Hujan, Freelancer, dan Switch Alpha 12

Rumah Sejuta Martabak Yogyakarta City, Indonesia


Desember dan hujan adalah dua hal yang tidak akan pernah mati, bahkan setelah kita mati. Aku ingat Desember yang sama setahun lalu, aku sedang semangat-semangatnya berjuang menyelesaikan tugas akhir kuliah. Hujan tidak berhenti dari pagi sampai pagi lagi tapi itu bukan penghalang. Aku tetap mengantarkan undangan ujian tugas akhir dan memastikan segala hal selesai tepat waktu. Hujan atau terik, bagiku sama saja.

Di tengah kesibukan yang super itu, aku juga masih harus menyelesaikan berbagai jenis tulisan dari klien. Aku tidak punya waktu untuk istirahat, dan hujan belum menunjukkan tanda akan berhenti. Tetapi semakin deras hujan, semakin besar pula tekadku untuk menyelesaikan semuanya segera.

Ya, aku bekerja paruh waktu sebagai penulis konten dan kadang menerima job review sebagai bloger untuk menambah uang jajan dan untuk biaya ujian akhirku. Jika aku tidak bekerja seperti itu, mungkin hari ini aku masih berstatus mahasiswa.

Beberapa hari berlalu, hujan masih turun meski tidak sederas kemarin. Ujian akhirku berakhir dengan sukses dan IPK-ku bisa dibilang tinggi meskipun belum mencapai kata memuaskan atau cum-laude. Tapi itu sudah cukup untuk bisa digunakan melamar ke perusahaan milik pemerintah. Kini aku tinggal menunggu jadwal wisuda sambil mengerjakan tulisan yang masih tersisa untuk klienku.

Dan, satu hal yang kalian harus tahu adalah siapa di balik sukses dan lancarnya sidang akhirku dan juga masih berjalannya kerja samaku dengan para klienku dalam menulis konten.

Acer Aspire 4739 yang dibelikan ayahku empat tahun silam sebelum beliau pergi.

Lebih setia dari pacar yang sudah jadi mantan...

Kalau dilihat sekarang, laptop ini memang sudah ketinggalan zaman dan tidak punya kelebihan apa-apa, tapi empat tahun silam, laptop ini adalah salah satu yang terbaik di kelas. Teman-teman kelasku sering menyimpan dokumen-dokumen mereka di dalam perangkat bertenaga Intel Core i3 ini dan hampir selalu jadi andalan saat presentasi.


Kalian mungkin tidak akan percaya jika aku bilang laptop ini pernah jadi rebutan hampir setengah teman-teman di kelas, tapi itulah kenyataannya. Sudah kubilang, di zamannya laptop ini adalah salah satu primadona.

Bulan-bulan kemudian berlalu, hobiku bertambah, dan kerjaan dari paruh waktu ke paruh waktu sekarang bertambah dan akhirnya menjadi penuh waktu.

Aku senang berbagi banyak hal di blog pribadiku sebagai seorang bloger, masih aktif menulis konten sebagai freelancer, dan baru saja ditawari kerjaan baru sebagai Account Manager juga sebagai freelancer. Itu berarti, kesibukanku bertambah dua kali terutama saat di awal-awal aku memulai pekerjaan baruku.
 
Di sela-sela pekerjaanku, aku menghabiskan waktu menggeluti hobiku yang lainnya. Aku suka fotografi, dan videografi. Bukan seorang ahli, hanya sekadar suka. Aku hanya memotret hal-hal yang aku sukai dan kadang-kadang mengabadikan momen dalam bentuk video untuk koleksi pribadi, atau untuk pendukung tulisan di blog pribadiku ini.

Content Writer, Account Manager, Amateur Photographer, Amateur Videographer, dan Blogger. Itulah pekerjaan dan hobiku selain makan dan… tidur yang, kuberitahu, jarang.

Sebagai freelancer, kadang di akhir pekan aku harus rela “switch” pekerjaanku dari bloger jadi content writer, atau dari bloger jadi account manager jika dibutuhkan.

