Maaf untuk Keputusan Ini


This writing is a tribute to Pangeran Wortel.

Andai saja ada kata yang benar-benar bisa menggantikan judul kali ini, mungkin gue nggak akan menulis ratusan ribu atau bahkan jutaan kata ke depan nanti. Ini seperti mengatakan Cinta ke putri Uya Kuya; eh dia langsung noleh masa.

Butuh hening yang lama—tiga detik, butuh waktu untuk berpikir sedemikian rupa sampai akhirnya gue bener-bener bisa mulai menuliskan ini.

Sedari tiga abad yang lalu, lebih tepatnya ini sudah gue pendam sejak dua juta tahun cahaya yang lalu. Gue seperti mengalami fase di mana semua hal yang telah gue lakukan selama ini, hanya berbuah sia-sia.

Usaha yang berkepanjangan

Doa yang terus dipanjatkan

Sujud yang terus dilakukan

Wortel yang terus ditanam

Receh yang terus dikumpulkan

Dan ingus yang nggak mau berhenti keluar. Sunggu flu berat ini menyiksa gue. Tapi, ini adalah kenyataan yang harus gue fiksikan.

Entahlah, gue masih belum habis pikir mau memulai pembicaraan ini dari mana. Apakah dari Sabang, atau dari Merauke. Bukan perihal gue sedang patah hati karena urusan cinta. Maaf, urusan cinta gue sampai saat ini masih brengsek-brengsek saja.

Lalu, apa yang membuat gue begitu ragu untuk bicara?


Keyboard. Satu benda yang nggak mau gue berikan kepada kalian semua karena kalau gue beri, gue nggak bisa nulis dong! Tapi jika nggak kunjung gue ucapkan, justru gue akan menyakiti hati Naruto dan Guru Kakashi.

Gue masih butuh kalian, yang sejak awal berada di sini bersama dan membuat toko wortel ini menjadi sejauh ini. Gue butuh kalian buat membeli wortel gue biar receh gue semakin banyak dan gue bisa pamer foto tanpa caption di Twitter.

Ini sudah sejauh yang nggak pernah gue bayangkan.

Sebelum semuanya benar-benar gue katakan, mungkin hal pertama yang harus gue tulis untuk paragraf berikutnya adalah THANK YOU DAN SORRY.

Thank you dan Sorry Semua Harus Changed.


Gue sadar beberapa hari ini, mungkin entah kalian yang hanya mampir untuk iseng mengecek toko wortel ini atau yang benar-benar membeli wortel dan menambah koleksi receh gue, merasakan ada sesuatu yang nggak sama seperti dulu saat gue masih jualan wortel bersama para dinosaurus yang baik hati dan rajin makan sabun.

Bukan pangeran yang dulu. Bukan pangeran yang suka jual wortel garing seperti yang dijual Hera dan Aryo. Bukan pangeran yang ingredients wortelnya selalu jadi pelajaran bagi seluruh murid di kelas-kelas di seluruh PAUD yang ada di Merkurius. Bukan juga pangeran yang selalu membagikan kisah nyata tentang bagaimana beternak wortel yang baik dan benar agar bisa menghasilkan receh yang bisa dipamerkan di Instagram Stories. Lantas, jika kalian bertanya: apa yang terjadi dengan toko wortel ini?

Yang terjadi adalah gue akan kembali menjadi pangeran yang jual wortel kiloan di pasar. Menjadi pangeran yang benar-benar melupakan masa di mana semuanya dulu pernah dimulai.

Gue dan toko wortel ini akan tumbuh menjadi toko wortel yang paling disegani di pasaran dan gue akan mendulang receh yang tak terhitung lagi jumlahnya. Menjadi pangeran pemilik toko wortel yang selalu mengajak orang lain belajar melalui kelas #WortelBilangApasih beserta hal lain yang pernah gue bagikan di sini.

Memang, sampai paragraf ini kalian baca, pasti kalian bertanya-tanya maksud tulisan ini apa. Gue aja nggak tau ini gue lagi nulis apaan, anjir.

***

Beberapa kali gue pernah mencoba pergi untuk waktu yang lama, sekitar 3800 tahun cahaya lamanya. Jualan wortel. Tapi gue selalu berambisi untuk nggak jujur bahwa gue sedang berusaha menenangkan diri dari masalah. Layaknya toko-toko lain yang pernah gue buka beberapa waktu lalu. Toko yang mana itu, gue juga nggak tau.

