Ego
Sampai detik ini, gue masih terlalu egois. Setiap
waktu gue habiskan menuntut kesempurnaan. Sementara gue tau, nggak ada yang
sempurna di hidup ini.
Gue terlalu banyak menginginnkan ini, itu, banyak dan
nggak bisa berbuat banyak untuk itu. Gue belajar, ada hal-hal yang nggak bisa
dipaksakan. Sejak tercipta, kodratnya memang demikian. Memasukkan gajah ke
dalam kulkas, misalnya. Gue harusnya tau, hal konstan itu nggak harus gue
tuntut untuk menjadi sempurna, karena setiap yang tercipta memiliki kekurangan dan
kelebihannya masing-masing. Gue terlalu kekanak-kanakan untuk terus menuntut.
Dalam hal pacaran, akan ada hal-hal yang membuat gue
berbeda dengan pasangan. Mungkin gue nggak suka dia begini, dan dia nggak suka
gue begitu. Tapi manusia memang diciptakan untuk saling melengkapi. Menutupi
kekurangan masing-masing pasangan dan menunjukkan kelebihannya walaupun hanya
kelebihan berat badan.
Makin ke sini, gue merasa ada satu hal yang ganjil
ketika gue tau kalo memang nggak ada yang sempurna.
Ego. Gue merasa, rasa ego yang terlalu dikedepankan
yang bikin manusia nggak bisa (atau jarang) menerima kekurangan orang lain.
Manusia selalu mencari-cari kejelekan manusia lain untuk menjatuhkan. Nggak
pernah memahami.
Ego selalu berbanding terbalik dengan hati. Dua hal jauh
berbeda. Egoisme mengejar kesempurnaan. Hati menerima apa adanya.
Gue pikir, gue punya dua hal ini. Tapi nggak
mempergunakannya dengan baik. Mungkin itu salah satu dari sekian kekurangan
gue.