pada beberapa paragraf di atas juga, ASUS ROG GX800 memiliki layar yang sangat luas untuk ukuran notebook yaitu sebesar 18.4 inci. Tetapi melihat target pasarnya adalah hardcore gamers atau para pencinta game di kelas premium, maka ukuran dan bobot tersebut dalah normal dan masih dalam batas wajar. Orang yang bikin moge pasti targetnya adalah orang-orang pencinta motor, bukan ibu-ibu yang suka lupa matiin sein setelah belok.
 
Layarnya tajam tapi tidak merusak mata
Display ROG GX800 yang luas itu memiliki finishing matte yang berguna untuk membuat mata gamers tidak cepat lelah walaupun digunakan untuk waktu yang lama. Jenis layar ini juga berguna untuk meminimalisir pantulan cahaya dari belakang atau dari arah tertentu. Sering kesel kan kalau lagi asik main tapi layarnya kelihatan redup karena pantulan cahaya dari arah luar? Sering banget kejadian sama gue ini. Ketajaman layar udah 100% tapi masih nggak keliatan. Sedih! :(

Tapi ROG GX800 dengan panel beresolusi Ultra HD alias 4K (3840x2160) layarnya udah dilengkapi juga dengan tingkat refresh rate hingga 60Hz alias mampu menampilkan 60 frame per detik. Cocoklah ya, kan udah pake kartu grafis paling mutakhir jadi pastinya harus diimbangi juga dengan layar berteknologi mumpuni agar kualitas gambar yang dihasilkan mampu ditransmisikan dengan baik juga. Aneh banget kan kalo mobil seharga satu milyar tapi bensinnya premium?

Docking Watercooling Generasi II yang Lebih Bertenaga


Pada awalnya, ASUS ROG GX700 dan ROG GX800 dibuat dengan konsep dasar yang sama: menciptakan komputer mobile dengan performa menyerupai perangkat desktop. Gue melihat ambisi ASUS dalam hal ini benar-benar besar, kalau nggak salah mereka sudah serius menggarap dan menciptakan teknologi watercooling sejak 2013.

Bobot dan dimensi ASUS ROG GX800 sebenarnya sangat merepotkan untuk dibawa ke mana-mana. Tetapi untuk menunjang kebutuhan hardcore gamers, gue rasa ukuran tersebut adalah ukuran yang sangat ideal apalagi kalau melihat performanya yang beberapa sudah gue jelaskan di atas.
 
Docking watercooling yang mempertegas kebuasan ROG GX800
Kalau kalian ingin mengalihfungsikan ASUS ROG GX800 ini sebagai komputer desktop, lihat saja, kalian bisa memanfaatkan spesifikasi hardware-nya yang sekelas dewa; Intel Core i7-7820HK dengan kecepatan 4.2GHz, RAM 64GB DDR4 2800MHz, dua buah GPU GTX1080 SLI, dan HDD 1.5TB serta fitur NVMeSSD RAID 0. Ngiler nggak?

Sebaliknya kalau kalian ingin menggunakan ROG GX800 untuk bermain game, bisa menggunakan docking watercooling-nya yang siap sedia setiap saat untuk melahap game apa pun!

Cara kerja docking watercooling ini sama dengan yang ada pada perangkat ROG GX700, mengalirkan cairan (watercooling) yang berasal dari tangki lewat tabung selang yang didorong oleh pompa ke dalam perangkat yang sedang digunakan. Analoginya, ibarat sebuah pertandingan sepakbola di mana para pemain sudah kelelahan karena durasi yang panjang serta cuaca yang sangat panas, watercooling diibaratkan sebagai minuman yang dapat diminum oleh para pemain selama pertandingan untuk menjaga stamina mereka tetap stabil. Bedanya, docking watercooling pada ROG GX800 akan bekerja terus-menerus jika tetap dipasang.

Konsep pendingin ini sama seperti yang ada pada mobil, dan pemasangannya lebih mudah karena tinggal menyatukan pengait pada docking dan notebook. Kalian punya mobil kan? Kalo nggak punya ya dibayangin aja. HAHAHAHAKAYAKGUEHAHAHAHA.

Kelengkapan Port Input-Output


Ini adalah bagian yang paling gue suka ketika ingin membeli sebuah notebook baru.

Monster pelahap segala jenis game ini memiliki semua jenis port untuk segala jenis kebutuhan. Mulai dari port HDMI 2.0 untuk memfasilitasi monitor 4K dengan tingkat refresh rate 60Hz, displayport 1.3 yang mendukung monitor display 8K atau dual 4K, port USB 3.1 Type C sebanyak dua buah yang mendukung Thunderbolt 3.0, port USB Type A sebanyak tiga buah, port headphone jack, mic jack, wifi antena external, dan port untuk card reader 2-1. Oh, port LAN dan Kensington lock juga ada. Nggak ada kekurangannya, ibarat gebetan yang punya segalanya!
 
Port bagian kiri

 
Port bagian kanan, buanyaaaaakkkk

Dual Array Microphone yang Ciamik!


Seni dalam bermain game bukanlah ketika bisa bermain sendirian di dalam kamar, tapi ketika bisa bermain ramai-ramai dan memamerkan skill ke teman-teman yang diajak bermain. Untuk mendukung keseruan tersebut, ASUS mendukung multiplayer gaming seperti LAN party yang membutuhkan real time video chat yang saat ini sedang booming di kalangan gamers. Dual Array Microphones ini dapat menangkap suara dengan jernih tanpa khawatir terganggu suara lingkungan yang berisik ketika berada di suatu tempat atau ketika sedang ada kompetisi gaming di ruangan yang penontonnya seberisik ketika menonton bola di stadion.

ASUS memiliki teknologi Noise Supression yang dapat menyaring suara yang dihasilkan pengguna seperti suara ketika mengetik di keyboard, suara kipas dari notebook, hingga audio yang dikeluarkan oleh game itu sendiri. Jadi ketika  kalian sedang menggunakan live video chat menggunakan microphone, teman-teman kalian nggak akan mendengar suara-suara nggak penting yang tidak diinginkan seperti yang gue sebutkan di atas.

ASUS GameFirst III


Pastinya ini adalah fitur yang paling disukai para gamers. Agar pengalaman bermain game kalian terjamin, ASUS memberikan fitur Game First III ini untuk mengoptimalkan koneksi internet untuk kebutuhan gaming terlebih dahulu. Jika dipadukan dengan Wi-Fi Antene Eksternal pastinya kepuasan dalam bermain game kalian akan dijamin sepenuhnya. Jadi kalau mau main game berat sambil download Drama Korea kesayangan tetap nggak masalah karena bandwith internet bakal menomorsatukan game.

Sebagai penutup tulisan, gue ingin menunjukkan hasil benchmark ASUS ROG GX800 berdasarkan 3 mode yang tersedia yaitu Standard, Optimized, dan Extreme.

Hasil Benchmark ASUS ROG GX800

Mode Standard
 
Read-write
Mode Optimized
 
Read-write
Mode Extreme
 
Read-write
Lihat hasil benchmark ASUS ROG GX800 selengkapnya di sini.

Kesimpulannya, kekuatan ASUS ROG GX800 dalam melahap gaming, ibarat kisah manusia berkekuatan dewa dan dewa asli seperti cerita pembuka gue di atas, maka ASUS ROG GX800 ini bukanlah manusia yang memiliki kekuatan menyerupai dewa, tetapi benar-benar adalah dewa yang turun ke bumi.


Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.