Benar adanya. Semua itu hanya alibi gue untuk tetap bisa menjadi konsisten dengan apa yang pernah gue rencanakan dulu. Tapi roda nggak pernah diam. Gue akan terus berputar selama remnya masih blong dan nggak nabrak kebun wortel. Gue akan merasakan posisi paling atas dan sebaliknya. Dan gue akan memilih, wortel atau kentang? #LAH.

Untuk itu, gue pun akhirnya sadar bahwa ini memang bukan jalan gue, ini jalan milik pemerintah. Makanya gue minta maaf kepada semuanya jika toko wortel ini nggak seperti dulu lagi.

Pertama, gue mau ngucapin thank you banget buat toko wortel pertama Wortel Energy yang sudah membuat gue jadi punya banyak receh, dan segala kesombongan ini. Mungkin, tanpa toko wortel ini gue nggak akan pernah jadi pangeran yang berambisi menguasai dunia hanya dengan wortel.

Pribadi yang selalu ngasih optimisme ke gue. Selalu ngajarin bahwa ketika dalam keadaan apa pun gue harus bisa menunjukkan bahwa gue adalah pangeran wortel, bukan kentang. Sampai mereka sendiri yang selalu meminta gue untuk semangat, kini hilang dimakan waktu. Hmm, kayak member MLM.

Kedua, gue mau ngucapin thank you sebanyak-banyaknya untuk semua yang sudah pernah membeli wortel di toko gue. Tanpa itu semua, gue nggak bisa pamer penghasilan $3800 per bulan.

Sampai sekarang kalian menjadi nyaman dengan wortel yang gue jual, menjadi selalu ingin menunggu dan menghabiskan waktu kalian untuk membaca kisah hidup gue yang… ya, emang nggak penting banget. Apa sih yang penting dari seorang bloger yang kerjaannya setiap bulan itu-itu aja; ngambil receh di kantor pos lalu pamer di Twitter sambil nongkrong bareng komunitas YKCB dan berjualan wortel impor beracun dari Cina keesokan paginya. Atau ngasih job ke orang-orang yang sebenarnya bukan punya gue, tapi gue bikin seolah-olah itu adalah punya gue. Nggak akan ada yang tau, karena gue melakukan semua itu sambil berbisik-bisik. Atau, membantu bloger yang tidak tau apa-apa tentang tampilan blog, lalu diam-diam gue sisipi backlink ke blog gue agar gue bisa mendapatkan peringkat yang lebih baik dari sekadar page one, dan kembali pamer seperti biasanya. Menurut kembaran gue, Haris Firmansyah, hal yang terakhir itu nggak sopan!

Itulah kenapa gue harus sadar bahwa gue harus jadi diri gue sendiri. Supaya apa yang gue rasakan sebagai penjual wortel, bisa kalian rasakan juga sebagai pembeli.

Sekali lagi, gue minta maaf jika semua wortel yang pernah gue jual nggak ada yang beracun. Gue sendiri bingung kenapa bisa begitu.

Ketiga, sorry buat siapa pun ingin gue kembali menjual wortel seperti seharusnya dan bercerita bagaimana asyiknya menertawakan pedagang wortel lain yang dagangannya nggak laku. HAHAHA!

Mencoba memeras ide mentah menjadi sebuah cerita yang patut untuk dipertimbangkan. Menyelipkan refleks tawa yang membuat perut tergelitik. Kitik kitik kitik. Kitik kitik kitik, begitu bunyinya.

Gue nggak bisa melakukan itu lagi. Geli.

Terus, gue harus bilang wow gitu?


Mungkin. Tapi sepertinya wow adalah kata yang tidak cukup. Wow adalah ungkapan ketika seseorang melihat wortel yang sangat besar dan beracun, hingga racunnya mampu membuat perempuan klepek-klepek dan meminta nomor handphone lewat mention hingga minta di-DM.

Dulunya gue menjual wortel ini hanya melalui chat ke temen FB, sampai akhirnya wortel gue mulai dicari dan punya rating yang patut dipertimbangkan oleh beberapa orang di luar sana.
Sejujurnya yang ingin gue lakukan adalah memperbaiki kandungan dari wortel ini. Mungkin sampai kapan pun gue akan tetap melabeli diri gue dengan Wortel Personal. Namun, cerita tentang hidup gue atau bagaimana perjalanan gue hingga bisa punya wortel sebanyak ini nggak akan selalu gue bagikan seperti dulu.

