Delayed Sleep Phase Disorder


Minjem di Google
“Sial! Pasti terlambat lagi. Huh!”

Dengan segera Didit bangkit dari kubur kasur empuknya setelah menengok jam di layar iPhone miliknya yang sudah menunjukkan pukul delapan  lewat 15 menit. Ia segera menuju liang lahat kamar mandi tanpa membereskan tempat tidurnya dulu, seperti biasa.

Entah kenapa, ia jarang begadang, bahkan nyaris tak pernah. Kecapekan juga serasa jarang, ia malas beraktifitas yang berat-berat, tetapi ia masih saja susah untuk sekedar bangun pagi dan tidak terlambat mengikuti kuliah pagi. Bangun pagi baginya sudah sama seperti menghayalkan Bidadari jatuh dari surga dihadapanku eaaaa Blackberry Messenger hadir di ponsel berbasis Symbian, tidak mungkin!


***

“Bro, pasti habis begadang lagi ya semalaman? Terlambat melulu kalau kuliah pagi?”

Sindiran yang sama selalu saja muncul dari mulut iseng teman-teman kelas Didit yang tahu persis status jomblonya kebiasaan buruknya.

Jawaban yang sama pula yang selalu ia ucapkan, meski sebenarnya bukan itu alasan sebenarnya, “santai, Bro. tahun depan juga ‘kan masih ada,” jawabnya selalu (sok) kalem, humoris.

Entah beruntung atau apa, ya memang beruntung kali ya. Selama empat semester ini, Didit hanya punya jadwal pagi satu kali setiap minggunya di setiap semesternya. Jadi, ia termasuk manusia pemakan bangkai yang beruntung.

Once upon a time *ini harusnya kalimat di awal nih. Ah, bodo amat! Amat aja juara kelas* Eki, teman yang cukup dekat dengan Didit coba-coba bertanya kenapa sih, dia suka banget godain anaknya pak RT terlambat kalau kuliah pagi.

Nah! Ternyata, Si Didit ini punya istri simpanan penyakit yang mungkin hanya beberapa orang yang mengalami hal yang sama. Namanya juga membingungkan. Ciri-cirinya keren sih tapi.

Satu, jam tidurnya cepat. Kalau malam paling tahan melek ya cuma sampai jam 10 malam. Kemungkinan besar harga kopi mahal.

Dua, setelah pukul dua pagi, dibangunkan atau tidak, ia pasti terbangun. Mungkin habis mimpi dicium Cinderella.

Tiga, kalo udah bangun gitu ya susah buat lupain kamu yang :( sleep again. Alhasil, Ia nongkrong di Timeline Twitter sampai menjelang subuh.

Empat, sebelum subuh ia pasti molor.

Lima, yang keempat itu pasti sengaja, biar punya alasan kalo disuruh shalat sama emaknya.
Kesimpulannya, kebiasaan buruk Didit ini berlangsung setiap malam dalam hidupnya semenjak Ia menginjak rumput tetangga usia 17 tahun.

Pasti bingung ‘kan, Si Eki ini tempenya tahunya dari mana Didit punya kebiasaan keren buruk seperti ini?

Jadi, karena penasaran, Eki sempat pura-pura nebeng nginap di kost-annya Didit untuk kerja tugas. Ceritanya Didit lumayan pintar soal gombal cewek mata kuliah walaupun punya penyakit demikian.

Nah. Dari sana Eki akhirnya jadi mengerti kenapa Didit suka terlambat kuliah pagi. “Bangunnya saja lama, gimana jodohnya,” gumam penulis.

Oh, iya! Sebelum lanjut, perlu ditekan-tekan ditekankan, Eki itu cowok, tapi bukan maho, ingat! Namanya saja yang mirip nama cewek tapi orangnya mirip Lee Min Cee, duplikatnya Lee Min Hoo.

Konfliknya belum kelihatan ya? Oke deh, kita bikin.

Suatu senja, Didit sedang asyik refresh-refresh timeline Twitter-nya di bawah pohon belakang rumahnya. Sekedar info aja, Didit udah jomblo sejak jaman penjajahan *gila, tua amat yak tokohnya*. Tiba-tiba ada SMS masuk yang nyaring bunyinya mengagetkannya.