Bahkan tidak jarang, jika deadline pekerjaanku sudah di depan mata aku harus mengerjakan lima profesiku itu sekaligus dengan hanya mengandalkan laptop Acer Aspire 4739 yang sudah berumur. Jika kalian punya profesi yang sama denganku, pasti tahu hal yang paling sering terjadi di tengah ketekunanku mengejar deadline. Kalau tidak overheat, ya tiba-tiba mati.

“Nggak niat buat ganti laptop baru aja?” tanya seorang teman.

“Niat sih, udah ada. Tapi rasanya belum mau berpisah karena ini laptop kesayangan,” jawabku. “Dari awal masuk kuliah sampai jadi sarjana dan kerja sebagai freelancer, dia yang paling mengerti dan setia. Lebih setia dari pacar-pacarku yang sekarang sudah jadi mantan.”

Ya, mau tidak mau memang aku harus mengganti perangkat laptopku untuk melanjutkan perjuangan sebagai seorang freelancer. Dan kalaupun akhirnya harus ganti, aku ingin tetap menggunakan produk Acer sebagai bentuk penghargaan dan kesetiaan pada perangkat yang sudah menemaniku berjuang.

Kebetulan juga, baru-baru ini, atau tepatnya bulan Agustus lalu Acer secara resmi meluncurkan notebook hybrid mereka ke pasar Indonesia. Produk tersebut adalah Acer Switch Alpha 12, sebuah notebook berprosesor Intel-Core pertama di dunia yang tidak menggunakan kipas.

Aku tidak kaget ketika pertama kali mengetahui bahwa Acer meluncurkan produk notebook hybrid. Karena, FYI, sebelumnya setahuku Acer sudah pernah  merilis notebook hybrid dan menjualnya ke publik. Setidaknya ada Acer Aspire P3 dan Acer Switch 10 E di kategori notebook hybrid. Yang membuatku kaget adalah, bagaimana mungkin sebuah notebook bisa bekerja dengan baik tanpa kipas pendingin di dalamnya? Laptopku yang menggunakan kipas pendingin saja masih sering overheat.

Ternyata, Acer Switch Alpha 12 menggunakan teknologi LiquidLoop yang membuatnya lebih ringan, tidak overheat, dan tentu saja tidak berisik seperti yang terjadi pada perangkat berkipas pendingin saat mengalami overheating.

Setidaknya ada empat keunggulan utama yang membuat Acer Switch Alpha 12 jadi spesial dan berbeda dari yang lain.


Tanpa Kipas Pendingin
Seperti yang sebelumnya aku bilang, Acer Switch Alpha 12 adalah notebook berprosesor Intel-Core pertama di dunia yang tidak menggunakan kipas untuk pendingin. Sebagai gantinya, ia menggunakan teknologi LiquidLoop, sebuah sistem pendingin yang mampu menstabilkan suhu notebook tanpa kipas.
Bobotnya lebih ringan
Karena kipas pendinginnya sudah tidak ada, bobot Swith Alpha 12 jadi lebih enteng dan nyaman dibawa ke mana-mana. Untuk kenyamanan lebih, Switch Alpha 12 juga dilengkapi dengan kickstand (yang bisa menyala) yang bisa dimiringkan hingga 165 derajat. Sangat cocok untuk bekerja sekaligus bersantai agar tidak stres gara-gara deadline.



USB 3.1 Type C untuk Transfer Data
Dengan USB 3.1 Type C, tidak perlu ribet untuk mencolok kabel ke port USB Switch Alpha 12 karena bisa dibolak-balik. Selain itu, dengan USB 3.1 Type C ini kecepatan transfer data bisa mencapai 5 GBps. Lebih cepat daripada perasaan yang tadinya benci jadi cinta. #EH
Display Resolusi Tinggi Anti Radiasi
Switch Alpha 12 memiliki layar 12 inci dengan resolusi QHD (2140 x 1440) yang dilengkapi dengan fitur BlueLight Shield, sebuah tekonologi yang dapat melindungi mata dari kelelahan dan kering. Sangat cocok untuk aku yang bersahabat dengan deadline dan kadang bisa sampai 24 jam di depan layar.