Ya, alasan ini berangkat dari patah hati yang sejak dulu gue simpan rapat-rapat. Tapi, seperti kata pepatah, sepandai-pandainya wortel melompat, pasti akan jatuh juga. Ini nggak bisa dipungkiri. Menceritakan ini memang seperti membuka luka lama, tapi agar gue merasa lega maka semuanya akan gue ceritakan.

Pertama kali kenal wortel 2009. Gue jualan wortel karena saat itu pengin jadi pedagang yang wortelnya berada di antara rak sayur yang ada di toko-toko milik PT Hero Supermarket dan bisa dibeli oleh siapa pun di luar sana. Bahkan URL FB (pangeran.wortel) dan Fanpage (BukanWortelBiasa) gue patenkan dengan hal yang berkaitan dengan dunia perwortelan.
Tapi sejak gue berhasil menanam wortel dan mengirimkannya ke 3 perusahaan berbeda dengan ukuran dan kandungan yang berbeda, nggak satu pun yang diterima. Gue pun udahan urusan wortel dan sayuran lainnya sampai akhir tahun 2010.

Namun, awal tahun 2011 gue kembali dikenalkan dengan orang pertama (bukan orang Indonesia) yang sukses menjual wortel tanpa bantuan tempat seperti Giant Expres. Lalu, sejak itu gue seperti mendapatkan semangat baru. Tahun 2011 gue membuat toko wortel sendiri bernama Wortel Arya yang sekarang kalian kenal dengan Pangeran Wortel. Dulu, toko ini selama satu tahun nggak ada satu pun pembeli sampai wortel-wortel segar itu jadi busuk dan gue makan mentah sendirian. Kenapa? Karena selama satu tahun gue hanya fokus membuat ladang dan kebun wortel baru yang jauh lebih besar daripada ladang-ladang wortel gue sebelumnya.

Awal tahun 2012, gue mencoba meyakinkan diri bahwa wortel yang gue tanam pasti bisa dipanen, walaupun busuk. Tentunya saat itu gue sudah lebih banyak belajar hal baru tentang bagaimana wortel yang disukai pembeli. Gue pun kembali mengirimkan wortel itu ke PT Hero Supermarket. Tapi di akhir tahun 2012 gue masih belum juga menerima kabar baik atas wortel-wortel yang sudah gue kirimkan. Hanya saja, gue masih yakin bahwa gue bisa jadi penjual wortel yang sukses.

Gue harus bisa jadi penjual wortel sukes.


Memasuki awal tahun 2013 gue sudah nggak tau harus melakukan cara apa lagi. Ya, akhirnya gue pun ingat ternyata sudah banyak penjual wortel yang sukses menjual wortelnya dengan cara membuka toko wortel sendiri.

Gue pun mencoba melakukan hal yang sama. Membuka toko wortel sendiri dan seperti kata para penjual wortel yang sudah sukses, coba tertawakan wortel jualanmu.

Ya, bukan hanya itu. Banyak hal yang gue pelajari. Gue tetap menjadi Wortel Personal dan yakin bahwa gue tetap bisa sukses menjual wortel. Tahun 2014 wortel gue diterima di Giant Expres, anak perusahaan milik PT Hero Supermarket. Semangat gue setelah bertemu para penjual wortel yang sudah sukses, semakin membara. Gue memperbaiki 5 ladang wortel yang sempat terbengkalai. Mengirimkan satu per satu hasil ladang yang telah dipanen ke PT Hero Supermarket yang saat itu memang sedang membutuhkan jenis wortel yang sedang gue tanam. Sampai akhirnya gue mendapat satu balasan.

Semangat gue membara. Gue buka suratnya dan begitu gue baca ternyata wortel gue belum berkesempatan untuk mejeng di toko-toko milik PT Hero Supermarket (DITOLAK). Mereka meminta agar wortel gue diperbaiki dulu. Mereka suka dengan kandungannya, hanya saja ukurannya tidak sebesar wortel arab jadi mereka menolaknya. Gue pun bikin ladang baru lagi sambil belajar, bertanya ke sana-kemari sampai akhirnya satu tahun berlalu.

Wortel di ladang yang baru ini pun panen. Gue pun mengirimkan wortel gue kembali. Satu bulan berlalu gue masih sabar, dua bulan, tiga bulan, sampai dua tahun berlalu.

GUE MASIH SABAR UNTUK SEGERA MELUPAKAN SEMUANYA.


YA NGGAK USAH DI-CAPSLOCK JUGA KALIK.

Sejak saat itu, semangat berkebun gue jujur mengalami penurunan yang luar biasa. Terlihat jelas dari hasil panen gue yang dari tahun ke tahun sejak kecewa yang nggak tanggung sembuh itu.