“Maaf mengganggu kanda, besok jam 7 pagi kita final test dadakan. Pak Akyas selaku dosen bersangkutan agak sibuk jadi final dipercepat, sekian.”

#Jleb! Didit terdiam sejenak, lalu berteriak dalam hati, “Maaakk, ampuni dosa anakmu.” Udah, gitu aja.

***

“Oke, waktu kalian tersisa 15 menit. Setelah itu, selesai tidak selesai, tinggalkan ruangan.”

Suara lantang Pak Akyas bikin gemetar lutut Ahmad Fatonah seisi ruangan. Rupanya final test sudah berlangsung sejak dua hari sejam yang lalu. Lalu, ke mana Didit? Tentu saja, masih meluk guling, maklum jomblo.

15 menit kemudian…

Waktumu telah habis. DEMI TU…HAAAANN!!!” kata penulis. Kalau kata Pak Akyas, “waktu habis. Silahkan tinggalkan ruangan.”

Seketika, ruangan kosong. Eh, gak kosong sih, masih ada Pak Akyas yang sedang merapikan lembaran jawaban para Ksatria berkuda mahasiswa. Lalu, muncul lagi pertanyaan, ke mana Didit? Tenang saja, ia sudah di gerbang kampus. Jarak dari gerbang kampus ke ruangan tempat final test berlangsung sekitar 700 juta tahun cahaya 5 menit jalan kaki. Kampusnya lumayan luas.

Oh, iya. Didit ini pakai kacamata, ia rabun, susah membedakan mana Lee Min Cee dan mana Lee Min Hoo. Tapi face sama body-nya keren kok, mirip-mirip Raditya Dika, suer kesamber Agnes deh kalo jujur! (sori, lupa kenalin di awal cerita). Boleh digampar kok, pake bibir.

Back to story…

Pak Akyas sudah berjalan ke luar ruangan, beliau akan langsung menuju bandara diantar oleh taksi langganannya yang sudah dipesan sebelumnya. Sementara, Didit dengan tergesa-gesa, kacamatanya hampir jatuh, maklum pesek juga, berusaha menikam menjangkau Pak Akyas yang orangnya cuek-cuek butuh.

“Pak, Pak, tunggu, Pak!” Didit berteriak dengan segala kemampuan yang ada *itu lirik lagu Original Soundtracknya Dragon Ball, jangan heran*

Pak Akyas berhenti lalu menoleh, mencari suara yang memanggil namanya.

“Pak, maaf saya terlambat, Pak. Saya telat bangun. Bisa tolong nasi gorengnya dua, satu dibungkus, satu makan sini kebijakannya, Pak? Plis, Pak, saya mohon, Pak. Ayo dong, Pak, ayolah, Pak, Pak!” Didit minta didepak, kali.

Terjadi perdebatan sengit antara Didit dan Pak Akyas yang penulis pun tidak tahu bagaimana prosesnya. 

Hasilnya….

“Ya, sudah. Kalau begitu saya beri kamu kebijakan. Sebagai pengganti nilai final test kamu yang kosong, kamu harus bawa hasil ujian teman-temanmu ke rumah saya. Saya tidak ada waktu lagi, saya sibuk dan harus segera ke bandara.”

Ternyata, hati Pak Akyas luluh, reader. Beliau ternyata terlalu baik. Alhasil, final test untuk Didit adalah mencari alamat palsu rumah Pak Akyas yang ternyata letaknya ada di kompleks dosen dekat kampus.

Nilainya pasti A++, pasti. Karena kalau bukan Didit, lembaran final test yang lain tidak akan sampai ke rumah Pak Akyas. Jadi, Didit menjadi superhero bagi teman-teman kelasnya yang lain. Applaus dong!

Sebelum ceritanya berakhir, penulis dapat wangsit kalau ternyata penyakit yang diderita Didit sebagai tokoh utama, namanya Delayed Sleep Phase Disorder.

Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.