Sebuah Momentum
Rumah Sejuta Martabak
Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, Yogyakarta, Indonesia
“Semakin banyak dari generasi muda masa kini yang berminat untuk menekuni bidang industri kreatif dan bersama teman-teman mereka membangun perusahaan start up. Didukung dengan kemajuan teknologi, semakin banyak yang melihat kemajuan ini sebagai ‘ladang’ baru untuk memulai bisnis.” — Andrew Darwis, Founder of Kaskus.
***
Ada
banyak sekali film Indonesia yang diangkat dari kisah perjuangan hidup seorang
tokoh. Beberapa di antaranya yang paling gue ingat adalah kisah hidup Merry
Riana, mantan Presiden B.J Habibie, dan presiden pertama kita Ir. Soekarno. Tentu
saja film-film itu membawa pesan tersendiri yang bertumpu pada satu tujuan: memberikan
motivasi untuk bertahan dan berjuang dalam menggapai impian.
Merry
Riana mungkin mengajarkan kita berjuang di tengah himpitan ekonomi, Habibie
mengajarkan kesetiaan, dan Sokearno mengajarkan cara memimpin dan
mempertahankan kehormatan bangsa dan negara.
Menurut
gue, banyak film lain yang bergenre sama dan dengan tujuan serupa, tapi nggak
tersampaikan dengan baik dan nggak laku di pasaran karena filmnya ditayangkan
dengan terlalu serius yang akhirnya malah bikin ngantuk. Untung-untung kalo
nggak sampai ngorok di tengah film.
Kisah
perjuangan hidup seseorang yang difilmkan itu jelas nggak pernah mudah. Setiap kesulitan
dari yang tingkatannya easy sampai
level hard-express itu jelas sudah dilewati. Pertanyaannya satu: gimana supaya
ketika difilmkan, pesannya tersampaikan dengan baik, tapi penonton tetap bisa
menikmati adegan demi adegan dalam film itu?
Jawaban
sementara gue: bumbui dengan komedi.
Sampai
akhirnya Selasa kemarin, gue berkesempatan untuk mengikuti acara Meet and Greet
dan pemutaran Behind the Scene film Sundul Gan: The Story of Kaskus, sebuah
kisah perjalanan hidup Ken dan Andrew yang mendirikan forum komunitas online terbesar
di Indonesia.
Dalam
acara meet and greet ini dihadiri oleh “Mimin” Andrew Darwis selaku pendiri
Kaskus, Naya Anindita si sutradara muda yang enerjik dan… manis kayak martabak
kelebihan cokelat, dan Petra Gabriel Michael yang akrab dengan sapaan Jebraw
yang berperan sebagai cast pendukung di film ini.
Sundul
Gan: The Story of Kaskus ini akan menceritakan kisah perjalanan dua orang, Ken
Dean Lawadinata (diperankan Dion Wiyoko) dan Andrew Darwis (diperankan Albert
Halim) dalam membangun Kaskus dari awal hingga jadi komunitas online terbesar
di Indonesia seperti sekarang ini. Filmnya sendiri diproduksi oleh 700 Pictures
dan akan mulai tayang di bioskop tanggal 2 Juni 2016 nanti.
Tapi
untuk kali ini, gue akan membahas hal yang lebih jauh dari sekadar filmnya.
Yang
ingin gue sampaikan adalah, film ini muncul di saat yang tepat. Momentumnya pas.
Indonesia saat ini sedang ramai dijamuri dengan bisnis start up, dan Sundul
Gan: The Story of Kaskus akan memberi kamu semua jawaban atas dua pertanyaan
pada penggiat start up level pemula: mau tetap dilanjutkan, atau berhenti
sekarang saja?
Andrew
Darwis mulai membuat Kaskus dengan modal $7 USD secara iseng di usia 19 tahun. Dan
di tahun ini, Kaskus sudah melahirkan 400-an komunitas dan 28 juta unique visitor setiap bulannya. Komunitasnya pun unik, mulai dari
komunitas pecinta sepeda sampai komunitas pecinta ikan cupang tergabung di
Kaskus.
Selain
itu, istilah-istilah yang muncul dan sering disebut di Kaskus seperti “Sundul”,
“Pertamax”, “Afgan”, “Cendol”, “Bata”, itu semua muncul dari para users Kaskus sebagai bentuk apresiasi,
bukan dari pemiliknya. Bahkan hingga sekarang, ada ratusan istilah di Kaskus
yang diabadikan dalam KBBK, Kamus Besar Bahasa Kaskus.
Tentu
saja untuk mencapai ini membutuhkan waktu yang nggak singkat. Kaskus,
berdasarkan pengakuan Andrew, baru mulai menghasilkan dan memiliki banyak pengunjung
di tahun keempat. Dan, untuk bertahan selama kurang lebih 17 tahun di dunia
internet itu bukan hal yang gampang. Sesuai yang dijabarkan Andrew juga, dulu
orang-orang main MySpace lalu pindah ke Friendster. Tiba-tiba Facebook muncul
dan Friendster ditinggalkan begitu saja. Lalu muncul Twitter, Instagram,
Snapchat dan sebagainya. Para pengguna internet berhijrah. Tapi beruntungnya,
Kaskus tetap eksis sejak masa itu sampai sekarang.
Hal
lucunya adalah, setelah menghasilkan, bukannya bahagia, mereka justru malah
semakin diliputi masalah. Masalah antara Ken dan Andrew yang mulai berselisih
paham, meskipun nggak berantem nggak jelas kayak abege yang lagi mencari jati
diri gitu sih. Kisah inilah yang nantinya ikut diceritakan dalam film Sundul
Gan: The Story of Kaskus.
Lalu,
ada tiga hal yang ditekankan oleh Andrew untuk kamu-kamu yang ingin serius
menggeluti dunia start up:
Passion.
Ini
sih yang paling penting kalau menurut gue. Kalau kamu punya hobi memancing tapi
bercita-cita ingin jadi dokter gigi jelas itu sangat melenceng jauh dari
passion kamu. Mungkin bisa, tapi nggak akan bertahan lama. Gue malah takutnya kalau
ada pasien giginya dicabut dengan cara dikasih umpan cacing. Ngeri.
Kecermatan.
Kamu
harus pintar-pintar dan jeli melihat peluang. Mengembangkan ide dan open minded. Seseorang dengan pikiran
tertutup nggak mungkin bisa bertahan lama dalam dunia start up yang sifatnya
terus berkembang.
Mau mencoba.
Ketika
kamu sudah menemukan passion kamu, sudah punya ide yang akan dikembangkan, maka
kamu tinggal mencoba. Risiko dari berani mencoba ya jelas berani gagal. Dan satu
pesan dari teman SMA gue: “Lebih baik menyesal karena sudah mencoba daripada menyesal
karena tidak mencoba”.
Acara
Meet and Greet dan pemutaran Behind the Scene film Sundul Gan: The Story of
Kaskus ini diakhiri dengan gue yang diajak foto bareng Andrew, Naya dan Jebraw
gara-gara gue kebanyakan nanya.