Di Penghujung Desember



Senja ini, segalanya terlihat lebih sibuk dari biasanya. Aktifitas menjelang malam yang seharusnya kebanyakan pekerja beristirahat setelah pekerjaan panjang, justru terlihat sibuk dan bersemangat menjelang malam, yang mungkin lebih tepatnya tengah malam.

Ya, ini adalah malam terakhir ditahun 2012, bulan dan tahun berakhir menuju 2013 yang baru. Kesibukan yang bahkan melebihi kerja lembur para pegawai, mereka dengan semangat dan antusias tinggi menjelang pergantian


tahun tiba. Berita di televise nasional yang seringkali hanya menayangkan macet di ibukota Jakarta, kini terlihat berbeda malam ini. Seluruh jalan dikota besar bahkan dipinggiran sekalipun padat pengendara yang akan beraktifitas menuju tempat favorit mereka untuk menantikan pergantian tahun yang fenomenal ini.

Banyak yang meramalkan dunia akan berakhir tahun ini dan akan ada kehidupan baru setelahnya. Tapi sepertinya kontroversi itu terpecahkan malam ini meskipun di belahan dunia lain memang sedang terjadi “kiamat”.

Lamunanku di penghujung Desember buyar setelah Rina, teman satu bangkuku disekolah mengagetkanku dengan suaranya yang keras. Tiba-tiba ia berdiri disampingku bersama seorang temannya dari kota.

“Ki, melamun terus kamu. Ikut kita keluar yuk malam ini”. Ajaknya.

“Kemana? Keluyuran kayak mereka disana itu?”. Jawabku sedikit menolak.

“Aduh, untuk malam ini saja, skali-kali kita nikmati dunia luar kan gak papa Ki, dirumah terus nanti bosan loh. Mau jadi penunggu rumah ini?”.

Meski terus mengajakku dengan berbagai alasan, aku tetap bersih keras tidak ikut dengan mereka, aku lebih memilih untuk menikmati setiap malam dirumah. Lagipula diluar sedang gelap, sepertinya akan hujan sangat deras.

Aku berpikir dari pada keluar dan tidak jelas tujuan akan kemana lebih baik kunikmati saja malam terakhir di penghujung Desember ini dengan mempelajari apa yang mereka lakukan dan mereka rasakan di akhir malam tahun ini melalui jejaring social.

Kupikir mereka diluar sana akan berbagi penderitaan, kesedihan dan kesenangan melalui facebook, twitter, ataupun MindTalk. Barangkali hampir semua dari mereka akan melakukan itu. Pikirku.

Waktu sudah menunjukkan jam 11 malam lewat 10 menit. Sementara Rina dan temannya sudah daritadi pergi menikmati malam di penghujung Desember ini.

Suara-suara gaduh kembang api dan mercon mulai menggema dilangit manapun dipenjuru dunia seperti yang terlihat di televise yang sedang dengan asiknya ditonton keluargaku.

“Wah, macet…. Bisa telat sampe tujuan nih HUH!!!”.

“Yahhh hujaann, gak jadi berangkat deh :’(“.

“Wah asik, untuk naik mobil sam keluarga, jadi gak perlu kuatir kehujanan”.

Barangkali seperti itu yang kuingat saat membaca Timeline Facebook, Twitter, dan MindTalk dari laptop milikku. Banyak yang mengeluhkan cuaca mala mini, ada juga yang malah senang karena factor lain. Namun dari semuanya kupikir mereka berbohong jika mengatakan menikmati akhir tahun ini. Aku lebih banyak melihat mereka mengeluh dan bersedih setelah terlanjur terjebak macet dan hujan diluar sana.

“untung tidak jadi pergi”. Gumamku.

Dari balik pintu kamar terdengar suara ketukan pintu. Ternyata ada papah yang memanggilku untuk berkumpul diruang keluarga sambil menunggu detik-detik pergantian Penghujung Desemberr menuju awal Januari yang panjang.

Sepertinya kami siap pesta malam ini meski hanya diruang kecil yang sederhana dan apa adanya. Mamah sudah memasak masakan kesukaan kami dan menyiapkannya diatas meja. Ruangan keluarga kami terlihat lebih “ribet” dengan hiasan layaknya akan mengadakan pesta ulang tahun.

Saat jam menunjukan pukul 11.50pm semua mata tertuju pada layar televisi 21 inch hitam yang begitu disibukkan dengan siaran-siaran aneh yang begitu banyak kegaduhan didalamnya namun semua orang seperti tertawa lepas menikmati itu semua. Bagi seorang “nerd” sepertiku memang terlihat aneh saat melihat sekumpulan orang tertawa disaat yang tidak tepat, menurutku.

Saat semua sibuk, aku malah jadi berpikir, kenapa mereka tidak mengisi penghujung desember ini dengan hal yang lebih positif, berbagi dengan orang-orang yang membutuhkan, atau menyantuni anak yatim contohnya, gumamku.

Tetapi bagaimana pun, aku tak bisa mengelak. Aku pun ikut terlarut dalam suasana riuh suara kembang api, entah itu asalnya dari dalam layar besar bernama televise itu atau yang dari luar ruangan ini tapi mendewakannya.

Happy New Yearrrrr, goodbye 2012 and welcome 2013

Suara teriakan dari dalam televisi dan dari ruang tamu ukuran 2x4 meter bersamaan membuat seluruh ruangan mendadak sangat berisik, orang-orang begitu gembira menyambut pergantian tahun. Bukankah kita kehilangan, kenapa malah bersorak gembira? Aku berpikir dalam hatiku, mengapa orang begitu senang berpisah dengan tahun 2012. Mungkin karena mereka telah ditinggalkan oleh tahun controversial yang diramalkan membawa bencana. Ya, sepertinya begitu! Dan mungkin pula dipikiran mereka dengan berakhirnya 2012 menjadi 2013 akan jadi pertanda bahwa Sang Pencipta akan membatalkan kiamat! Wallahu Alam!

Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.