Gue kadang menghilang dan satu minggu penuh nggak mengunjungi ladang dan kebun. Tapi gue tetap nyoba untuk kembali dan mengumpulkan wortel-wortel yang masih tersisa. Berusaha menanam apa yang gue nggak suka. Berusaha menjualnya padahal aslinya nggak ada yang beli. Berusaha membanting harga hingga terjadi diskon besar-besaran, meskipun kenyataannya gue benci itu.

Sampailah gue di awal tahun 2016, tahun di mana gue mengalami banyak sekali kegagalan yang pernah gue ceritakan di toko-toko tetangga.

Ya, mungkin untuk ukuran masalah, semua orang punya masalah. Tapi mungkin belum seberat yang gue alami. Meskipun begitu, masih ada masalah di luar sana dari masalah yang gue alami. (Ini gimana sih, sumpah bacanya pengin marah!)

Sejak saat itu gue seperti terus berkaca dengan masa lalu gue. Gue seperti terus mengingat-ingat wortel jenis apa saja yang pernah gue jual. Mengingat kembali, tertawa dengan apa yang gue lakukan dulu. Hingga kemarin gue dipertemukan satu penjual yang sudah menjual begitu banyak wortel, tapi pada akhirnya beliau merasakan hal yang sama.

“Ini bukan jalan gue.”

Gue masih percaya, semua orang bisa jualan wortel. Tapi, mungkin ini bukan jalan seorang Hera Aryo. Selama ini gue sebenarnya bukan berada di jalan yang seharusnya, tapi gue berjalan di jalan yang gue paksakan.

Gue sadar selama ini wortel yang dijual di blog ini adalah hasil dari sebuah pemaksaan. Dan gue sekarang, mulai sampai ke titik itu: DASAR.

Ya, mungkin bagi mereka yang dulunya sudah bisa jualan wortel di PT Hero Supermarket sekarang bisa bilang bahwa, “Gue jualan wortel ada yang beli syukur, nggak ada yang selow”. Wolow…

Hem… burger.

Untuk itulah, gue minta maaf jika toko wortel ini nggak bisa seperti dulu. Gue akan tetap jualan wortel. Entah sampai kapan, biarlah hanya gue dan Tuhan yang tau. Yang jelas, maaf banget jika label Wortel Personal dalam diri gue nggak bisa gue tampilkan seperti dulu. Tapi tetep, gue sesekali akan bercerita tentang apa aja yang udah gue lewati. Tapi mungkin itu hanya sekali dalam satu dasawarsa biar kesannya ada yang nungguin. BODO AMAT!

Atau, satu kali satu abad. Gue juga nggak tau. Yang jelas, setelah toko baru ini buka, gue akan menjual apa yang benar-benar gue bisa jual. BODO AMAT!

Gue nggak mau memaksakan untuk menjual sayuran yang nggak mau dibeli orang lagi. Gue capek sembunyi selama bertahun-tahun.

Ya, entah apa yang akan terjadi nanti. Mungkin bisa aja gue di-blacklist sama PT Hero Supermarket atas keputusasaan gue. Tapi seperti apa pun konsekuensinya akan gue terima. Gue sudah siap atas semua itu. Termasuk dijadikan bercandaan.

***

Ya, mungkin itulah yang sahabat wortel harus tau tentang akan jualan apa gue ke depannya. Mungkin di paragraf terakhir ini ada yang merasa gue begini, begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali. Atau mungkin kalian merasa usaha gue belum seberapa. Hem… burger. Ini hanya sekilas cerita. Andai bisa gue ceritakan semuanya, mungkin kalimat “belum seberapa” gak akan pernah muncul di benak kalian.  Gue minta sorry. Sorry banget. Jujur, semua yang gue lakukan ini adalah demi kedaulatan bangsa Klingon dan negara Yorktown.

Gue berharap semuanya bisa mengerti. Sampai saat ini, yang akan tetap gue jual di toko baru ini adalah Tips Wortel, Wortel Bilang Wortel, Tutorial Wortel, dan mungkin akan ada jenis sayuran baru atau sayuran lama yang sudah membusuk yang akan tetap gue pajang sebagai penglaris.


Hanya saja untuk Wortel Bangsat, mungkin gue tetep akan menjual jenis wortel ini. Tapi entah kapan gue akan mulai lagi. Semoga semuanya bisa mengerti. Seperti biasa, thank you sudah membaca. Pengeran Wortel pamit, see you!

Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.