Modus Lama yang Terulang Kembali
Rumah Sejuta Martabak
Yogyakarta City, Indonesia
Gambar ilustrasinya ngapa jadi gini dah... |
Tadi
malam, ketika gue lagi serius nonton pertandingan Manchester United lawan Stoke
City, gue diganggu sama orang yang baru gue kenal di LinkedIn. Iya, LinkedIn,
situs bisnis buat para profesional itu.
Malam
sebelumnya sekitar jam duebelasan, setelah nambahin gue sebagai teman, orang
itu ngirimin gue pesan di LinkedIn yang isinya,
“Halo, senang bisa bisa komunikasi di sini, semoga jadi jalan silaturahim yang baik. Bisa add PIN 46ROSSI99 dan WhatsApp 0812-3456-7890 untuk ngobrol lebih banyak, siapa tau ada jalan rejeki bersama. Terima kasih.”
Gue
langsung aminin, sih. Tapi sejak awal perasaan gue udah nggak enak. Tau
sendirilah kalo ada orang yang tiba-tiba sok akrab kayak dia kenal semua
anggota keluarga kita dari jumlah ponakan sampe ciri-ciri kakek buyut kita,
pasti ada maksud lain yang sudah bisa ditebak.
Karena
gue belum ngantuk, gue langsung bales aja.
“Halo, maaf nggak pake BBM. Kalau mau, bisa kontak di 0987-6543-2180 (WhatsApp/Telegram/SMS) ya.”
Lalu
dia nggak bales lagi.
Besok
siangnya, ada nomor baru masuk ke WhatsApp gue.
“Halo, Broh.”
Gue
udah curiga sih. Foto profilnya pake setelan jas warna biru, berdiri di samping
mobil dengan flat yang gue liat itu mobil baru, tapi nggak tau itu mobil apa.
Yang jelas mobil itu pasti mahal.
Karena
lagi sibuk ngasih makan domba-domba di jalanan Afrika Selatan, WhatsApp-nya nggak
langsung gue bales. Gue baru bales beberapa jam kemudian.
“Halo, siapa ya?”
Gue
pura-pura nggak tau.
“Ini saya yang di LinkedIn, yang message semalem.”
Pengen
langsung gue bales sih, tapi sengaja gue lama-lamain biar dia emosi. Anggap aja
habis ngasih makan domba di Afrika, gue lanjut manjat pinang di Pantai Gading.
“Oh, ya, ya, ya. Inget. Ada apa ya, Broh?”
Gue
tungguin sekitar lima menit, dia nggak bales lagi. jangan-jangan dia nyusulin
gue ke Afrika.
“Nah, jadi gini brooo…”
Dia
akhirnya ngebales pas gue udah di tempat nonton.
“Kita kan lagi bangun bisnis nih di bidang kesehatan, mungkin lo juga siapa tau cocok buat jadi mitra.”
Sungguh
basa-basi yang klasik. Gue udah punya firasat, orang yang model PDKT-nya kayak
gini pasti ujung-ujungnya mau nawarin MLM. Anehnya, gue tertarik buat ngeladenin,
nungguin sebenarnya dia beneran mau nawarin bisnis atau apa nih…
Sementara
itu, MU nggak kunjung bikin gol juga padahal babak pertama udah hampir berakhir.
“Bisnis apa nih? Konsepnya kayak gimana?”
“Bisnis suplemen, konsepnya Franchise Hybrid.”
WOW.
Franchise Hybrid. Bisnis model apaan nih? Gue jadi inget temen gue yang pernah
ikutan MLM, kata atasannya, pakelah bahasa yang sulit dimengerti biar kita kelihatan
pinter dan orang bisa percaya kalau kita memang pekerja profesional. Jadi
poinnya, nggak perlu pinter beneran, cukup keliatan pinter aja.
Pas
gue Googling pengertian Franchise Hybrid itu apa, ternyata model bisnis
Franchise dan Hybrid adalah dua hal yang berbeda. Orang ini menggabungkannya
menjadi satu. Luar biasa bisnis orang ini. Lebih dari itu, dia nyari orang yang
baru semalam dikenalnya buat jadi mitra bisnis sebesar itu. WOW. Gue terkejut
sampe kopi gue tumpah ke lambung.
Karena
lagi bete MU nggak bagus-bagus mainnya, gue to
the point aja.
“MLM?”
“Ya bener.”
“Sori, nggak tertarik.”
“OK gpp.”
Selesai.
Dia
nggak bales lagi. Gue yakin dia udah ngapus nomor gue sejak sebelum dia bales
“OK gpp” itu. Sampai pertandingan MU vs Stoke City yang berakhir seri ini
selesai, gue masih berharap dia membujuk gue dengan rayuan ala-ala member MLM
di luar sana, tapi nggak ada lagi. Pas gue mau ngechat iseng nanyain, “Lo ikut
MLM mana?” Foto profilnya langsung hilang di pojok kanan chat room WhatsApp gue sama dia. Gue diblokir.
Nggak
masalah, sih. Gue heran aja, gue kirain member MLM itu diajarin buat punya
mental yang tahan banting dan pantang menyerah apa pun alasannya. Ternyata
masih ada member MLM yang secemen ini yang gue temui. Setelah ini, gue masih berharap
dia akan ngehubungin gue lagi lalu gue akan bertanya,
“Itu mobil lo? Boleh liat STNK-nya, nggak?”