Tentang Rokok dan... Gitu Deh



FOTO VIA WORDPRESS: KAKDONY


Beberapa waktu lalu di Twitter, gue pernah ngetwit seperti ini:

Selama event besar masih disponsori perusahaan rokok, negara masih jauh dari kata maju.

Selang beberapa menit setelahnya, ada akun bernama @arie28_ (Fullname: Mantannya Raisa) yang nge-RT dan meminta penjelasan. Akhirnya gue mention dengan bilang: Mau alasan? Ajakin ketemuan, ngopi, kita bahas sama-sama.

Nggak butuh waktu lama, kami bertukar nomor ponsel lewat direct messages karena kalo lewat mention terlalu gimana-gitu. Akhirnya kita pun ketemuan. Kita ketemuan di kosannya si pria berkumis tebal dengan nama lengkap Muhammad Ari Putra ini. Kebetulan kita udah saling kenal sejak lama, gue juga udah sering banget main ke kosannya. Tapi kita nggak pacaran, kok. Gue normal. Nggak tau dianya. Kenapa? Ada masalah?

Oke, mari kita lanjut membahas soal twit gue.

Jadi karena Ari tetap ngotot pengin tau alasan gue ngetwit seperti itu, gue jelaskanlah dengan pengetahuan dangkal mirip Patrick the Star yang gue punya.
Pertama, hampir seluruh event besar, misalnya konser-konser yang selalu ramai dihadiri dan dibanjiri oleh kaum muda, sponsor utamanya dari perusahaan rokok. Yang paling sering gue liat sih, Qurban Mild. Tentu saja karena memang dana yang dibutuhkan untuk menggelar sebuah konser band terkenal—misalnya Kangen Band—itu nggak sedikit. Dan yang punya potensi besar untuk mewujudkannya ya, cuma perusahaan rokok itu, sebagai perusahaan dengan penghasilan terbesar di negara ini.

Nah, kalo udah disponsori sama brand rokok begini, otomatis spanduk-spanduk dan bendera-bendera di sekitaran area event tersebut bakal rame dengan gambar-gambar, slogan-slogan rokok. Nggak masalah, sih. Yang jadi masalah adalah, stan-stan yang menjual rokok dengan harga yang lebih murah daripada di mini market atau warung-warung di mana rokok bisa dengan mudah didapatkan oleh orang-orang berbagai usia. Dari kakek-kakek yang udah bau tanah sampe balita yang belum tau baca-tulis.
Pengalaman gue sih, si MC pasti bakal bilang pas acara mau mulai, “Yang masih di bawah 18 tahun dilarang memasuki area” tapi pada kenyataannya, pas acara mulai, eh, anak-anak di bawah 12 tahun malah yang berdiri paling depan, Jon.

Terus?
 
FOTO: KASKUS
Ya, gitu. Sponsor ini tentu saja meluruskan jalannya event, ada tujuannya. Yaitu mempromosikan rokok mereka dengan harga promosi ditambah hadiah-hadiah menarik seperti kaos bergambar Julia Setres, korek bergambar Nikita Mirjani lagi pake handuk, atau puntung rokok yang bisa diisi ulang dan diisap kapan saja. Karena kebanyakan penikmat konser adalah kaum muda yang kebanyakan masih berstatus pelajar dan mahasiswa, mau nggak mau mbak-mbak SPG-nya menawarkan rokok-rokok itu ke mereka-mereka yang notabene belum cocok untuk menikmati. Karena nggak mau rugi, kan. Daripada mbak-mbak SPG-nya cantik-cantik nggak digaji, tawarin aja. Bodo amat anak kecil, bodo amat masih sekolah. Yang penting gue cantik, gitu kata mbak-mbaknya masa.

Dan sementara di negara maju, rokok sudah nggak bisa dijual bebas, di negara kita masih mempromosikannya dengan cara seperti badut yang bagi-bagi permen ke anak-anak yang lagi ikut acara ulang tahun temannya. Harusnya kita berkaca pada mereka-mereka yang sudah menyetop peredaran rokok secara luas. Sayangnya, orang-orang kita masih banyak yang belum sadar. Mungkin faktornya karena perusahaan rokok masih jadi “raja” di negara kita.


Setelah gue ngabisin teh satu gelas karena kopi nggak ada, gue akhirnya ketiduran di kosan Ari. Dan gue bolos kuliah lagi. Hidup anak kos, hidup Kangen band, hidup mbak-mbak SPG rokok. Hidup!



Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.