Bukan Review: SINGLE
Judul : Single
Sutradara : Raditya Dika, Sunil Soraya
Produksi : Soraya Intercine Films
Genre : Komedi
Durasi : Nggak terasa hampir 2 jam
Setelah
nonton Manusia Setengah Salmon dan akting Raditya Dika nggak lebih baik sejak
Kambing Jantan, gue memutuskan untuk nggak lagi nonton filmnya. Tetapi, gue
melanggar janji itu sendiri gara-gara hal ini…
Tungguin film SINGLE main di bioskop ya. Menurut gue ini film gue yg paling keren yg pernah gue bikin. ;) pic.twitter.com/u71E3KCy9F
— raditya dika (@radityadika) September 13, 2015
Enam
hari setelah filmnya guling-gulingan di bioskop, gue baru menyempatkan diri
untuk nonton. Dan hasilnya adalah… ini memang film terbaik yang pernah dibikin
oleh Raditya Dika.
Film
ini mengisahkan 3 sahabat, Ebi (Raditya Dika) seorang cowok pengangguran yang
belum pernah pacaran sama sekali, Victor (Babe Cabita) yang penakut dan suka
tidur telanjang, dan Wawan (Pandji Pragiwaksono) yang sok bijak, namun lebih
fokus membahas kehidupan pribadi Ebi, bukan Ruhut Sitompul apalagi Fadli Zon.
Awal
film ini dimulai dengan percakapan Ebi, Victor, dan Wawan yang pembahasannya
diisi dengan jokes standar tapi cukup
untuk bikin ketawa. Lalu langsung
dibalas dengan adegan menyedihkan yang menghabiskan satu Original Soundtrack,
setelah penolakan nggak mengenakkan terhadap Ebi. Penolakan ini disebabkan
karena cara PDKT Ebi yang nggak banget. Jadi kalo Radit ngasih tips PDKT di
acara TV atau di mana pun itu, sebaiknya jangan pernah percaya demi
kelangsungan hidup umat beragama.
Di
salah satu adegan di dalam klub malam, ada satu joke dari Wawan yang terlewatkan oleh hampir seluruh penonton. Entah
karena adegan sebelumnya yang lebih pecah atau gimana. Wawan bilang, “Gue ke
klub ini nggak cuma satu-dua kali. TIGA KALI!” dan nggak ada satu pun penonton
yang ketawa. Mungkin kecuali gue. Entah selera humor gue yang ketinggian atau
penonton lain yang kerendahan, padahal teater penuh sepenuh-penuhnya.
Selain
nggak jago soal PDKT, Ebi juga cowok yang nggak peka. Sama satu lagi, Ebi
adalah orang yang terlalu gampang jatuh cinta tapi nggak pernah berani
mengungkapkan perasaannya. Bukti kegampangannya adalah ketika Ebi ketemu Angel
(Annisa Rawless), penghuni kos yang baru saja pindah. Lalu bukti
kenggakpekaannya ketika Angel membahas soal arti bunga Dafodil ke Ebi.
Di
tengah perjuangan Ebi untuk mendapatkan hati Angel, Ebi diganggu sama Joe
(Chandra Liow), adek-kakak-an Angel yang baru pulang dari Kuningan
Groningen, Belanda, yang ternyata sudah suka sama Angel sejak TK. Coba bayangkan,
memendam perasaan sejak TK. Sampai jadi sarjana dan sudah kerja belum
diungkapkan juga. Hati ayam disimpan di kulkas dua minggu aja busuk, Men. Sejelek-jeleknya
sifat Ebi, masih lebih jelek Joe. Intinya, jadi cowok nggak boleh seperti Ebi
yang nggak berani mengungkapkan perasaan, dan nggak boleh seperti Joe yang
beraninya cuma sebatas adek-kakak-an.
Secara
keseluruhan film ini bagus banget karena porsi sedih dan lucunya tetap
seimbang. Terutama pada adegan skydiving,
nggak nyangka banget ceritanya bakal bisa dinyambungin ke sana. Dan, akting
Raditya Dika mulai bagus. Adegan jeleknya sudah bisa dihitung dengan jari. Jari
alien. Peran kocak Victor dan Wawan menurut gue adalah kunci suksesnya film ini. Babe dan Pandji memainkan peran dengan sangat baik.
Hanya
dua hal yang bikin film ini nggak mengalir dengan baik menurut gue.
Pertama,
adegan ketika Choky (entah namanya di situ siapa, nggak dijelaskan) nyamperin
Ebi sehabis open mic di café, Choky cuma datang, ngomong dikit lalu pergi. Seperti orang
yang ngelihat sampah jatuh di pinggiran tempat sampah, dipungut, masukin tempat
sampah lalu pergi begitu saja. Nggak rapih.
Kedua,
ending-nya. Ending film ini terlalu transparan. Happy ending kalo kata
Farhat Abbas. Padahal gue berharap twist
ending. Tapi tetap nggak nyangka sih
endingnya bakal ngadain konser seperti itu.
Gue
ngasih angka 8.5 dari 10 untuk film Single.