Bukan Review: SINGLE




Judul               : Single
Sutradara       : Raditya Dika, Sunil Soraya
Produksi         : Soraya Intercine Films
Genre              : Komedi
Durasi             : Nggak terasa hampir 2 jam

Setelah nonton Manusia Setengah Salmon dan akting Raditya Dika nggak lebih baik sejak Kambing Jantan, gue memutuskan untuk nggak lagi nonton filmnya. Tetapi, gue melanggar janji itu sendiri gara-gara hal ini…




Enam hari setelah filmnya guling-gulingan di bioskop, gue baru menyempatkan diri untuk nonton. Dan hasilnya adalah… ini memang film terbaik yang pernah dibikin oleh Raditya Dika.
Film ini mengisahkan 3 sahabat, Ebi (Raditya Dika) seorang cowok pengangguran yang belum pernah pacaran sama sekali, Victor (Babe Cabita) yang penakut dan suka tidur telanjang, dan Wawan (Pandji Pragiwaksono) yang sok bijak, namun lebih fokus membahas kehidupan pribadi Ebi, bukan Ruhut Sitompul apalagi Fadli Zon.

Awal film ini dimulai dengan percakapan Ebi, Victor, dan Wawan yang pembahasannya diisi dengan jokes standar tapi cukup untuk bikin  ketawa. Lalu langsung dibalas dengan adegan menyedihkan yang menghabiskan satu Original Soundtrack, setelah penolakan nggak mengenakkan terhadap Ebi. Penolakan ini disebabkan karena cara PDKT Ebi yang nggak banget. Jadi kalo Radit ngasih tips PDKT di acara TV atau di mana pun itu, sebaiknya jangan pernah percaya demi kelangsungan hidup umat beragama.

Di salah satu adegan di dalam klub malam, ada satu joke dari Wawan yang terlewatkan oleh hampir seluruh penonton. Entah karena adegan sebelumnya yang lebih pecah atau gimana. Wawan bilang, “Gue ke klub ini nggak cuma satu-dua kali. TIGA KALI!” dan nggak ada satu pun penonton yang ketawa. Mungkin kecuali gue. Entah selera humor gue yang ketinggian atau penonton lain yang kerendahan, padahal teater penuh sepenuh-penuhnya.

Selain nggak jago soal PDKT, Ebi juga cowok yang nggak peka. Sama satu lagi, Ebi adalah orang yang terlalu gampang jatuh cinta tapi nggak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Bukti kegampangannya adalah ketika Ebi ketemu Angel (Annisa Rawless), penghuni kos yang baru saja pindah. Lalu bukti kenggakpekaannya ketika Angel membahas soal arti bunga Dafodil ke Ebi.

Di tengah perjuangan Ebi untuk mendapatkan hati Angel, Ebi diganggu sama Joe (Chandra Liow), adek-kakak-an Angel yang baru pulang dari Kuningan Groningen, Belanda, yang ternyata sudah suka sama Angel sejak TK. Coba bayangkan, memendam perasaan sejak TK. Sampai jadi sarjana dan sudah kerja belum diungkapkan juga. Hati ayam disimpan di kulkas dua minggu aja busuk, Men. Sejelek-jeleknya sifat Ebi, masih lebih jelek Joe. Intinya, jadi cowok nggak boleh seperti Ebi yang nggak berani mengungkapkan perasaan, dan nggak boleh seperti Joe yang beraninya cuma sebatas adek-kakak-an.

Secara keseluruhan film ini bagus banget karena porsi sedih dan lucunya tetap seimbang. Terutama pada adegan skydiving, nggak nyangka banget ceritanya bakal bisa dinyambungin ke sana. Dan, akting Raditya Dika mulai bagus. Adegan jeleknya sudah bisa dihitung dengan jari. Jari alien. Peran kocak Victor dan Wawan menurut gue adalah kunci suksesnya film ini. Babe dan Pandji memainkan peran dengan sangat baik.

Hanya dua hal yang bikin film ini nggak mengalir dengan baik menurut gue.

Pertama, adegan ketika Choky (entah namanya di situ siapa, nggak dijelaskan) nyamperin Ebi sehabis open mic di café, Choky cuma datang, ngomong dikit lalu pergi. Seperti orang yang ngelihat sampah jatuh di pinggiran tempat sampah, dipungut, masukin tempat sampah lalu pergi begitu saja. Nggak rapih.

Kedua, ending-nya. Ending film ini terlalu transparan. Happy ending kalo kata Farhat Abbas. Padahal gue berharap twist ending. Tapi tetap nggak nyangka sih endingnya bakal ngadain konser seperti itu.

Gue ngasih angka 8.5 dari 10 untuk film Single.
Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.