Terlihat Lebih Anak Muda dan Kekinian

Rumah Sejuta Martabak Yogyakarta City, Indonesia

Dulu. Dulu banget, orang-orang menggunakan seekor burung merpati untuk mengirimkan surat ke tujuan. Entah surat itu ditujukan untuk rekan kerja, keluarga, teman, mantan atau pun gebetan. Masalah suratnya sampai atau enggak, ditanggung oleh pengirim seorang diri. Jelas, mana tau ketika merpati udah separuh jalan mengirimkan surat lalu tiba-tiba ada seekor merpati lain yang ngegodain dan dia jadi lupa diri. Surat nggak jadi terkirim, merpati yang ngirim surat juga nggak pulang-pulang.

Tapi itu dulu, dulu banget. 
                                                               
Sekarang, sudah tersedia berbagai banyak jasa pengiriman barang dan dokumen yang terpercaya lebih dari seekor merpati. Sebut saja Pos Indonesia yang setia dan konsisten sejak 270 tahun (mulai 27 Agustus 1746) yang lalu membantu orang-orang mengantarkan barang dan dokumen melalui jasa pengiriman barangnya ke seluruh wilayah di Indonesia. Jadi, tinggal datang ke kantor pos, tuliskan data diri dan alamat tujuan, timbang, bayar biaya kirim, selesai. Tinggal tunggu barangnya sampai di tujuan.

Yang menarik dari Pos Indonesia bagi gue sebagai jasa pengiriman barang adalah… pelayanannya yang ramah, biaya kirim yang relatif murah, nggak perlu ngantre lama, dan kiriman gue selalu sampai lebih cepat dari estimasi. Salah satu contohnya adalah ketika gue pengin ngirim naskah ke salah satu penerbit di Jakarta, waktu itu ada lomba dari penerbit dan deadline-nya tinggal dua hari lagi. Setelah gue ngeprint dan jilid naskah, gue buru-buru ke kantor pos dan di jalan ketika gue ngeliat jam gue baru sadar kalau waktu pengiriman sudah sangat mepet. Tapi pas sampai di lokasi ternyata pegawai kantor posnya masih ngasih gue kesempatan buat mengirimkan naskah gue. Sebelum berangkat tadi gue juga sempat ngecek biaya kirim ke lokasi tujuan dan menyiapkan uang pas agar gue nggak repot-repot lagi nungguin kembalian, dan pihak pos juga nggak repot-repot lagi nyariin gue kembalian karena masih banyak pelanggan lain yang harus dilayani. Ternyata pas gue dimintain bayar, biayanya lebih murah beberapa persen dengan yang ada di website. Ya, lumayan lah buat nambah uang bensin gue pulang.

Karena gue agak pesimis naskah gue akan sampai tepat waktu, gue sempat iseng nanya ke mbak-mbak kantor pos.

“Mbak, kira-kira ini sampainya kapan ya?”

“Tergantung, Mas. Tapi kalau liat dari alamat tujuannya, paling lambat tiga hari.”

Gue mulai pesimis. Gue memang memilih paket regular karena uangnya juga nggak cukup buat paket express, tapi ternyata keesokan harinya gue langsung dapat email katanya naskah gue udah diterima dan akan segera diupdate ke website resmi penerbit. Meskipun akhirnya naskah gue nggak menang dan nggak jadi terbit karena nulisnya buru-buru dikejar waktu, gue senang karena senggaknya gue tau bagian-bagian mana saja yang harus gue perbaiki ke depannya sampai naskah gue bisa dikategorikan layak terbit. Ada banyak pelajaran yang gue dapat setelah pengalaman itu.

Kejadian itu kira-kira sekitar dua tahun lalu dan sejak itu gue nggak pernah lagi berkirim-kirim barang atau dokumen dan menggunakan layanan jasa pengiriman barang. Lalu beberapa waktu lalu, gue ngirim naskah lagi ke salah satu media yang nggak menerima naskah dalam bentuk softcopy alias harus hardcopy alias naskah asli, bukan salinan. Tentu saja gue menggunakan layanan Pos Indonesia untuk hal ini, dan ketika gue ngecek lagi website-nya, Pos Indonesia sudah begitu banyak berubah sejak terakhir kali gue akses, mengikuti perkembangan dan lebih kekinian.

Sebagai pengguna jasa layanan pengiriman, maka yang akan gue cari pertama kali ketika membuka website terkait jelas adalah biaya kirim antar kota atau pelacakan kiriman. Di situs resmi PT Pos Indonesia pada halaman utama langsung terpampang tab Lacak Kiriman, Pencarian Kode Pos & Kantor Pos, serta Tarif pengiriman. Terlihat sangat simpel namun lengkap dan nggak bikin pusing kayak janji-janji mantan.
Tampilan halaman utama website POS INDONESIA

Nggak cuma itu, kalau kamu mau scroll ke bawah sedikit, di sana juga akan kamu temukan berita atau aktivitas terbaru yang berkaitan dengan PT Pos Indonesia. 

Contohnya kegiatan yang gue temukan ketika membuka website PT Pos Indonesia kemarin, di situ tertulis event Pelatihan Creative Writing yang diadakan buat meningkatkan budaya literasi di kalangan remaja dan anak-anak muda kekinian. Selain berita terkini mengenai kegiatan Pos Indonesia yang kekinian, ada juga kegiatan yang diabadikan dalam bentuk video dan diupload ke YouTube. Dan… kabar baik lainnya yang bisa bikin kamu semakin kekinian, aplikasi myPOS dari Pos Indonesia saat ini sudah tersedia di PlayStore untuk pengguna smartphone berbasis Android.


Keren, jadi ketika ingin cek tarif, lacak kiriman atau cari kode pos nggak perlu lagi buka browser di smartphone yang kadang tampilannya kurang bagus, atau membuka laptop yang kurang praktis. Tinggal download aplikasi myPOS dan kamu bisa mengakses layanan Pos Indonesia kapan pun dan di mana pun kamu berada. Pos Indonesia sekarang memang sepertinya dirancang untuk mengikuti perkembangan zaman agar terlihat lebih anak muda dan terlihat lebih kekinian.

Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.