Will You Be Sorry?
FOTO:
WORLD4FREE
Penyesalan selalu datang
belakangan. Karena kalo datangnya duluan, itu bukan penyesalan. Bisa jadi itu
pembayaran SPP per semester #eh.
Tapi
pertanyaannya kemudian, haruskah kita menyesali sebuah perbuatan atau lebih
tepatnya kesalahan yang sudah pernah kita lakukan? Untuk apa?
Menurut gue,
kesalahan-kesalahan yang kita lakukan di masa lalu adalah kejadian yang harus
kita jadikan sebuah pelajaran biar nggak jatuh di kesalahan yang sama kayak
lagunya Kerispatih. Kita nggak harus menyesali perbuatan kita yang kita anggap
salah, tapi sebaiknya dijadikan acuan untuk belajar karena semua hal terjadi
bukan tanpa alasan. Semua ada sebabnya. Tinggal bagaimana kita pandai-pandai
“mencuri” alasan itu.
Sebagai
contoh, gue (nama samaran) putus sama pacar gue karena gue merasa udah nggak
cocok meskipun gue masih sayang sama dia (mungkin gue sukanya makan martabak
dan dia lebih suka makan beling) #elah. Seminggu kemudian, gue liat dia jalan
sama cowok barunya #busettt… sementara gue… masih jomblo. Kemungkinan pilihannya
ada dua:
Pertama: gue
menyesal udah mutusin dia, galau tujuh hari tujuh turunan malam, gue
jadi malas ngampus karena mikirin penyesalan gue. Atau kedua: gue jadikan itu
pelajaran dan lekas mencari penggantinya, menerima dia (pacar gue nanti) apa
adanya meskipun lebih cantik parah dari sebelumnya (mungkin dia juga
suka makan beling dan ditambah minumnya oli). Hasilnya: pacar baru dapat, nilai
tinggi juga dapat (ini buat yang merasa pintar aja. Pintar ngerayu dosen).
Menyesali
perbuatan atau kesalahan hanya akan membuat kita semakin terpuruk ke dalam
kesalahan itu dan mau nggak mau akan menyita banyak waktu berharga dan pada
akhirnya: timbul masalah baru. Sementara satu masalah yang lain belum
terselesaikan.