FKY, Isi Dompet, dan Hal Absurd Lainnya

Rumah Sejuta Martabak Yogyakarta, Indonesia

Festival Kesenian Yogyakarta sudah yang keduapuluhdelapan dan gue baru tau kalau ada kegiatan semacam ini. Sungguh manusia yang nggak pantas disebut kekinian, Tjuk. Sebagai acara tahunan yang bertaraf nasional, gue pengen bilang kalau FKY ini benar-benar ramai untuk ukuran acara yang digelar di beberapa spot dan dilangsungkan dalam waktu lebih dari dua minggu.

Salah satu lokasi acara yang paling sering gue datangi adalah yang berada di Taman Kuliner, Condongcatur, Depok, Sleman. Kenapa? Karena deket dari tempat tinggal gue, cuma butuh jalan kaki 10 menit, nyebrang sungai, lewatin jembatan, nyebrang jalan, nyebrang lagi, nyebrang lagi ah biar dramatis, set, set, nyebrang, sampai deh. Ternyata 11 menit.

Meskipun namanya Festival Kesenian, tapi gue ngeliat kuliner lebih dilirik daripada karya seni itu sendiri. Singkatnya gini: orang-orang datang ke FKY, jalan, jalan, ngeliat jadwal, keliling-keliling, ketemu spot yang bagus buat foto dan dipamerin ke Instagram, jalan lagi, foto lagi. Capek, beli makanan. Habis makan jalan lagi, ketemu spot yang potret-able, jepret, pulang.

Kebanyakan hanya numpang foto di depan atau di dalam store yang dekorasinya unik.
Kayak gini...

Kebanyakan hanya memanfaatkannya buat jadi latar foto OOTD di media sosial.

Kebanyakan hanya… kebanyakan.

Isi Dompet.

Terutama buat kamu yang mengaku mencintai seni dan berjenis kelamin perempuan, gue nggak akan percaya kalau niat ke FKY hanya sekadar jalan-jalan. Apalagi kamu yang mencintai seni plus kuliner, gue akan menganggap semuanya omong kosong.

Gue pengen berterima kasih sebelumnya kepada mesin ATM di minimarket dekat lokasi acara FKY Tamkul karena gara-gara isinya tinggal dikit gue nggak jadi ngambil duit banyak-banyak (Isi mesin ATM-nya loh, bukan saldo ATM gue). Jadi gue cuma khilaf tingkat rendah dan cuma cukup buat ngantongin benda-benda ini…

Dalam satu malam...
Gue juga punya tips buat kamu yang nggak pengen isi dompetnya terkuras habis ketika jalan-jalan ke FKY: kelilingin dulu semuanya baru belanja, jangan belanja-keliling-liat yang bagus lagi-belanja-lanjut keliling. Karena pengalaman gue kemarin, gue belanja duluan dan setelah belanja baru gue liat koleksi-koleksi yang lebih bagus dan lebih murah dari yang gue temukan dan udah beli sebelumnya.

Nggak beli kepikiran, beli isi dompet melayang deh jadinya. Jadi saran gue lebih baik keliling-keliling dulu aja, belanjanya belakangan kalo udah puas liat-liat dan udah puas jajan.

Seperti culinary night.

Di malam hari, FKY akan lebih terlihat seperti festival kuliner daripada festival kesenian. Orang-orang lebih banyak terlihat di stan jajanan daripada di stan kesenian itu sendiri. Orang-orang akan mengantre panjang demi sebuah makanan daripada sebuah karya seni, orang-orang lebih banyak “hanya melihat” karya-karya seni itu daripada menikmati lalu membelinya.
Jajanan tempoe doloe...

Mungkin mereka tidak tau cara menikmati sebuah karya seni.

Hal-hal yang bisa dinikmati.

Sebagai pribadi yang introvert, ada banyak hal yang bisa gue nikmati dari pagelaran FKY yang kali ini bertema “Masa depan, sekarang hari ini dulu” ini. Agar feelnya lebih dapat, mari sejenak bayangin kalau kalian jadi gue.

Gue duduk mematung, menyaksikan orang-orang lalu-lalang.

Di tempat gue duduk ada sebuah pohon, di bawah pohon yang disorot lampu itu ada sesosok tubuh berwarna kuning mulai dari topi, rambut, baju, celana, hingga sepatu. Eh iya, mukanya juga. Yass, pantomim tanpa musik beserta kardus berisi receh dan uang selembaran berbagai nominal. Kebanyakan orang nggak sadar, beberapa sadar tapi nggak peduli dan sisanya melempar receh ke dalam kardus sambil berlalu.

Di seberang sana, penjaga toko lagi pusing. Jualan di tokonya nggak laku-laku padahal toko di sebelahnya rame kayak acara kawinan mantan. Ada buibu yang lagi ngomelin anaknya yang nggak mau berenti jajan, dan bapak-bapak yang menutup muka pake jari ngeliat istrinya ngomelin anaknya di tengah keramaian tapi ngomongnya kayak lagi LDR. Oh iya, ada juga pasangan muda yang duduk berduaan di dekat pohon tempat si manusia kuning beratraksi. Gue rasa mereka baru jadian, karena gue liat cowoknya punya tahi lalat di pipi kiri. Nggak ada hubungannya sih tapi… ya emang nggak ada hubungannya!

Masih banyak banget sih yang bisa dinikmati, terutama karya-karya seni mulai dari pintu masuk hingga lorong-lorong yang didesain para panitian dan volunteers. Di panggung utama ada acara musik, drama, dan aksi panggung lainnya yang selalu ditutup dengan penampilan artis lokal dan nasional. Di sisi belakang ada bioskop FKY yang setia setiap malam memutarkan film-film pendek karya anak bangsa, kecuali saat hujan soalnya nggak ada yang mau nonton sambil basah-basahan.
Black and white biar lebih dapet feel-nya...

Gue rasa, semua yang kamu cari ada di FKY. Mulai dari oleh-oleh berbau etnik, barang pecah-belah, baju, sepatu, aneka makanan, dan kalau beruntung bisa ketemu mantan juga. Melihat banyaknya cewek-cewek bening rame-rame, nggak akan menutup kemungkinan ada yang akan ketemu jodohnya di FKY. Syaratnya cuma: berani ngajak kenalan, dan minta password Twitter. Kalau yang kedua bisa didapat dengan mudah, maka 98,29% hatinya pun.

Sebelum pulang, gue menyempatkan diri buat keliling sekali lagi.
Lalu jajan lagi...

Dan ketemu dua hal absurd yang sempat gue abadikan….

 
Ini pasti dari hati banget nulisnya...
Paling absurd; habis pacaran sampahnya dibiarin gitu aja...


Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.