Bukan Review: TwentyFour 7

Rumah Sejuta Martabak Special Region of Yogyakarta, Indonesia
Kalau kalian lagi jalan-jalan di Jogja dan nyari kafe buat sekadar nongkrong atau untuk bertemu klien, gue akan merekomendasikan kafe di daerah Seturan, terutama di sepanjang Jalan Selokan Mataram. Di sana banyak sekali kafe berjejeran, mulai dari kafe sederhana dengan menu utama kopi dan fasilitas wi-fi gratis, sampai kafe besar yang menyediakan space buat yang pengin buka kafe lagi, semuanya ada.

Gue sempat kebingungan ketika nyari kafe buat ngerjain deadline lomba beberapa waktu lalu. Di sepanjang mata memandang memang banyak sekali kafe. Kiri ketemu kafe, kanan ketemu kafe, nyebrang ketemu kafe, nggak nyebrang ketemu mantan ketemu kafe juga.

Setelah muter-muter tujuh puluh dua kali, gue akhirnya menjatuhkan pilihan ke TwentyFour 7 karena di antara sekian banyak kafe di Jalan Selokan Mataram sepanjang gue jalan, kafe itulah yang terlihat paling mencolok.

Ketika gue masuk, di lantai satu sudah cukup ramai tapi di lantai atas gue lihat sekilas masih kosong. Sebagai orang yang suka menyendiri di tengah keramaian, gue pun langsung naik ke lantai dua setelah ngambil buku menu di samping kasir.

Pandangan pertama setelah beberapa detik di dalam kafe ini, gue ngerasa TwentyFour 7 ini memang dirancang untuk berbagai kalangan. Mulai dari cewek-cowok yang suka foto-foto dengan latar belakang unique, mahasiswa-mahasiswa kere yang senang mencari hiburan seperti live music atau stand up comedy, dan untuk yang pengin ketemu klien atau sekadar menyendiri di tengah banyaknya pasangan yang sedang berpacaran dan tidak peduli pada jomlo-jomlo yang hidupnya hampir mengenaskan.

Oh iya, kursi-kursi di lantai dua terbuat dari drum bekas. Saran gue kalau mau meeting sama klien, pesan kursi di lantai dua aja, biar kalau klien banyak mintanya (tapi budeget-nya pas-pasan) bisa langsung digebukin.

Makanan

Makanan yang bisa dipesan di TwentyFour 7 mirip-mirip dengan yang ada di burjo atau warteg, sih. Dari nasi telor, nasi goreng, nasi ayam, magelangan, sampai nasi aja. Tapi ada juga jenis makanan yang nggak ada di warteg seperti kentang goreng keju, kentang goreng cokelat, dan roti bakar cokelat keju.

Karena waktu ke sana gue belum sarapan, gue pun memesan nasi goreng sosis dan minta kerupuknya dibanyakin. Kalau minta nasinya yang dibanyakin takutnya nanti bayarnya dobel.

Nasi goreng sosis - TwentyFour 7

Minuman

Minuman di TwentyFour 7 lumayan besar gelasnya, jadi bisa jadi alasan buat duduk lebih lama. Hahaha.

Minuman yang paling banyak dipesan selain air mineral, kata masnya, ada tiga jenis: susu cokelat (ada panas sama dingin), milkshake, dan cola.

Cola. Kalo pake K jadi Colak.

Sebagai permulaan gue memesan cola.

Lalu sehabis makan gue memesan kentang goreng keju sebagai penutup. Sebenernya salah banget sih, tapi biar mulut ngunyah terus aja jadi gue pesen.

French Fries with Cheese

Bicara soal kafe, kebanyakan orang kekinian datang ke kafe buat nongkrong. Dan bicara soal nongkrong, apalagi nongkrong sendirian kayak gue, tentu saja gue nyari wi-fi.

Nah, TwentyFour 7 agak beda dari kafe-kafe lain yang sudah gue cobain di Jogja dalam hal penyediaan wi-fi. Jadi, untuk satu jam pertama pengunjung akan dikasih satu username + password secara cuma-cuma, setelah itu akan dikenakan tarif tiga ribu rupiah per satu username baru yang berlaku selama dua jam. Mungkin maksudnya biar pada tau diri kali ya; pesen kopi secangkir, nongkrongnya tiga puluh dua hari.

But… Buat kalian yang nyari kafe rasa kelas menengah dengan harga pelajar, TwentyFour 7 adalah salah satu pilihan yang tepat. Selain itu, di waktu tertentu ada live music atau stand up comedy yang bisa menemani kalian tertawa kalau ke sana saat lagi patah hati.


Rasa: 7.5/10
Tempat: 8.1/10
Harga: Terjangkau lah pokoknya

Lokasi:

Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.