Akhir Kehidupan


Sudah sangat kusam, berjamur, dan tulisannya pun sudah mulai luntur termakan usia, atau mungkin rayap yang sedang lapar yang menyantapnya. Tapi tulisan dalam lembaran demi lembaran buku ini masih sangat jelas dan tidak ada sedikitpun huruf yang hilang.
Dari ketebalannya, sepertinya kurang dari seratus halaman. Tapi isinya
mengingatkanku tentang kehidupan beliau sehari-hari saat ia masih hidup. Langkah demi langkah dalam setiap perjalanan kehidupannya ia goreskan kedalam buku ini untuk ia jadikan kenangan dimasa tuanya.
Lembaran demi lembaran kubuka dan membaca sekilas demi sekilas pula, hingga tanganku terhenti membuka lembaran berikutnya setelah aku sampai pada satu tulisan yang ia beri judul ‘Akhir Kehidupan’. Judulnya memang sederhana tapi melihat sekilas isinya aku tertarik untuk menyimpannya dan melanjutkan membaca setelah selesai kubereskan gudang tempat penyimpanan yang barang bekas yang tepat dibelakang rumah.
Aku bergegas menuju kamar mandi setelah keluar dari gudang penuh debu ini. Memanjakan tubuh sejenak sambil berpikir apa yang terjadi dengan kelanjutan cerita dari buku tulisan tangan kakakku itu.
***
Mulai kubuka lembaran dibagian akhir tadi, karena memang selain itu isinya lumayan membosankan dan tidak ada yang begitu special setelah kubaca.
Mungkin benar dan bisa dijadikan panutan ataupun untuk instropeksi diri, pengalaman dari orang yang pernah mengalami mati suri, dari banyak sumber yang mengaku pernah mengalaminya, mereka merasakan kedinginan yang luar biasa. Kesepian, tidak bisa berpikir dan tidak tahu apa yang akan dan harus mereka lakukan hingga mereka hanya berharap dalam hati aka nada orang yang menyapa dan member petunjuk agar mereka bisa hidup kembali untuk memperbaiki kesalahan yang pernah mereka lakukan.
Entah mereka sudah bertemu dengan yang dipercayai adalah Tuhan, ataupun yang lainnya dan semacamnya tetapi dari berbagai sumber yang telah mengaku mengalami mati suri sisa hidupnya mereka gunakan untuk mencari jati diri dan lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta Yang Maha Esa. Tidak sedikit pula dari mereka yang beralih menjadi seorang pemuka agama. Disisi lain banyak dari mereka yang mengaku adalah Nabi dan mendapat wahyu dari Yang Kuasa melalui mimpi. Apakah hal ini dibenarkan? Sementara raja Namrud pada jamannya juga menanyakan mimpinya pada ahli tafsir dan kejadiannya memang benar adanya. Lalu kenapa mereka yang mengaku mendapat wahyu lewat mimpi tidak dibenarkan? Bagaimana jika Tuhan mengubah rencananya setelah melihat tingkah hambanya yang sudah diluar batas dan mengabarkannya kepada orang pilihannya melalui mimpi?
Suatu pertanyaan yang bermakna paradox, tidak bisa di vonis benar ataupun salah. Tapi orang bertangan besi penguasa negeri terkadang bertingkah dan memimpin melebihi kapasits dan ingin melampaui kekuasaan Tuhan hingga akhirnya terjadi banyak perselisihan antar penguasa di jagad raya.
Membaca sebagian isi buku ini, aku jadi terpikir mengapa manusia diciptakan ke dunia ini sementara kita harus beriman pada takdir? Jika memang sudah ditakdirkan baik, kenapa kita harus berbuat kejahatan, dan jika sudah ditakdirkan buruk kenapa masih harus bersujud padanya? Dan satu lagi, jika sebelum diciptakan mereka sudah ditakdirkan menjadi buruk, dimana keadilan Tuhan yang selama ini semua hamba idam-idamkan? Bagaimana dengan mereka di akhir kehidupan nanti jika memang sudah ditakdirkan buruk. Bukankah tidak etis memvonis mereka sebelum ada bukti yang kongkrit atas kesalahan yang mereka perbuat? Bisa jadi mereka mengajukan banding ke pengadilan Tuhan, bukan?
Mungkin inilah rahasia Tuhan yang paling besar yang akan sulit terpecahkan oleh otak yang diciptakannya. Otak itu diberikan pemikiran untuk sampai kearah sana, tapi tidak untuk melawannya lebih dari itu.
Hingga akhirnya buku itu menyimpulkan bahwa Tuhan berkuasa dengan tangan besi, malaikat sekalipun dirahasiakan dari hal yang mereka seharusnya tahu dan pahami.
Copyright © N Firmansyah
Founder of Artifisial Indonesia.