Eyeliner

Rumah Sejuta Martabak Mars, TX 75778
Pixabay on Pexels.

Ketika selesai nonton bareng salah satu teman cewek beberapa waktu lalu, dia minta gue temenin ke toko kosmetik yang masih berada di dalam mall tempat kami nonton. Dia membeli berbagai peralatan kecantikan mulai dari yang untuk tubuh sampai muka. Setelah itu kami makan dan gue iseng bertanya, sebenarnya make up itu buat apa sih? I mean, buat aku pake make up sama nggak pake make up sama aja.

Sambil menggigit spageti teman gue menjawab, bagi perempuan merias wajah dengan berbagai jenis kosmetik adalah sebuah keharusan dan keperluan. Selain buat mendukung penampilan, juga berguna untuk menutupi kekurangan yang ada di wajah.

Aku sih cukup dengan wudu aja, jawab gue dengan nada bercanda.

Teman gue melanjutkan, aku sih nggak pake semua jenis kosmetik, cuma yang perlu aja. Kan nggak mungkin juga aku punya semua jenis merek dan bentuk kosmetik yang ada di pasaran. Yang pasti, buat aku yang paling penting dan harus aku punyai adalah eyeliner pensil atau eyeliner yang cair. Pemakaiannya aku sesuaikan dengan mood atau acara yang mau aku datangi.

Emang yang bagus yang mana? Maksud aku antara pensil dengan cair, gue bertanya sambil mengunyah pizza dan melirik sekumpulan abege yang berjalan di depan gue.

Sesuai kebutuhan, jawabnya. Secara umum pengguna kosmetik itu terbagi menjadi tiga. 1. Pemula. Ini adalah masa di mana perempuan baru mengenal make up sederhana, belum menyeluruh. Teknik beriasnya jelas masih sederhana dan kebutuhan jenis dan alat kosmetiknya juga jelas masih terbatas. Menurut aku, untuk pemula, jenis eyeliner yang cocok adalah pensil karena lebih mudah digunakan daripada yang jenisnya liquid atau cair. 2. Medium. Tahapan ini ketika perempuan sudah mulai mengenal lebih banyak lagi soal make up, mulai dari alat hingga penggunaannya. Di tahap ini aku selalu menyarankan untuk mulai menggunakan eyeliner cair tapi yang bentuk kuasnya lebih kecil dan lebih lembut agar lebih mudah dibentuk. Dan 3. Profesional. Kalau yang sekelas ini, nggak perlu ditanyakan lagi, kata teman gue. Secara keseluruhan jelas mereka mengetahui kosmetik mulai dari bahan hingga kualitas yang terbaik. Selain itu mereka juga pandai membuat berbagai teknik make up dan berkreasi seputar make up. Simpelnya, mereka mampu membentuk model apa saja menjadi hingga menjadigood looking.

Pizza di piring gue sudah habis sementara spageti di piring sebelah belum berubah. Menyimak sambil makan memang sebuah kenikmatan yang HQQ.

Terus, kamu ada di level apa? Tanya gue.

Mmm.. medium? Jawabnya.

Setelah mendengarkan penjelasan teman gue ini, gue jadi menyimpulkan kalau sebenarnya mau pakai eyeliner pensil ataupun cair sama saja. Yang membedakan hanya teknik dan waktunya yang mungkin akan lebih lama kalau pemula menggunakan eyeliner jenis cair karena bisa memakan waktu yang lebih lama sebelum mendapatkan bentuk alis yang simetris dan jadi pergunjingan nantinya.

Lalu gue kembali bertanya, jadi kalau dari kamu pribadi enakan eyeliner pensil atau cair?
Pensil, jawabnya. Kelebihan eyeliner pensil banyak, misalnya…

1.      Jauh lebih mudah digunakan baik oleh pemula maupun yang sudah profesional.
2.      Masa pakainya lebih lama.
3.      Pengaplikasiannya lebih mudah dan lebih cepat karena tidak perlu ditunggu sampai kering seperti yang liquid.
4.      Tidak terlalu mencolok, dan jelas ini cocok buat pemula karena lebih lembut dan kesannya tajam.
5.      Harganya lebih terjangkau dibanding yang jenisnya cair.
6.      Penggunaan dengan garis bawah mata lebih mudah.

Jadi kalau menurut aku pribadi lebih baik eyeliner pensil daripada yang cair karena aku nggak suka ribet dan nggak suka menunggu lama. Tapi bagaimana pun tetap kembali ke penggunanya. Bebas, mau pilih yang cair atau pensil. Mana yang menurut mereka lebih mudah saja.

Gue manggut-manggut. Berfaedah sekali hari gue membahas make up sebagai laki-laki.
Jadi, kata teman gue, kapan mau mulai pakai eyeliner?

Gue hampir keselek minuman. SERIBU TAHUN LAGI! jawab gue setengah berteriak, lalu menyesal kenapa udah bertanya soal eyeliner.

Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.