DUNIA DAN KESERAKAHAN


Pagi ini, aku bangun agak siang, tidak seperti biasanya dimana aku selalu menunaikan kewajibanku untuk shalat subuh. Ya, sebab semalam aku tidak tidur karena menonton pertandingan bola tim favoritku yang disiarkan langsung oleh salah satu stasiun tv nasional. Meski sedang tidak enak badan tapi karena yang bertanding tim kesayangan jadi sedikit dipaksakan. Hehe.
Pagi ini, aku bangun sekitar jam 8 lewat dari jam 5 kebiasaanku bangun. Masih agak ngantuk dan capek tapi tetap kutinggalkan tempat tidurku agar tidak menjadi kebiasaan bermalas-malasan.
Memang sudah menjadi kebiasaanku, tidak membereskan tempat tidur karena kupikir memang begitulah kebiasaan anak laki-laki, apalagi seusiaku.
Matahari sudah mulai hangat mendekati terik, kebetulan hari ini hari minggu jadi aku punya banyak waktu untuk lebih lama menikmati teh yang kuseduh sendiri didapur, Sementara adik perempuanku sedang sibuk membersihkan rumah.
Memang hanya aku berdua yang ada dirumah ini dan aku bukan anak yatim! Lalu, kemana ayah?
Ayah, ayah terlalu sibuk dengan urusan dunianya hingga melupakan untuk menikmati kebahagian bersama keluarga kecil yang telah ia bina selama puluhan tahun. Ayah terlalu sibuk dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya, tidak mengenal waktu entahkah itu siang ataupun malam, ia bahkan hampir tidak punya waktu untuk tinggal dirumah ini sesaat saja. Ayah terlalu terobsesi dengan kenikmatan dunia hingga melupakan segala hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan. Baginya uang adalah penopang hidup. Dengan kata lain, uang adalah adalah segalanya bagi ayah. Lalu, kemana ibu?
Ibu, ibu pun mengikuti jejak ayah menjadi orang yang super sibuk dengan urusan dunia. Bedanya, ibu tidak menghasilkan materi untuk menghidupi aku dan adik perempuanku. Entah apa yang menyibukkan ibu, tapi sama seperti ayah, ia pun tak pernah betah lama dirumah ini. Ibu selalu mencari kesibukan tidak penting dengan rekannya, dengan kenalannya, dan lain alasan sebagainya!
Hampir tidak ada waktu mereka luangkan untuk aku dan adik perempuanku. Bagiku, sudah tidak menjadi masalah jika menghadapi hal semacam ini karena aku sudah tergolong dewasa dengan usiaku yang hampir memasuki angka 19 tahun sehingga aku sudah bisa sedikit beradaptasi dengan kesibukan kedua orangtuaku. Tapi tidak untuk adik perempuanku yang masih duduk dibangku sekolah menengah.
Pikirannya masih sangat labil untuk membiasakan diri dengan hal yang seharusnya ia tak perlu rasakan. Lagipula, kesibukan orangtuaku ini bukan terjadi sejak aku baru lahir, tapi baru sekitar beberapa bulan yang lalu mereka memulai kebiasaan menjadi orang sibuk bak artis yang kelebihan jadwal meeting dengan para produser ataupun yang lain semacamnya. Entah apa yang mendalangi semua itu, tapi akupun baru merasakan mereka tak pernah punya waktu untuk aku dan adik perempuanku baru sejak akhir-akhir ini.
Aku hanya khawatir ini akan mengganggu psikologis dan pertumbuhan mental adik perempuanku yang juga memiliki watak pendiam sama sepertiku. Ia lebih suka mengungkapkan perasaannya lewat tulisan-tulisan kecil dalam buku catatan sehari-harinya.
Entah sampai kapan ini akan terus berlanjut, yang jelas aku anya berharap ini tak akan bertahan lama dan semua kembali ke keadaan sebelumnya dimana ayah dan ibu selalu punya waktu yang cukup untuk aku dan adik perempuanku. Bukan hanya cukup, tapi bahkan mereka selalu dirumah menghabiskan waktu untuk bersantai menikmati sepanjang hari bersama keluarga hingga aku dan adik perempuanu terlelap dalam tidur.
Sejujurnya, bukan hanya aku yang ingin menikmati kebahagiaan bersama keluarga kecilku. Seluruh penduduk bumi pun ingin merasakan itu. Hidup tidak akan terjadi dua kali didunia ini, tidak akan ada yang ingin menyia-nyiakan dan membiarkan hidup mereka termakan sang waktu yang egois dengan hal-hal yang tidak penting! Tapi semua itu buka keinginan mereka, terkadang tuntutan materi menjadi salah satu atau mungkin satu-satunya penyebab terbesar sehingga mereka tidak benar-benar menikmati hidup yang singkat ini. Factor lain adalah keserakahan yang berlebihan yang membuat mereka tidak pernah puas dengan seluruh yang mereka miliki sehingga mereka menghabiskan seluruh waktu dalam hidup mereka untuk mencari “keserekahan” itu. Sesungguhya yang mereka cari tidak benar-benar mereka nikmati sepenuhnya. Jadi, tidak perlu bersikap berlebihan untuk menikmati hidup yang singkat ini.


Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.