Bukan Review - PAN
Judul : Pan
Sutradara : Joe Wright
Produksi : Warner Bros Pictures
Genre : Khayalan Tingkat Tinggi
Durasi : Hampir 2 jam
FYI, selama nonton film, Pan adalah
film paling mahal yang pernah gue tonton. Datang jam 12 siang lewat dikit, ternyata
filmnya udah keburu mulai. Teater berikutnya baru buka lagi jam 5 sore karena satu
teater digunakan untuk dua film. Mau pulang dulu, takut ketiduran. Mau ganti
film, nggak ada yang trailer-nya menjanjikan.
Dengan terpaksa, harus nongkrong tiga kali di tempat yang berbeda di dalam
satu mal yang sama sambil nunggu pintu teater dibuka. Huff. Huff. Huff.
Di
awal-awal film Pan (Pan, panci kali), kamu akan menemukan sebuah cerita yang
melampaui imajinasi. Atau dengan kalimat sederhana, fantasinya betul-betul di
luar batas imajinasi. Atau kalau mau sedikit kasar, nggak masuk akal. Mungkin Joe
Wright (Direktur-nya) berpikir, “Ini kan film fantasi” ke penontonnya. Sayangnya,
bagi gue, starting film ini gagal
total untuk orang yang berimajinasi tinggi sekalipun.
Lalu
selanjutnya, Pan adalah Journey: To the Center of the Earth (1) dan The Mysterious
Island (2) hingga akhir. Bedanya hanya di pemainnya. IYKWIM.
Pan
bercerita tentang Blackbeard (Hugh Jackman), bajak laut dari Neverland yang
bekerja sama dengan sebuah panti asuhan pada saat Perang Dunia II sedang berlangsung.
Nggak jelas bagaimana ceritanya sehingga “manusia biasa” bisa bekerja sama
dengan Blackbeard, sih, tapi yawdalayaw. Blackbeard menculik anak-anak yatim
ini pada jam tidur untuk dibawa ke Neverland dan dijadikan penambang untuk
mendapatkan Pixum (batu yang katanya debu peri) yang katanya bisa bikin
Blackbeard jadi penguasa. Nggak jelas juga penguasa apa, yang jelas bukan
penguasa hati.
Salah
satu dari anak-anak yang diculik adalah Peter (Levi Miller) yang punya
kemampuan terbang dan katanya dibutuhkan oleh Blackbeard. Di tengah film
dijelaskan kenapa Peter bisa terbang, cuman malas ngejelasinnya di sini. Peter sendiri
baru tau dirinya bisa terbang saat dihukum oleh Blackbeard, ditendang dari atas
kapal. Pesan: kadang kita baru tau kemampuan terbaik kita pada saat sedang ada
di posisi terbawah.
Yang
cukup bikin film ini keren adalah adanya penggalan lirik lagu legendaris ciptaan
Kurt Cobain: Smell Like Teen Spirit dan “Hey
Ho, Lets Go!” milik Ramones. Kewl!
Petualangan
baru dimulai saat Peter bertemu dengan Kapten Hook (Garrett Hedlund) di penjara
tambang Neverland. Dibantu oleh Smee (Adeel Akhtar) yang bertugas sebagai orang
yang nyatat kerjaan para penambang yang ternyata berteman dengan Hook, yang
sudah bertahun-tahun menyusun rencana pelarian dari Neverland. Hook memanfaatkan
Peter the Pan untuk melarikan diri.
Mereka
bertiga sukses melarikan diri ke Neverwood. Sukses ditangkap kembali juga.
Di
Neverwood, Hook, Pan, dan Smee bertemu dengan Tiger Lily (Rooney Mara) yang
bersembunyi dari jangkauan Blackbeard. Tempat persembunyian Tiger Lily di
Neverwood mirip pasar malam. Pasar malam di dalam hutan, jadi ingat Musik Hutan.
FYI lagi,
Kapten Hook jatuh cinta sama Tiger Lily pada pandangan pertama. Lucu.
Setelah
lolos (padahal dibuntuti) dari buruan Blackbeard, Peter melanjutkan perjalanan
menuju tujuan utamanya: menemukan ibunya. Dibantu oleh Hook dan Tiger Lily
tentu saja. Tempat di mana ibu Peter berada adalah ladang Pixum, yang begitu
diinginkan Blackbeard. Pertarungan pun pecah lagi.
Ending-nya, Peter bertemu dengan ibunya
yang ternyata adalah kumpulan peri-peri kecil, yang bikin gagal paham kenapa
bisa dia dititipkan ke panti asuhan.