Bukan Review: Xiaomi Yi Action Camera
31
Desember kemarin, pagi itu gue sedang duduk santai sambil membaca novel Sherlcok
Holmes: The Beekeeper’s Apprentice karya Laurie R. King. Buku ini sudah kurang
lebih setahun ada di rak buku, tapi baru sekarang sempat baca. Gue punya
penyakit yang belum ada namanya, suka membeli buku-buku dan menyimpannya sampai
waktu yang entah kapan akan dibaca.
Ketika
sedang serius membaca, tiba-tiba ada yang mencet-mencet pagar. Mungkin dia
pengen mencet bel, tapi nggak ada. Pas gue liat, kayaknya kurir JNE. Gue
langsung buka pintu pagar.
“Dengan
saudara Firman?” tanyanya.
“Saya
Firman, Pak, bukan saudaranya. Mau ketemu Firman atau saudaranya?”
Si
kurir langsung mengeluarkan sebuah granat paket berbentuk kotak.
“Tolong
tanda tangan di sini, Mas.”
Setelah
tanda tangan gue tanya lagi kurirnya, “Nggak sekalian minta foto, Pak?”
Tanpa
menjawab si kurir langsung pergi meninggalkan gue, seperti gebetan yang
ditinggalkan tanpa kepastian. Untung paketnya sudah gue ambil duluan.
Ternyata
paket itu isinya Xiaomi Yi Action Camera dari Matahari Mall sebagai hadiah dari lomba yang gue ikutin beberapa waktu lalu.
Xiaomi
Yi ini ternyata memiliki resolusi kamera sebesar 16 MP dengan prosesor
Ambarella A7LS dan sensor gambar SONY back-illuminated Exmor R BSI CMOS.
Untuk
menggunakan Yi Action Camera ini, harus menyambungkan Yi ke perangkat smartphone yang sudah terinstal aplikasi
Yi Camera. Aplikasinya bisa diunduh gratis di Play Store atau App Store dengan
ukuran sebesar kurang lebih 23 MB. Setelah itu, dapat disambungkan dengan menggunakan
jalur koneksi wi-fi atau Bluetooth.
Meski
ukurannya kecil dan bobotnya hanya seberat sekitar 75 gram, Yi memiliki banyak
fitur untuk memaksimalkan hasil gambar. Di antaranya Photo sebagai fitur default ketika pertama kali
mengakftifkannya, Timer yang terdiri atas pilihan waktu 3, 5, 10, dan 15 detik,
Time Lapse buat yang suka drama, Burst untuk yang mau mengabadikan momen
berharga seperti jungkir balik dimulai dari kamu mengambil ancang-ancang sampai
akhirnya nyungsep ke got, Video, dan Short Video untuk kamu yang suka
mengunggah video pendek ke Instagram. Sungguh kekinian.
Yang
menarik lainnya adalah, Yi dapat merekam video dengan kualitas HD 1080p@60fps,
dan… tetap bisa mengambil gambar atau merekam video meski Yi nggak terhubung ke
perangkat smartphone kamu.
Karena
udah nggak sabar pengen nyobain hasil kameranya, gue langsung mandi dan
berangkat ke tempat yang potret-able.
Dan karena
gue orangnya pemalu, gue panggil teman-teman gue buat nemenin. Mumpung lagi
libur dan masih jomlo.
Gimana,
bagus kan lokasinya? Ada jembatan, pulau, dan sebentar lagi matahari terbenam.
Gue nggak mau ngasih tau lokasinya karena khawatir jadi terkenal dan umurnya
nggak panjang. Tapi kalo kalian pengen banget tau, gue pernah menulis tentang lokasinya
di salah satu postingan di blog ini juga, cari aja.
Kapasitas
baterai Yi ini sebesar 1.100mAh dan bisa dilepas. Bisa di-charge dengan kabel USB dan ada dukungan HDMI juga. Dengan
kapasitas baterai sebesar itu, gue dari siang bisa nungguin matahari terbenam
tanpa takut kameranya kehabisan daya.
Resolusi
kamera Yi ternyata juga bisa diatur sesuai keinginan, dari 16 MP, 13 MP, 8 MP sampai
5 MP. Rata-rata ukuran gambar yang gue ambil dengan resolusi 16 MP adalah 3 MP
per gambarnya dan ketika di-zoom-out hingga 70% gambarnya masih belum
pecah.
Ada
kelebihan, pasti ada kekurangan juga. Sebab di dunia ini yang sempurna hanya dua:
Judul lagu Andra and the Backbone dan kuning telur di bungkus Indomie.
Pertama,
Yi nggak punya LCD untuk melihat gambar yang sudah ditangkap. Dan gue ngerasa
agak ribet dan ngambil waktu untuk menghubungkannya ke smartphone gue yang kadang bertingkah stupid. Kedua, nggak ada LED flash, sehingga hasil gambar di malam
hari akan sangat gelap. Ketiga, hasil gambar di dalam ruangan nggak terlalu
bagus terlebih ketika diperbesar. Keempat, menyambungkan Yi ke aplikasi Yi Camera di smartphone nggak bisa sembarangan. Jika sudah terhubung ke satu perangkat, maka untuk menghubungkannya ke perangkat lain, Yi harus di-reset terlebih dahulu. Caranya dengan menekan tombol power dan wi-fi secara bersamaan sampai terdengar bunyi beep. Kelima, ukurannya terlalu kecil, hampir
diinjak orang ketika gue taruh di pinggiran jembatan.
Oke,
yang kelima itu curhat.
Setelah
menikmati matahari terbenam, gue dan teman-teman duduk di pinggiran jembatan.
Tiba-tiba didatangi cewek yang minta gabung. Teman-teman gue langsung berebut
pengen duduk di dekatnya.
Saking
girangnya mereka berebut, sandal salah satu temen gue jatuh ke dalam air.
Mpus!