Dari Live Streaming ke Live Tweeting




Banyak orang menginginkan perubahan. Perubahan ke arah yang lebih baik. Tentu saja. mereka mengubah kebiasaan-kebiasaan yang mereka anggap buruk menjadi hal yang lebih bermanfaat, untuk diri sendiri dan orang lain. Banyak yang nggak tahu, proses menuju perubahan itu susah. Kalo kamu orang gemuk misalnya, ingin kurus. Proses menuju kurus itu sangat berat dan tak jarang berhenti sebelum tercapai karena cobaan yang sangat berat. 


Ketika kamu mulai menerapkan pola makan ala orang yang mau diet, akan mulai berdatangan cobaan dari lingkungan sekitar; di-bully teman-teman dan lain sebagainya.

Itu tadi hanya satu contoh di dunia nyata tentang perubahan.

Mau nggak mau, kita memang harus berubah, karena waktu terus berjalan.

Perubahan nggak cuma bisa kita lihat di dunia nyata, kebiasaan-kebiasaan orang yang mulai berubah bisa juga kita lihat di dunia maya. Karena jujur aja, hampir 50% aktivitas harian, kita dedikasikan untuk bergelut di dunia maya. Facebook, Twitter, Blogging, Mindtalking, Kaskusing, Friendsting, Stalking, #eh, semuanya sudah jadi rutinitas harian yang sangat berat untuk kita tinggalkan. Nggak usah mencoba untuk menghindarinya, kita hidup di era digital. Semua itu, wajar. Sekali lagi, wajar. Kecuali kalo sekarang masih ada teman seumuran kamu yang nggak ngerti Facebook dan Twitter, itu baru nggak wajar.

Pergeseran kebiasaan orang dari menggeluti dunia nyata hingga “tersesat” ke dunia maya nggak berhenti sampai di situ. Nggak sekedar update status, like, retweet, komentar, mention, stalking lalu sign out, nangis karena gebetan diembat teman. Semuan itu pun terus berubah. Gue melihat dari satu sudut, sudut yang juga mungkin dilihat banyak orang. Perubahan ini disebabkan oleh kita sendiri.

Lihat saja, akhir-akhir ini di tv nasional udah jarang banget menayangkan acara sepakbola. Kalau pun ada, tengah malam, pas Tukang Bubur pulang haji dan Mak Ijah balik dari Mekah. Akhirnya, mau nggak mau kita harus live streaming via PC kalo nggak langganan tv kabel. 

Pikiran awalnya, dengan live streaming kita bisa menikmati siaran sama seperti nonton siaran tv nasional. Tapi, tidak. Jaringan yang suka ngadat bisa bikin emosi dan nggak jarang kita harus nge-refresh tab berkali-kali biar tayangannya baik lagi. Itu pun cuma beberapa menit, harus di-refresh lagi. Huff! Akhirnya, ditemukanlah istilah live tweeting, di mana akun Twitter dengan admin kece harus sukarela mencurahkan segala apa yang dilihatnya ke dalam balutan twit dan dinikmati para followers yang udah emosi dengan live streaming karena kuota yang nggak mencukupi dan ketidakinginan untuk nge-refresh lagi.


Tapi percayalah, suka nggak suka, siap nggak siap, kita harus siap untuk berubah. Waktu akan memaksa kita untuk berubah, mengikuti tren terbaru karena gengsi diteriakin “KAMSEUPAY!” oleh teman-teman.

Percayalah.

Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.