Bukan Hanya Dagelan
Rumah Sejuta Martabak
Mars, So Far Away from Earth
Sebelumnya,
gue punya percakapan nggak penting sama teman sesama blogger, Rudi, tentang blogging
dan kopas-ing.
Gue
: Rud, nama blog kamu apa? Aku lupa.
Rudi
: dicapriadi.blogspot.com, Man. Tapi
belum update lagi, maaf, ya.
Gue : Lha, nggak pa-pa, blog aku juga nggak update update amat. Yang
penting isinya nggak kopas. Hargai karya orang.
Rudi
: Aku pernah kopas, dulu, waktu
awal-awal ngeblog.
Gue : Nggak pa-pa, aku juga pernah, dulu. Yang penting sekarang nggak
lagi. Hargai karya orang, ingat.
Rudi : Sip. Ya udah, gue mau donlot lagu di 4Shared dulu. Bhay!
Gue : ………………….***
Awal-awal
gue mengenal dunia blogging, gue
nggak pernah berpikir akan sampai sejauh ini bertahan menjadi seorang blogger. Namun seiring berjalannya
waktu, gue akhirnya “terperangkap” di dunia yang hidup-matinya ditentukan oleh
koneksi internet ini. Nggak bisa dipungkiri, sekarang profesi blogger adalah sesuatu yang menjanjikan.
Beberapa orang menjadikan profesi blogger
sebagai sumber penghasilan utama, beberapa lainnya menjadikannya profesi
sampingan, dan ada juga yang menjadikan blogger
sebagai tempat menyimpan pakaian dan perlengkapan lainnya. Eh maaf, itu loker
bukan blogger.
Dulu,
pada saat pertama kali mengenal dunia blogging,
gue nggak tau harus ngapain. Gue bikin blog bukan karena tau kegiatan blogging itu seperti apa dan gue ini
tipe blogger yang seperti apa. Prinsip
gue waktu itu adalah: daftar ya daftar aja, tau manfaatnya nanti. Ini sama
kayak kalimat, “Ya, kita jalanin aja dulu. Liat gimana nanti, cocok atau
enggak” dari gebetan yang setelah ditembak mau nolak nggak enak, tapi mau
nerima juga ya elah. Ketika tau ada hal seperti ini (baca: blogging), gue kaget dan bergumam, “Oh, ternyata ada hal keren
seperti ini, ya). Mau mulai menulis, gue juga bingung mau menulis tentang apa.
Akhirnya, postingan pertama di blog gue adalah tulisan tentang Linkin Park,
band kesukaan gue, yang gue kopas dari salah satu website tanpa mencantumkan sumber. Berikutnya gue mulai
mencantumkan sumber ketika gue kopas tulisan Fahd Fahdepie di Facebook yang
saat itu menyindir SBY yang masih menjabat Presiden. Fahd Fahdepie juga dulunya
masih menggunakan nama Fahd Djibran. Namun meski mencantumkan sumber dan minta
izin ke penulisnya sebelum kopas, gue juga masih belum tau kalo kopas tanpa
izin itu ternyata melanggar hak cipta. Yang gue pikirkan hanyalah, gue ngerasa
keren bisa punya banyak tulisan di blog dengan kalimat-kalimat yang keren.
Walaupun isinya murni hasil kopasan, gue tetap bangga. Entah kenapa.
Lalu
setelah beberapa postingan, gue akhirnya vakum dari dunia per-blogging-an nusantara. Gue nggak
menyentuh blog gue selama hampir dua tahun.
Setelah
gue beranjak dari usia remaja ke aL4y-setengah-dewasa, gue mulai aktif di media
sosial yang sangat erat kaitannya dengan dunia blogging. Perlahan gue mulai aktif ngeblog lagi. Kabar baik
tambahan, gue nggak kopas tulisan orang lagi. Gue berusaha menulis sendiri,
membeli buku-buku tentang blogging
untuk mempercantik tampilan blog, dan mengasah kemampuan menulis agar gue nggak
bosan dengan tulisan sendiri dan nggak bosan mandangin blog sendiri. Hingga
pada akhirnya sampailah gue di titik ini. Pengunjung blog gue memang belum seramai
milik para blogger yang gue idolakan
(blogger juga punya idola blogger juga, dong), tapi tetap bangga karena
nggak kopas. Gue nggak lagi galau kalo nggak ada yang baca atau berkomentar di
setiap postingan gue, karena yang terpenting adalah terus berkarya. Walaupun bentuk
karyanya cuma curhatan. Persis seperti tulisan ini. Hehe.
Nah,
beberapa hari lalu di Twitter ramai soal kopas-kopasan karya oleh akun @Dagelan di Instagram. Jauh sebelum itu, ada akun @dwitasaridwita di Twitter yang
melakukan hal yang sama. Celakanya, ternyata dua akun ini dibayar tinggi untuk
satu postingan dan satu kicauan. Sementara kerjanya adalah posting karya orang
tanpa izin. Pemilik konten asli hanya dapat like
dan retweet, yang “mencuri” malah bisa
foya-foya dari karya itu.***
Berdasarkan
percakapan gue dengan Rudi, dengan pemikiran dangkal, gue menyimpulkan bahwa
orang-orang di balik akun-akun yang kerjanya mencuri karya orang ini adalah
orang-orang yang baru mengenal dunia internet. Mereka kaget dengan banyaknya
hal keren di internet yang baru mereka temui. Mereka sebenarnya bisa punya
karya sendiri, hanya belum mengasah kemampuan saja. Nantinya akun-akun seperti
Dagelan ini akan memilih: mau belajar atau tidak. Dan pilihan ini tetap hanya
mereka yang menentukan, mau minta maaf ke pihak yang dirugikan dan tidak
mengulanginya lagi, atau selamanya dikenal sebagai maling.
Terakhir,
gue berharap orang-orang yang turut mendukung gerakan agar Dagelan—dan
akun-akun yang suka mencuri karya orang lainnya—untuk tobat, bukanlah orang-orang yang sekadar
ikut-ikutan. Jangan sampai mereka mengecam kelakuan Dagelan sambil asyik
mendonlot lagu di 4Shared atau mendonlot film di Ganool.
Ayooo RT @aryasutarya: Ayooo kita protes dagelan copas. Trus bareng-bareng download lagu di 4shared.
— N. Firmansyah (@nfirmansyah_) July 28, 2015
Bukan hanya Dagelan
yang harus bertanggung jawab, tapi kita semua. Atas semua karya.