Harapan Gue buat Film Horror di Indonesia
Berbicara
film horror, gue adalah orang yang cukup kritis menanggapi film-film horror
yang sudah tayang di televisi ataupun bioskop. Gue adalah salah satu dari
sekian banyak orang yang menyukai film menyeramkan dan berbau mistis. Mulai
dari The Exorcist yang lumayan bikin mual sampai The Conjuring yang bahkan
bikin merinding pun enggak, gue udah tonton semua.
Kali
ini gue lebih spesifik membahas tentang film horror di Indonesia.
Film
horror di Indonesia ditayangkan jam 11 ke atas biar nggak ditonton sama
anak-anak di bawah umur dengan alasan menganggu kondisi psikologisnya.
Pemahaman ini yag ditanamkan. Tapi sebenarnya bukan seperti itu.
Seyogianya,
film horror adalah film yang menakutkan, mendebarkan, dan memang benar bisa
mengganggu secara psikologis. Menonton film horror bisa bikin kita parno,
sering berpikir yang tidak-tidak dan lain sebagainya. Tapi gue melihat, ada
yang beda dari film horror kita.
Film
horror di Indonesia, nggak pernah ada yang murni film horror.
Kalo
bukan film horror yang dicampur dengan komedi, film horror dicampur sex. Ya,
tapi masih mending film horror dicampur komedi atau sex daripada film komedi
atau sex yang dicampur horror kemudian dilabeli HORROR. Ini horror yang
benar-benar horror menurut gue.
Karena
kalo film horror dicampur dengan adegan komedi yang terlalu banyak, hasilnya
bukan film horror, tapi film komedi.
Gue
pernah nonton, film horror di mana si tokoh ketemu setan, bukannya lari atau
baca doa dan mantra, malah ngajak setannya ngobrol. Gue pikir, ngobrol dengan
setan adalah pilihan yang salah ketika ketemu setan di kehidupan nyata. Tapi
tetap, yang jadi pertanyaan BESAR adalah, kenapa film seperti ini tetap
diproduksi di Indonesia?
Tapi
bagaimana pun, gue tetap menghargai semua film-film itu. Postingan gue ini
hanya berupa kritikan. Yang gue harapkan adalah, film horror kita bisa bersaing
di kanca internasional. Kurangi komedinya, kalo perlu hilangkan. Kurangi
sex-nya, kalo perlu hilangkan. Karena buat gue, film yang bermutu adalah film
yang bisa mengedukasi dan menambah wawasan yang menontonnya, bukan yang
menertawai kegagalan film itu setelah menonton.