Jadi, meskipun fanless, Switch Alpha 12 sebagai notebook 2-in-1 tetap powerfull. Oh, aku hampir lupa. Selain empat keunggulan di atas, Acer Switch Alpha 12 juga sudah dilengkapi dengan sebuah stylus-pen yang dapat digunakan saat notebook dalam mode laptop ataupun tablet, dan backlight keyboard yang sangat membantu saat kondisi gelap. 


Acer Stylus-Pen
Backlight Keyboard


Baru melihat empat keunggulan itu saja, aku sudah cinta pada Acer Switch Alpha 12 ini, apalagi setelah melihat spesifikasi lengkapnya…


Melihat spesifikasi lengkap dan fitur unggulannya, aku langsung membayangkan betapa terbantunya pekerjaan dan hobiku jika menggunakan Acer Switch Alpha 12 ini.

Sebagai Blogger dan Content Writer


Saat mendapatkan tugas untuk menulis tentang sesuatu yang tidak begitu aku kuasai, aku tentu saja mencari referensi sebanyak mungkin di internet agar tulisanku tidak terkesan asal-asalan. Dalam sekali browsing, aku bisa membuka tujuh hingga sepuluh bahkan lima belas tab di browser sekaligus. Seringkali hal itu mengakibatkan perangkat mengalami overheating. Tapi dengan prosesor Intel Core i5 dan i7 yang ada dalam Switch Alpha 12, aku yakin hal itu tidak akan pernah terjadi lagi. Aku bisa membuka tab di browser sebanyak-banyaknya tanpa perlu mencemaskan soal overheat.

Sebagai Account Manager


Tidak hanya harus menelepon customer, menanggapi keluhan mereka lewat email, atau mengarahkan mereka lewat video live streaming, kadang aku juga harus menyiapkan materi presentasi dalam waktu hampir bersamaan dan harus membuka berbagai aplikasi sekaligus.

Mulai dari aplikasi pembuat materi presentasi yang ringan, sampai aplikasi pemutar dan pengedit video yang berat dan memakan banyak RAM. 

Dengan memori 4GB DDR 3 dan 8GB DDR4 di dalam tubuh si Silver Switch Alpha 12 aku tidak perlu lagi bekerja sambil menguji kesabaran karena perangkat tidak akan mengalami lag yang berarti.

Sebagai Amateur Photographer dan Amateur Videographer


Untuk hobiku sebagai fotografer dan videographer amatir, sebenarnya aku punya kamera sendiri untuk mengabadikan momen dan objek-objek yang menarik perhatianku. Aku hanya menggunakan perangkat komputer atau laptop untuk mengedit hasil jepretan dan rekamanku dan itu tidak terlalu jadi masalah.

Bagian ini sepertinya tidak akan jadi masalah untuk Acer Switch Alpha 12.

Kini sudah Desember lagi. Dan seperti Desember yang sudah-sudah, hujan pun turun nyaris tanpa jeda. Sampai sekarang aku masih berkutat dengan pekerjaanku sebagai blogger dan freelancer. Satu hobiku yang hilang hanyalah menjadi tukang potret amatir saat akhir pekan. Hal itu dikarenakan aku terpaksa menjual kamera kesayanganku untuk mengganjal perut saat hasil dari pekerjaanku sedang tidak bagus. Kalian tahu sendirilah suka-duka menjadi freelancer.

Tapi tidak masalah. Aku ingat Raditya Dika pernah bilang dalam bukunya, Manusia Setengah Salmon:

“You can’t always get what you want. But, if you try, sometimes you just might find you get what you need.”


Di tengah hujan di awal Desember ini, aku hanya harus percaya bahwa aku kehilangan sesuatu bisa jadi karena aku belum benar-benar membutuhkannya.

Sumber foto:
- Koleksi pribadi
- Pixabay
- Mrperspective
- Acerid 
 
Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.